PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) telah mengukir jejak pertumbuhan yang mengesankan dalam beberapa tahun terakhir, memposisikan diri sebagai salah satu bank digital terkemuka di Indonesia. Perjalanan BBYB bermula dari operasional sebagai bank konvensional sebelum akhirnya resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI), sebuah langkah krusial yang berhasil menarik minat beragam investor baru. Transformasi penuh menuju layanan digital tidak hanya memperluas jangkauan bank, tetapi juga melambungkan jumlah nasabah dan nilai transaksinya secara signifikan.
Perkembangan ini secara otomatis menempatkan BBYB sebagai pemain kunci yang tidak dapat diabaikan dalam lanskap industri bank digital Tanah Air. Kondisi ini turut memicu rasa penasaran di kalangan investor ritel, khususnya mengenai identitas pemilik saham BBYB yang memegang kendali perseroan. Artikel ini akan mengulas tuntas sejarah perjalanan Bank Neo Commerce, dinamika perubahan struktur kepemilikan saham, hingga daftar lengkap pemegang saham mayoritasnya.
1. Sejarah Bank Neo Commerce sejak berdiri hingga transformasi digital

Kisah Bank Neo Commerce berawal dari pendirian Bank Yudha Bhakti pada tahun 1990, sebuah inisiatif yang digagas oleh Perum ASABRI, Pepabri, dan Dephankam. Pada masa-masa awalnya, bank ini mengusung model bisnis konvensional dengan fokus melayani anggota koperasi serta komunitas di lingkungan TNI/Polri. Ketangguhan operasionalnya teruji saat berhasil melewati badai krisis moneter 1997–1998, yang kemudian mengangkat statusnya menjadi bank kategori A dan memperkuat posisinya sebagai lembaga keuangan yang stabil. Seiring waktu, jejak operasionalnya semakin meluas dengan pembukaan kantor cabang di berbagai kota besar di Jawa dan Sumatera pada tahun 2001, menandai ekspansi awal jangkauannya.
Setelah lebih dari dua dekade berkiprah sebagai bank konvensional, Bank Yudha Bhakti mengambil langkah strategis untuk memperbesar kapasitas pendanaannya melalui penawaran umum perdana (IPO) di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2015. Dalam aksi korporasi tersebut, perseroan melepas 300 juta saham dengan harga Rp115 per saham, berhasil menghimpun dana segar sebesar Rp34,50 miliar. Penawaran publik ini menjadi tonggak penting yang membuka gerbang bagi masuknya investor baru, baik individu maupun korporasi, ke dalam struktur kepemilikan saham perseroan. Pasca-IPO, BBYB secara konsisten berupaya mengembangkan layanan dan memperbaiki kinerja perbankannya demi memperluas basis nasabahnya.
Titik balik perubahan besar bagi BBYB mulai terlihat pada tahun 2019 ketika Akulaku, sebuah perusahaan fintech terkemuka yang berfokus pada layanan pinjaman digital, melakukan private placement. Masuknya Akulaku ke dalam BBYB memberikan dorongan inovasi teknologi yang masif, khususnya dalam mengakselerasi proses digitalisasi layanan perbankan. Puncaknya, pada tahun 2020, perseroan secara resmi bertransformasi menjadi bank digital dan mengubah namanya menjadi Bank Neo Commerce. Perubahan fundamental ini memicu lonjakan jumlah nasabah secara signifikan, mencapai 23,7 juta orang pada tahun 2022, disertai dengan pertumbuhan nilai transaksi yang terus meningkat pesat.
2. Perubahan struktur kepemilikan setelah masuknya investor strategis

