
PT Kilang Pertamina Balikpapan (KPB) mencatat pelaksanaan Proyek Strategis Nasional (PSN) Refinery Development Master Plan (RDMP) Balikpapan dan Lawe-Lawe kini mulai memasuki tahap akhir pembangunan.
Hingga minggu ketiga Oktober 2025, Proyek RDMP Balikpapan telah mencapai progres 96,80% dengan sebagian besar pekerjaan fisik telah diselesaikan. Saat ini, proyek mulai memasuki fase pengujian peralatan (commissioning) sebagai langkah menuju awal pengoperasian (start-up).
“Kami sudah berada di tahap penting menuju fase operasi pada akhir 2025. RDMP Balikpapan adalah simbol kemandirian energi Indonesia hasil karya anak bangsa,” kata Vice President (VP) Legal & Relation PT KPB, Asep Sulaeman dalam siaran pers, dikutip Senin (27/10).
Dia menyebut proyek tersebut menjadi bagian modernisasi kilang Pertamina untuk meningkatkan kapasitas, kualitas, dan kompleksitas pengolahan minyak, dengan fokus utama pada kesiapan unit Residue Fluid Catalytic Cracking (RFCC) menuju fase commissioning dan start-up.
Baca juga:
- RDMP Balikpapan & Tangki Raksasa Lawe-lawe, Amunisi Baru untuk Tekan Impor BBM
- RDMP Balikpapan Ditargetkan Rampung 2025, RI akan Bisa Produksi BBM Euro 5
- Pertamina Targetkan Proyek RDMP Kilang Balikpapan Capai 96% di Akhir 2024
Asep menjelaskan bahwa Proyek RDMP Balikpapan dijalankan melalui tiga lingkup utama pekerjaan, yaitu Proyek Early Works, Engineering Procurement Construction (EPC) ISBL–OSBL, dan EPC Lawe-Lawe. Dia menyebut Seluruh pekerjaan di proyek RDMP Balikpapan dan Lawe-Lawe dilakukan secara bertahap dan terintegrasi.
Tahap pertama proyek adalah pekerjaan Early Works yang menjadi pondasi awal dengan melibatkan 16 paket pekerjaan pendahuluan meliputi persiapan lahan, pembangunan infrastruktur dasar, utilitas sementara, dan fasilitas penunjang konstruksi. Pekerjaan ini memastikan area kilang siap untuk pembangunan unit-unit baru skala besar di tahap berikutnya.
“Lima belas paket pekerjaan pendahuluan ini telah tuntas, dan saat ini tersisa pekerjaan tambahan berupa modifikasi tangki yang berjalan secara paralel,” ujar Asep.
Pada lingkup proyek utama EPC ISBL (Inside Battery Limit) dan OSBL (Outside Battery Limit), pekerjaan difokuskan pada pembangunan dan pengembangan 39 unit, yang terdiri atas 21 unit proses baru, 13 unit utilitas dan fasilitas pendukung (utilities & offsite) baru, serta 5 unit revamp dari fasilitas existing. Mayoritas unit utilitas dan fasilitas pendukung tersebut kini telah memasuki uji peralatan dan awal pengoperasian.
Sementara itu, seiring dengan pengembangan kapasitas pengolahan Kilang Balikpapan, penguatan jaringan penerimaan & penyimpanan rantai pasok minyak mentah juga dilakukan melalui lingkup EPC Lawe-Lawe. Hal ini mencakup pembangunan 2 tangki penyimpanan crude oil berkapasitas masing-masing 1 juta barrel, jaringan pipa transfer line onshore–offshore berdiameter 20 inci, unloading line 52 inci, serta fasilitas Single Point Mooring (SPM) berkapasitas 320.000 deadweight tonnage (DWT).
Asep menyampaikan tantangan utama Proyek RDMP Balikpapan terletak pada kompleksitas pekerjaan di tengah operasi kilang eksisting yang tetap beroperasi penuh. Seluruh kegiatan konstruksi harus dilakukan dengan perencanaan dan koordinasi ketat agar tidak mengganggu keandalan operasi kilang yang berjalan.
“Ini bukan hanya proyek besar dari sisi nilai investasi dan jumlah unit, tetapi juga dari sisi teknis. Tim proyek harus bekerja dengan presisi tinggi karena seluruh pekerjaan dilakukan berdampingan dengan kilang yang masih beroperasi,” ucapnya.
Selain fokus pada penyelesaian konstruksi, KPB juga menempatkan keselamatan kerja sebagai prioritas utama. Setiap aktivitas proyek dilaksanakan dengan mengacu pada Corporate Life Saving Rules (CLSR) dan standar keselamatan internasional.
“Kami memastikan seluruh kegiatan pembangunan dijalankan dengan prinsip safety first dan persiapan menyeluruh sebelum memasuki tahap uji coba peralatan,” katanya.