Laba Bank Syariah Tembus Rp6,23 Triliun! Siapa Juaranya?

Industri perbankan syariah Indonesia menunjukkan kinerja positif hingga Mei 2025, dengan laba bersih mencapai Rp 6,23 triliun, meningkat 14,31% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (Rp 5,45 triliun). Data statistik perbankan syariah Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang dirilis pada Senin (25/8) mengungkap dominasi Bank Umum Syariah yang membukukan laba Rp 4,15 triliun, naik 7,51% dari Rp 3,86 triliun di Mei 2024. Unit Usaha Syariah juga mencatatkan peningkatan laba yang signifikan, dari Rp 1,59 triliun menjadi Rp 2,07 triliun.

Pendapatan operasional setelah distribusi bagi hasil turut menjadi pendorong utama kinerja positif ini. Angka tersebut mencapai Rp 28,25 triliun, melonjak 61,33% dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat sebesar Rp 17,51 triliun. Meskipun secara industri kondisi perbankan syariah tampak sangat positif, menarik untuk melihat lebih detail kinerja beberapa bank syariah terbesar di Indonesia.

PT Bank Muamalat Indonesia mencatatkan laba tahun berjalan selama semester pertama 2025 sebesar Rp 6,48 miliar, meningkat 40,56% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (Rp 4,61 miliar). Meskipun demikian, pembiayaan bagi hasil mudharabah mengalami penurunan 5,74% menjadi Rp 483,77 miliar dari Rp 513,24 miliar, dan pembiayaan bagi hasil musyarakah turun lebih signifikan, yaitu 13,89% menjadi Rp 12,39 triliun dari Rp 14,39 triliun. Di sisi lain, Bank Muamalat berhasil menghimpun Rp 42,77 triliun dana pihak ketiga (DPK), dengan rasio CASA (current account saving account) mencapai 53,1% atau setara Rp 22,71 triliun.

Bank Syariah Indonesia (BSI), meskipun belum merilis laporan keuangan semester pertama 2025 secara lengkap, menunjukkan kinerja positif hingga Mei 2025. Laba bersih tercatat mencapai Rp 2,90 triliun, naik 5,07% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Pendapatan dari penyaluran dana meningkat dari Rp 10,4 triliun menjadi Rp 11,74 triliun, dan pos bagi hasil untuk pemilik dana investasi naik dari Rp 3,2 triliun menjadi Rp 3,85 triliun. Pendapatan setelah distribusi bagi hasil pun meningkat dari Rp 7,22 triliun menjadi Rp 7,89 triliun. Namun, perlu dicatat bahwa beban operasional bersih juga mengalami peningkatan, terutama disebabkan oleh biaya pencadangan atau provisi yang membengkak dari Rp 795 miliar menjadi Rp 1,2 triliun.

Sementara itu, CIMB Niaga Syariah, berdasarkan laporan keuangan PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA), mencatatkan penurunan laba bersih tahun berjalan sebesar 31,19%, dari Rp 1,01 triliun menjadi Rp 697,84 miliar. Pembiayaan bagi hasil juga mengalami penurunan tipis dari Rp 51,94 triliun menjadi Rp 50,49 triliun, demikian pula dana simpanan wadiah yang turun dari Rp 10,91 triliun menjadi Rp 10,33 triliun.

Ringkasan

Laba industri perbankan syariah Indonesia hingga Mei 2025 mencapai Rp 6,23 triliun, naik 14,31% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Bank Umum Syariah berkontribusi terbesar dengan laba Rp 4,15 triliun, sementara Unit Usaha Syariah mencapai Rp 2,07 triliun. Pendapatan operasional setelah distribusi bagi hasil juga meningkat signifikan, mencapai Rp 28,25 triliun.

Bank Muamalat Indonesia mencatatkan laba Rp 6,48 miliar (naik 40,56%), meskipun pembiayaannya mengalami penurunan. BSI membukukan laba Rp 2,90 triliun (naik 5,07%) dengan peningkatan pendapatan penyaluran dana dan bagi hasil, namun juga peningkatan beban operasional. Sebaliknya, CIMB Niaga Syariah mengalami penurunan laba bersih sebesar 31,19% menjadi Rp 697,84 miliar.

Tinggalkan komentar