Babaumma – JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah pada perdagangan Kamis (21/8/2025), berakhir di level 7.890,71. Penurunan sebesar 0,67% atau 53,10 poin ini didorong terutama oleh pelemahan saham-saham besar seperti DSSA, BREN, dan DCII.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG bergerak dalam rentang 7.848,88 hingga 7.932,30 sepanjang hari. Meskipun demikian, pergerakan ini tetap menghasilkan 366 saham yang menguat, 283 saham melemah, dan 152 saham yang stagnan. Kapitalisasi pasar mencapai angka Rp14.195 triliun.
Menariknya, di tengah pelemahan IHSG, beberapa saham berkapitalisasi jumbo justru menunjukkan kinerja positif. Saham PT DCI Amman Mineral Internasional Tbk. (AMMN) misalnya, mengalami penguatan signifikan sebesar 2,65%, menutup perdagangan di harga Rp8.725 per saham. Kenaikan juga terlihat pada saham PT Astra International Tbk. (ASII) yang naik 1,81% ke Rp5.625, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) yang menguat 1,35% ke Rp4.490, dan PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) yang naik 0,93% ke Rp3.250.
Di sisi lain, penurunan IHSG dipengaruhi oleh pelemahan saham-saham besar lainnya. PT Dian Swastatika Sentosa Tbk. (DSSA) menjadi top losers dengan penurunan drastis sebesar 13,13% ke Rp80.225 per saham, sebagian besar disebabkan oleh pemangkasan bobot emiten energi Grup Sinar Mas oleh MSCI. PT Barito Renewables Energy Tbk. (BREN) juga melemah 2,03% ke Rp8.425, sedangkan PT DCI Indonesia Tbk. (DCII) turun 1,02% ke Rp345.000 per saham.
Sementara itu, di antara saham-saham yang mencatatkan kenaikan signifikan (top gainers), PT Acset Indonesia Tbk. (ACST) memimpin dengan lonjakan 34,71% ke Rp163, disusul PT Royal Prima Tbk. (PRIM) yang naik 34,33% ke Rp90. Sebaliknya, selain DSSA, top losers lainnya meliputi PT Sanurhasta Mitra Tbk. (MINA) yang turun 9,52% ke Rp171, dan PT Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk. (JKON) yang terkoreksi 5,65% ke Rp102 per saham.
Analis memberikan pandangan beragam terkait pergerakan IHSG. Head of Research Phintraco Sekuritas, Valdy Kurniawan, mengungkapkan IHSG sempat ditutup melemah 0,61% ke level 7.895,35 pada sesi I. Secara teknikal, ia melihat pembentukan histogram positif MACD yang melandai dan indikator Stochastic RSI menuju area pivot. Sementara itu, Direktur Reliance Sekuritas Indonesia, Reza Priyambada, mencatat formasi two black crows pada candle IHSG, di bawah MA5, dan indikator Stochastic death cross, sehingga memproyeksikan pelemahan IHSG pada perdagangan hari tersebut.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.
Ringkasan
IHSG ditutup melemah 0,67% di angka 7.890,71 pada 21 Agustus 2025, dipengaruhi penurunan saham-saham besar seperti DSSA (-13,13%), BREN (-2,03%), dan DCII (-1,02%). Meskipun demikian, beberapa saham berkapitalisasi jumbo seperti AMMN, ASII, BBNI, dan TLKM justru mengalami penguatan.
Penurunan IHSG juga disebabkan oleh pemangkasan bobot emiten energi Grup Sinar Mas oleh MSCI. Analis memiliki pandangan berbeda; ada yang melihat potensi pelemahan berlanjut, sementara yang lain melihat indikator teknikal yang beragam. Informasi ini tidak bertujuan untuk mempengaruhi keputusan investasi.