Sponsored

IHSG Cetak Rekor: Sisa 2025 Banjir IPO Baru?

Babaumma – , JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang kembali mencapai rekor tertinggi diyakini akan menjadi pendorong utama bagi maraknya penawaran umum perdana saham (IPO) hingga akhir tahun ini. Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat setidaknya ada 11 emiten yang sedang dalam antrean untuk melantai di pasar modal domestik. Calon emiten ini berasal dari beragam sektor, meliputi konsumer, basic materials, finansial, transportasi dan logistik, industrial, hingga teknologi.

Sponsored

Associate Director Pilarmas Investindo, Maximilianus Nicodemus, menyatakan bahwa momentum penguatan IHSG yang terjadi belakangan ini memberikan sentimen positif yang signifikan bagi perusahaan-perusahaan yang akan melantai. Menurut Nicodemus, kenaikan IHSG memicu harapan investor terhadap pemulihan ekonomi yang aktif didorong oleh pemerintah melalui berbagai stimulus dan kebijakan fiskal maupun moneter. “Oleh sebab itu, apabila suatu perusahaan calon IPO akan melantai, kami melihat hal ini akan memberikan dampak positif bagi calon emiten tersebut, dengan catatan fundamental perusahaan mendukung,” ujarnya saat dihubungi pada Selasa (7/10/2025).

Selain itu, ekspektasi pemangkasan suku bunga baik oleh Bank Indonesia maupun The Fed menjadi katalis tambahan yang menguntungkan bagi emiten. Nicodemus menjelaskan bahwa penurunan suku bunga acuan cenderung mendorong investor untuk mengalihkan investasi ke aset-aset yang memiliki risiko lebih tinggi namun potensi imbal hasil yang menarik. Kombinasi faktor-faktor positif ini diperkirakan akan meminimalisir rapor merah Bursa dalam pencatatan saham sepanjang tahun 2025.

Meski prospeknya cerah, data menunjukkan bahwa sepanjang tahun 2025, dari total 23 emiten yang telah mencatatkan saham di Bursa, delapan di antaranya mengalami penurunan harga saham sejak debut perdananya. Mayoritas saham yang berkinerja buruk ini berasal dari sektor konsumer, terinci dua emiten dari sektor konsumer siklikal dan dua lainnya dari nonsiklikal. Empat emiten lainnya yang juga mengalami pelemahan kinerja datang dari sektor kesehatan, properti, infrastruktur, serta basic materials.

Penurunan harga saham paling tajam dialami oleh PT Raja Roti Cemerlang Tbk. (BRRC). Emiten dari sektor konsumer nonsiklikal ini mencatatkan harga saham yang anjlok sebesar 63,33%, bergerak dari Rp210 per lembar saat ditawarkan pada Januari lalu menjadi Rp77.

Menanggapi dominasi emiten konsumer dalam daftar saham yang merosot, Nicodemus menegaskan bahwa sektor bukanlah satu-satunya penentu keberhasilan atau kegagalan suatu IPO. Meskipun ada korelasi antara sentimen pelemahan daya beli masyarakat dengan emiten konsumer, investor tetap akan memprioritaskan kondisi fundamental perusahaan. “Apalagi kalau yang melantai merupakan salah satu perusahaan yang memiliki afiliasi kuat dengan konglomerasi, sudah tentu biasanya animo akan baik adanya,” tambahnya.

Pandangan senada disampaikan oleh Investment Analyst Infovesta Utama, Ekky Topan, yang menilai bahwa faktor sektoral tidak menjadi penentu utama sukses tidaknya suatu emiten melantai di Bursa. Di Indonesia, kesuksesan IPO seringkali lebih ditentukan oleh nama besar atau afiliasi konglomerasi. Ekky menjelaskan bahwa perpaduan antara kinerja fundamental yang solid, profil pemilik emiten yang kredibel, serta reputasi underwriter akan sangat mempengaruhi performa saham emiten saat memasuki Bursa. “Jika emiten yang akan IPO berasal dari nama besar atau grup yang secara historis pergerakan sahamnya menarik dan positif, maka minat pasar, baik dari investor ritel maupun institusi, akan cenderung tinggi,” pungkasnya saat dihubungi pada Selasa (7/10/2025).

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Ringkasan

IHSG yang mencetak rekor tertinggi mendorong optimisme terhadap IPO baru. BEI mencatat ada 11 calon emiten dari berbagai sektor yang sedang mengantre untuk melantai di bursa. Penguatan IHSG, ekspektasi pemangkasan suku bunga, dan sentimen positif terhadap pemulihan ekonomi menjadi katalis yang menguntungkan.

Meskipun prospeknya cerah, beberapa emiten yang telah IPO di tahun 2025 mengalami penurunan harga saham. Kesuksesan IPO tidak hanya ditentukan oleh sektor, tetapi juga oleh fundamental perusahaan, profil pemilik emiten, dan reputasi underwriter. Nama besar atau afiliasi dengan konglomerasi juga berperan penting dalam menarik minat investor.

Sponsored