Investasi Aman Saat Demo: Saham Pilihan Terbaik

Babaumma – JAKARTA — Gejolak demonstrasi yang memanas akhir pekan lalu berdampak pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Meskipun IHSG masih berada di zona hijau secara tahunan, penurunan signifikan terjadi pada perdagangan Jumat, 29 Agustus 2025, menutup sesi dengan koreksi 1,53% ke level 7.830,49. Kondisi ini memicu kekhawatiran akan tekanan lebih lanjut pada pasar saham.

Data Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat net sell asing mencapai Rp1,12 triliun pada perdagangan Jumat tersebut, menambah total net sell asing sepanjang tahun berjalan (year to date/YtD) menjadi Rp50,94 triliun. Eskalasi demonstrasi, yang dipicu oleh insiden meninggalnya seorang pengemudi ojek online (ojol) akibat terlindas mobil rantis polisi, diyakini sebagai salah satu faktor utama penurunan IHSG. Aksi demonstrasi yang berlangsung hingga malam hari dan meluas hingga penjarahan rumah sejumlah anggota DPR RI dan rumah Menteri Keuangan Sri Mulyani, semakin menambah ketidakpastian di pasar.

Director Reliance Sekuritas Indonesia, Reza Priyambada, menjelaskan bahwa pelaku pasar mengamati perkembangan situasi demonstrasi. Jika demonstrasi berujung anarkis dan mengganggu stabilitas ekonomi-politik, pelaku pasar cenderung akan menjauh dari pasar hingga situasi membaik. “Jeda waktu ini yang tidak dapat kita perkirakan durasinya,” ujar Reza. Pergerakan pasar pada Jumat lalu menunjukkan aksi jual masif, mencerminkan sentimen negatif pelaku pasar terhadap kondisi yang kurang kondusif. Saat ini, banyak pelaku pasar yang masih bersikap wait and see, menunggu kejelasan situasi dalam beberapa hari ke depan. Reza menambahkan, jika dampaknya menyentuh sektor ekonomi dan politik, aksi jual akan meluas dan berdampak pada hampir semua sektor.

Reza mengimbau agar investor tetap rasional dan tidak panik sehingga tidak mengambil keputusan investasi yang irasional. Ia menyarankan untuk tetap fokus pada potensi emiten pilihan. Ia menilai, aksi jual masif akhir pekan lalu justru membuka peluang menarik bagi investor untuk masuk kembali ke pasar, memanfaatkan pelemahan harga saham. Saham-saham big caps seperti BBNI, BBCA, BMRI, dan BBRI dapat menjadi pilihan. Selain sektor perbankan, saham sektor lain seperti PANI, AMMN, ITMG, dan ICBP juga bisa dipertimbangkan.

VP Marketing, Strategy, and Planning Kiwoom Sekuritas Indonesia, Oktavianus Audi, memprediksi IHSG pada awal pekan ini akan bergerak mixed cenderung melemah, bergerak di antara support 7.745 (MA20) dan resistance 7.920. Indikator MACD menunjukkan pelemahan tren, sejalan dengan RSI yang mengalami penurunan setelah berada di zona overbought. Audi menekankan kekhawatiran investor asing yang meningkat terhadap eskalasi instabilitas politik dalam negeri, ditandai dengan capital outflow mencapai Rp1,12 triliun pada Jumat lalu. Pelemahan nilai tukar rupiah yang menembus level Rp16.400 per dolar AS (tertinggi sejak awal Agustus 2025) juga menekan pasar saham.

Audi menambahkan bahwa pergerakan IHSG pekan ini akan dipengaruhi oleh beberapa sentimen, terutama peningkatan eskalasi instabilitas politik dalam negeri yang berpotensi menekan keyakinan investor. Rilis data inflasi Indonesia periode Agustus 2025 (diperkirakan tumbuh 2,4% yoy) dan data S&P PMI manufaktur (diperkirakan masih di zona kontraksi) juga akan memengaruhi pasar, meski diperkirakan akan mendapat respons moderat. Namun, Audi melihat potensi positif dari sektor barang baku seiring dengan harga emas yang mencapai level tertinggi dalam sebulan terakhir (US$3.400 per troy ounce), serta sektor defensif. Sebagai rekomendasi jangka pendek, Audi menyarankan speculative buy untuk BBRI (target harga Rp4.250), AMMN (target harga Rp8.450), dan BRMS (target harga Rp505).

Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Ringkasan

Demonstrasi akhir pekan lalu menyebabkan penurunan IHSG sebesar 1,53% menjadi 7.830,49, dengan net sell asing mencapai Rp1,12 triliun. Ketidakpastian akibat demonstrasi dan aksi anarkis memengaruhi sentimen pasar, membuat banyak investor bersikap wait and see. Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS juga menambah tekanan pada pasar saham.

Reza Priyambada dari Reliance Sekuritas menyarankan investor tetap rasional dan fokus pada emiten pilihan seperti saham-saham big caps perbankan (BBNI, BBCA, BMRI, BBRI) serta PANI, AMMN, ITMG, dan ICBP. Oktavianus Audi dari Kiwoom Sekuritas memprediksi IHSG akan bergerak mixed cenderung melemah di awal pekan, menyarankan speculative buy untuk BBRI, AMMN, dan BRMS, serta memperhatikan potensi positif sektor barang baku dan defensif.

Tinggalkan komentar