Serangkaian aksi korporasi yang dilakukan BBYB sejak tahun 2019 secara bertahap telah membentuk ulang komposisi pemegang sahamnya. Akulaku, sebagai salah satu investor strategis, memegang peranan sentral dalam menggerakkan transformasi bank digital ini. Kehadiran investor ini tidak hanya menyuntikkan modal segar, tetapi juga membawa serta keahlian teknologi yang esensial untuk memperkuat fondasi digital Bank Neo Commerce. Perubahan ini menjadi penanda krusial dalam perjalanan BBYB, yang sebelumnya beroperasi dengan model konvensional, kini beralih menjadi entitas digital yang progresif.
Selain Akulaku, beberapa investor korporasi lainnya seperti Gozco Capital dan Rockcore Financial juga tercatat meningkatkan porsi kepemilikan mereka pada periode-periode tertentu. Setiap penambahan kepemilikan saham ini secara transparan diungkapkan dalam laporan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, yang memperlihatkan dinamika pergerakan saham BBYB di pasar modal. Fluktuasi dalam struktur kepemilikan saham ini sekaligus menggarisbawahi meningkatnya minat investor terhadap sektor bank digital, yang diproyeksikan akan menjadi salah satu sektor dengan pertumbuhan tercepat dalam beberapa tahun ke depan. Hal ini juga menegaskan bahwa struktur kepemilikan BBYB bersifat adaptif dan mengikuti minat pasar yang terus berubah.
Tidak hanya itu, kenaikan jumlah investor ritel turut memberikan dampak signifikan terhadap perdagangan saham BBYB sepanjang tahun 2025. Tercatat, saham BBYB diperdagangkan pada kisaran Rp492 per lembar pada sesi perdagangan 27 November 2025, menunjukkan peningkatan lebih dari 24 persen dari harga pembukaan pada hari yang sama. Bahkan, sejak awal tahun, harga saham BBYB telah melonjak hingga lebih dari 119 persen. Lonjakan ini menjadikan BBYB sebagai salah satu saham bank digital yang paling banyak diperbincangkan, terutama di kalangan investor yang ingin mengetahui secara pasti siapa pemilik saham BBYB yang paling berpengaruh dalam mengendalikan arah perusahaan.
3. Siapa pemilik saham BBYB? Ini daftar pemegang saham terbarunya

Berdasarkan informasi keterbukaan yang dirilis oleh Bursa Efek Indonesia per 26 November, posisi pengendali utama Bank Neo Commerce atau BBYB masih dipegang teguh oleh PT Akulaku Silvrr. Perusahaan fintech ini tercatat memiliki sekitar 4,59 miliar saham, yang setara dengan 34,45 persen dari total saham yang beredar. Dengan porsi kepemilikan terbesar ini, Akulaku memegang peranan vital dalam merumuskan dan mengimplementasikan strategi pengembangan bank, khususnya dalam memperkuat kapabilitas digitalnya. Posisi ini juga menjadi refleksi nyata dari sinergi yang kian menguat antara sektor perbankan dan fintech di Indonesia.
Selanjutnya, pemegang saham institusional besar lainnya adalah PT Gozco Capital, yang sebelumnya memiliki 962 juta saham atau 7,21 persen per 31 Oktober. Namun, perusahaan ini tercatat telah menambah porsi kepemilikannya secara signifikan hingga mencapai 1,03 miliar saham, yang kini setara dengan 7,76 persen dari total saham BBYB. Peningkatan kepemilikan ini mengindikasikan keyakinan kuat Gozco Capital terhadap prospek pertumbuhan jangka panjang dari bank digital tersebut. Selain itu, kehadiran investor korporasi semacam ini turut berkontribusi dalam menopang stabilitas modal perusahaan, memberikan fondasi yang kokoh untuk ekspansi di masa depan.
Sementara itu, pemegang saham mayoritas ketiga adalah Rockcore Financial, dengan kepemilikan sekitar 736 juta saham atau setara 5,52 persen. Di sisi lain, investor publik atau masyarakat umum secara kolektif memegang porsi terbesar dengan total 6,96 miliar saham, merepresentasikan 52,2 persen dari keseluruhan saham yang beredar. Besarnya porsi yang dimiliki publik menunjukkan tingginya minat investor ritel terhadap saham BBYB, terutama mengingat prospek industri bank digital yang terus berkembang pesat. Dengan struktur kepemilikan saham yang transparan ini, pertanyaan mengenai siapa pemilik saham BBYB dapat terjawab dengan jelas berdasarkan data terbaru dari Bursa Efek Indonesia.
Demikianlah rangkuman komprehensif mengenai sejarah, dinamika perubahan kepemilikan, serta informasi detail mengenai siapa pemilik saham BBYB berdasarkan keterbukaan informasi terkini. Dengan dukungan kuat dari investor strategis dan basis nasabah yang terus bertumbuh, Bank Neo Commerce atau BBYB menjelma menjadi salah satu bank digital dengan prospek paling menarik dalam beberapa tahun mendatang. Bagi Anda yang tertarik untuk mengikuti perjalanan BBYB sebagai investor, pastikan untuk selalu memperbarui informasi pasar dan memantau laporan resmi yang diterbitkan oleh Bursa Efek Indonesia guna membuat keputusan investasi yang tepat.