Bank Indonesia (BI) melaporkan lonjakan aliran modal asing masuk bersih ke pasar keuangan Indonesia yang signifikan, mencapai Rp 14,08 triliun pada pekan pertama Desember 2025, tepatnya dalam periode transaksi 1-4 Desember. Ramdan Denny Prakoso, Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, mengungkapkan bahwa investor asing secara mayoritas memborong Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) dengan nilai mencapai Rp 10,92 triliun.
Selain SRBI, daya tarik pasar modal Indonesia juga terpantau kuat di mata investor global. Mereka tercatat membeli saham senilai Rp 2,11 triliun. Tak ketinggalan, investasi pada Surat Berharga Negara (SBN) juga meningkat, dengan penambahan koleksi sebesar Rp 1,06 triliun. Namun, perlu dicatat bahwa sejak awal tahun hingga 4 Desember 2025, pergerakan modal asing menunjukkan dinamika yang berbeda, dengan modal asing keluar bersih di pasar saham sebesar Rp 27,93 triliun, SBN Rp 2,79 triliun, dan SRBI Rp 122,14 triliun.
Menyikapi perkembangan ini, BI terus memperkuat komitmennya. “BI pun terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait serta mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk mendukung ketahanan eksternal ekonomi Indonesia,” ujar Ramdan, dikutip Minggu (7/12). Pernyataan ini menegaskan langkah proaktif bank sentral dalam menjaga stabilitas perekonomian nasional di tengah fluktuasi pasar global.
Indikator kepercayaan investor terhadap Indonesia juga menunjukkan sinyal positif. Premi risiko investasi, yang tercermin dari credit default swaps (CDS) Indonesia 5 tahun, mengalami penurunan dari 72,45 basis poin (bps) per 28 November 2025 menjadi 71,18 bps per 4 Desember 2025. Penurunan ini mengindikasikan persepsi risiko yang lebih rendah. Sementara itu, nilai tukar rupiah dibuka stabil di level Rp16.640 per dolar Amerika Serikat (AS) pada Jumat (5/12), mempertahankan posisinya dari penutupan perdagangan Kamis (4/12).
Di sisi lain, indeks dolar AS (DXY), yang mencerminkan pergerakan dolar AS terhadap enam mata uang utama dunia (euro, yen Jepang, pound Inggris, dolar Kanada, krona Swedia, dan franc Swiss), tercatat melemah ke level 98,99 pada akhir perdagangan Kamis (4/12). Pelemahan DXY ini secara tidak langsung dapat memberikan ruang gerak lebih baik bagi mata uang negara berkembang seperti rupiah.
Sejalan dengan stabilitas nilai tukar, imbal hasil atau yield SBN 10 tahun juga terpantau stabil di level 6,18 persen pada Jumat (5/12) dibandingkan Kamis (4/12). Kontras dengan kondisi domestik, imbal hasil US Treasury Note 10 tahun justru mengalami kenaikan ke level 4,098 persen pada akhir perdagangan Kamis (4/12).
Sekretaris Perusahaan Bursa Efek Indonesia (BEI), Kautsar Primadi Nurahmad, mengonfirmasi bahwa data perdagangan saham di BEI selama periode 1—5 Desember 2025 sebagian besar ditutup pada zona positif. Peningkatan paling menonjol terlihat pada rata-rata frekuensi transaksi harian, yang naik 2,13% menjadi 2,66 juta kali transaksi, dari 2,61 juta kali transaksi pada pekan sebelumnya.
Kinerja positif juga dicatatkan oleh Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pekan ini, yang mengalami kenaikan sebesar 1,46% dan berhasil ditutup pada level 8.632,761, meningkat dari posisi 8.508,706 pada pekan sebelumnya. Kapitalisasi pasar BEI turut menguat sebesar 1,39%, mencapai Rp 15.844 triliun dari Rp 15.626 triliun pada sepekan sebelumnya, menunjukkan pertumbuhan nilai pasar secara keseluruhan.
Meski demikian, terdapat sedikit perubahan pada volume dan nilai transaksi harian. Rata-rata volume transaksi harian Bursa pada pekan ini mengalami penurunan sebesar 8,12% menjadi 46,39 miliar lembar saham, dari 50,49 miliar lembar saham pada pekan sebelumnya. Serupa, rata-rata nilai transaksi harian BEI juga terkoreksi sebesar 29,61% menjadi Rp 21,34 triliun, dari Rp 30,31 triliun pada pekan sebelumnya.