
JAKARTA — Pada awal pekan Senin (8/12/2025), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) berhasil mencatatkan penguatan signifikan. Sentimen positif ini didorong oleh antusiasme pelaku pasar terhadap serangkaian Initial Public Offering (IPO) yang memeriahkan pasar modal Indonesia menjelang akhir tahun. IHSG dibuka melonjak 43,97 poin atau 0,51 persen, mencapai level 8.676,73. Sejalan dengan itu, kelompok 45 saham unggulan yang terangkum dalam Indeks LQ45 juga turut menguat sebesar 5,69 poin atau 0,67 persen, bertengger di posisi 852.96.
Fenomena ramainya IPO ini bukan tanpa potensi dampak. Tim Riset Lotus Andalan Sekuritas di Jakarta pada Senin (8/12/2025) menjelaskan bahwa melonjaknya minat terhadap IPO berpotensi mengetatkan likuiditas pasar. Hal ini terjadi lantaran dana investor akan banyak terserap ke dalam antrean penawaran umum saham perdana tersebut. Lebih lanjut, fokus investor domestik kini tertuju pada agenda IPO pekan ini, di mana dua perusahaan dijadwalkan melantai di bursa, salah satunya merupakan “lighthouse company” atau perusahaan mercusuar yang sangat dinantikan.
Bergeser ke ranah global, perhatian pelaku pasar pekan ini akan tersedot pada dua data penting dari Amerika Serikat (AS) yang berkaitan dengan sektor tenaga kerja. Data tersebut meliputi Job Openings and Labor Turnover Survey (JOLTs) yang diproyeksikan berada di angka sekitar 7,2 juta, serta klaim pengangguran mingguan yang kemungkinan meningkat menjadi 205.000. Kedua indikator ini sangat krusial, sebab arah pergerakannya akan memberikan gambaran jelas mengenai mulai mendinginnya pasar tenaga kerja AS. Kondisi ini, pada gilirannya, menjadi faktor kunci dalam memprediksi peluang pelonggaran kebijakan moneter oleh bank sentral AS, The Fed, pada tahun mendatang.
Namun, sentimen terbesar yang membayangi pasar global tetap berasal dari pertemuan bank sentral AS, The Fed, yang dijadwalkan pada 9-10 Desember 2025. Pertemuan ini dikenal sebagai “signal-setting meeting” karena hasil keputusannya acap kali menentukan arah kebijakan moneter sepanjang tahun berikutnya. Ekspektasi di kalangan pelaku pasar terhadap potensi pemangkasan suku bunga kini semakin menguat, bahkan data dari CME FedWatch menunjukkan peluang penurunan mencapai 86,2 persen. Dalam konteks ini, publikasi “dot plot” terbaru dari The Fed akan menjadi perhatian utama para investor, sebab inilah yang akan menjadi landasan mereka dalam membaca arah pergerakan suku bunga dan likuiditas global ke depan.
Menilik performa pasar global pada penutupan perdagangan Jumat (5/12) sebelumnya, bursa saham Eropa menunjukkan pergerakan yang variatif. Indeks Euro Stoxx 50 menguat tipis 0,10 persen, sementara indeks FTSE 100 Inggris justru melemah 0,45 persen. Di sisi lain, indeks DAX Jerman berhasil naik 0,61 persen, meskipun indeks CAC Prancis turut terkoreksi 0,09 persen. Berbeda halnya dengan Wall Street, bursa saham AS kompak ditutup menguat. Indeks Dow Jones Industrial Average melonjak 0,22 persen ke level 47.954,99, disusul indeks S&P 500 yang naik 0,19 persen ke 6.870,40, serta indeks Nasdaq Composite yang menguat 0,43 persen dan ditutup di 25.692,05.
Sementara itu, pergerakan bursa saham regional Asia pada pagi hari ini menunjukkan pola yang beragam. Indeks Nikkei Jepang tercatat melemah 56,37 poin atau 0,11 persen, berakhir di 50.433,00. Kontras dengan itu, indeks Shanghai Tiongkok justru menguat 22,50 poin atau 0,59 persen ke 3.926,61. Namun, indeks Hang Seng Hong Kong dan indeks Strait Times Singapura sama-sama mengalami tekanan, di mana Hang Seng melemah 148,58 poin atau 0,59 persen ke 25.834,50, dan Strait Times terkoreksi 12,79 poin atau 0,28 persen ke 4.518,89.