Menteri Koperasi, Ferry Juliantono, secara aktif mencari dukungan dari Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) untuk mendorong Kementerian BUMN terlibat dalam produksi pangan olahan. Keterlibatan ini dinilai fundamental dalam membangun ekosistem Koperasi Desa Merah Putih (KDMP) yang solid, sebelum koperasi tersebut ditargetkan beroperasi penuh pada rentang waktu Maret-April 2026.
Ferry menyoroti bahwa produksi pangan olahan saat ini masih didominasi secara eksklusif oleh sektor swasta. Oleh karena itu, kehadiran dan pengoperasian Koperasi Desa Merah Putih diharapkan dapat memicu munculnya peran aktif perusahaan-perusahaan milik negara dalam industri strategis ini.
Lebih lanjut, Ferry menjelaskan visi konkret perannya. Agrinas direncanakan akan berfokus pada bisnis pasca-panen, mencakup pengembangan rantai pendingin, fasilitas penyimpanan (storage), dan rak pengering. Sementara itu, ID Food diharapkan memulai produksi produk seperti kecap atau saus sambal. Kolaborasi ini, tegas Ferry dalam rapat kerja bersama Komisi VI DPR pada Selasa (18/11), bertujuan untuk menciptakan ekosistem KDMP yang terintegrasi dan mandiri.
Ferry optimistis bahwa pembangunan pabrik pangan olahan dapat direalisasikan dalam kurun waktu enam bulan, menyelaraskan dengan target operasional KDMP pada Maret-April 2026. Dengan demikian, pengoperasian pabrik-pabrik ini akan secara signifikan mengintegrasikan Koperasi Desa Merah Putih ke dalam sektor produksi dan industri, bukan hanya distribusi.
Meskipun demikian, Ferry juga menegaskan kembali tujuan utama pendirian Koperasi Desa Merah Putih, yaitu untuk memangkas panjangnya rantai distribusi di tingkat desa. Dengan beroperasinya koperasi yang memiliki gerai pangan, diharapkan jalur distribusi barang ke desa akan menjadi jauh lebih singkat dan efisien.
Senada dengan visi tersebut, Menteri Pertanian, Amran Sulaiman, sebelumnya juga telah menyampaikan optimisme tinggi terhadap potensi Koperasi Desa Merah Putih dalam memangkas rantai pasok pangan nasional. Menurut Amran, inisiatif ini berpotensi besar untuk menggenjot daya beli masyarakat terhadap bahan pangan pokok hingga mencapai 50%.
Amran mengilustrasikan, saat ini rantai pasok pangan di Indonesia masih melibatkan delapan titik distribusi yang panjang. Dengan optimalisasi peran KDMP, ia yakin jumlah titik distribusi ini dapat dipangkas drastis menjadi hanya tiga, yaitu langsung dari petani ke KDMP, dan kemudian ke konsumen.
“Sebagai contoh konkret, masyarakat yang saat ini hanya mampu membeli 1 kilogram beras, nantinya berpotensi untuk membeli 1,5 kilogram,” ujar Amran saat menyampaikan gagasannya di kantor Kementerian Pertanian pada Senin (13/10), menunjukkan dampak langsung pada kemampuan daya beli.
Lebih lanjut, Amran membeberkan perhitungan bahwa total keuntungan yang selama ini dinikmati oleh para pelaku dalam delapan titik rantai pasok pangan mencapai angka fantastis Rp 313 triliun. Dengan integrasi dan pelibatan aktif Koperasi Desa Merah Putih, angka keuntungan tersebut diyakini dapat ditekan secara signifikan menjadi sekitar Rp 50 triliun, yang berarti penghematan besar bagi konsumen dan peningkatan kesejahteraan petani.
Ringkasan
Menteri Koperasi mendorong keterlibatan BUMN dalam produksi pangan olahan untuk membangun ekosistem Koperasi Desa Merah Putih (KDMP) yang solid, ditargetkan beroperasi penuh pada Maret-April 2026. Fokusnya adalah pada Agrinas untuk bisnis pasca panen dan ID Food untuk produksi pangan olahan, sehingga mengintegrasikan KDMP ke sektor produksi dan industri.
Tujuan utama KDMP adalah memangkas rantai distribusi pangan yang panjang di tingkat desa. Menteri Pertanian optimis KDMP dapat memangkas rantai pasok pangan nasional menjadi hanya tiga titik, langsung dari petani ke KDMP, lalu ke konsumen, sehingga berpotensi meningkatkan daya beli masyarakat dan mengurangi keuntungan yang dinikmati pelaku rantai pasok.