Sponsored

Intip saham pilihan royal dividen di tahun kuda api 2026

JAKARTA — Sejumlah saham yang secara konsisten membagikan dividen besar, atau dikenal sebagai saham “royal dividen”, menjadi sorotan menarik bagi investor pada tahun Kuda Api 2026. Para ahli menyarankan agar investor yang mengincar dividen pada tahun depan dapat mencermati saham-saham dari sektor energi hingga peternakan.

Sponsored

Muhammad Farras Farhan, Senior Research Analyst Mirae Asset Sekuritas Indonesia, memaparkan beberapa saham pilihan yang patut dipantau seiring dengan proyeksi kinerja pasar saham Indonesia yang kian prospektif di tahun 2026, khususnya bagi para dividend hunter. Dalam acara Media Day: Desember 2025 – Outlook 2026: Momentum, Growth, and Opportunity pada Kamis (4/12/2025), Farras menyebutkan bahwa sektor batu bara dan perbankan masih menjadi favorit. “Untuk dividen, kami masih menyukai saham batu bara dan perbankan. Ini karena saham batu bara sudah di fase belanja modal (capex) yang tidak lagi signifikan untuk ekspansi. Jadi, [saham batu bara] tinggal membayar dividen saja,” jelas Farras.

Mirae Asset turut merekomendasikan saham sektor batu bara dari perspektif tebaran dividennya. Sejumlah emiten batu bara diproyeksikan akan menebar dividen dengan imbal hasil atau dividend yield yang menarik. Sebagai contoh, PT Adaro Andalan Indonesia Tbk. (AADI) diproyeksikan akan menghasilkan dividend yield sebesar 8,5%, dengan asumsi rasio tebaran dividen mencapai 50% dari laba bersihnya. “Ini menjadikan AADI sebagai pilihan yang cukup menarik, mengingat harga sahamnya belum terlalu banyak bergerak. Saham AADI sangat atraktif bagi investor yang berorientasi pada dividen,” tambah Farras. Selain AADI, saham PT United Tractors Tbk. (UNTR) diproyeksikan menghasilkan dividend yield 7,5%, PT Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG) sebesar 10,8%, dan PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) sebesar 8,1%.

Namun, perlu dicermati bahwa indeks saham yang dikenal royal tebar dividen, yakni IDX High Dividend 20, belum menunjukkan performa yang sebanding dengan indeks utama Bursa Efek Indonesia (BEI). Mengacu data BEI, IDX High Dividend 20 hanya menguat tipis 0,27% sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd) sejak perdagangan perdana 2025. Angka ini kontras dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang berhasil menguat signifikan hingga 21,93% ytd. Beberapa saham di IDX High Dividend 20 bahkan mencatatkan kinerja lesu sepanjang tahun ini, seperti PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) yang turun 14,21% ytd, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) turun 10,54% ytd, dan PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) turun 14,04% ytd. Demikian pula, saham PT Alamtri Resources Indonesia Tbk. (ADRO) anjlok 25,31% ytd dan ITMG turun 17,6% ytd.

Di sisi lain, analis juga menyoroti prospek positif bagi emiten pembagi dividen, khususnya yang tergabung dalam Indeks High Dividend 20, dengan dukungan sejumlah indikator makroekonomi yang mendorong pertumbuhan kinerja keuangan. Imam Gunadi, Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), mengungkapkan bahwa optimisme pasar ditopang oleh pertumbuhan ekonomi Indonesia yang solid serta kembalinya data PMI Manufaktur ke zona ekspansi. Selain itu, prospek pemangkasan suku bunga acuan oleh The Fed dan Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan menjadi katalis tambahan yang mampu meningkatkan selera investor terhadap aset berisiko.

Dari sisi fundamental, Imam menilai saham PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) memiliki potensi mencatat pertumbuhan dividen per saham (DPS) yang menarik. Hal ini selaras dengan lonjakan harga emas global di tengah tingginya ketidakpastian geopolitik dan ekonomi dunia. Ia juga menyoroti saham PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk. (JPFA) sebagai pilihan menarik. Prospeknya didukung oleh peningkatan permintaan menjelang momentum Natal dan Tahun Baru (Nataru), pemulihan harga unggas, serta realisasi Program Makan Bergizi Gratis (MBG).

Secara keseluruhan, kinerja pasar saham Indonesia diproyeksikan masih positif pada 2026. Muhammad Farras Farhan dari Mirae Asset Sekuritas Indonesia menargetkan IHSG bisa mencapai level 10.500 pada tahun depan. Peluang moncernya pasar saham didorong oleh harapan stabilitas ekonomi makro dan perbaikan kinerja emiten. Mirae Asset memproyeksikan ekonomi Indonesia dapat tumbuh hingga 5,3% pada 2026. Target ini juga didukung oleh proyeksi berlanjutnya kebijakan moneter longgar, terutama dari The Fed. Menurut Farras, Fed Fund Rate (FFR) bisa turun minimal dua kali lagi pada 2026, yang pada gilirannya akan memberi ruang bagi Bank Indonesia (BI) untuk menurunkan suku bunga acuannya. Selain itu, peningkatan kinerja kredit diprediksi akan mendorong pergerakan saham sektor perbankan, dengan proyeksi pertumbuhan kredit mencapai 10% pada 2026.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Sponsored