Bencana banjir bandang dan tanah longsor, yang dikenal warga lokal sebagai galodo, telah meluluhlantakkan wilayah Salareh Aia, Palembayan, Sumatera Barat pada Kamis (27/11). Musibah ini tidak hanya memutuskan akses vital air bersih bagi ribuan warga terdampak, tetapi juga turut menghambat operasional dapur umum yang didirikan oleh prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Darat untuk membantu para korban.
Hasil pantauan langsung tim Katadata.co.id di lokasi mengungkapkan betapa krusialnya pasokan air bersih bagi kelangsungan dapur umum di Salareh Aia. Prajurit Kodim 0304/Agam, Serdana, menjelaskan bahwa air bersih sangat dibutuhkan untuk mempersiapkan ribuan porsi makanan yang akan didistribusikan kepada para korban bencana. Sejak mulai beroperasi pada Sabtu (29/11) lalu, para prajurit terpaksa menempuh jarak sekitar 200 meter untuk mengambil air dari rumah-rumah warga menggunakan jerigen, sebuah upaya yang melelahkan namun tak terhindarkan.
Serdana, yang ditemui di Salareh Aia, Palembayan, Sumatera Barat pada Sabtu (6/12), memaparkan akar masalah keterbatasan air. “Di sini sebenarnya ada sumur bor, namun mesinnya rusak. Yang kami butuhkan saat ini adalah mesin air,” tegasnya, menyoroti kebutuhan mendesak akan pompa air untuk mengaktifkan kembali sumber air yang tersedia.
Hingga saat itu, Serdana menambahkan, belum ada indikasi dari pihak pemerintah mengenai pengiriman bantuan mesin air. Kondisi ini mendorong para prajurit untuk bergerak cepat dan proaktif, bahu-membahu mencari alternatif sumber air bersih dari rumah-rumah penduduk di sekitar area bencana.
Baca juga:
- Asing Net Buy Rp 2,48 T Sepekan: Borong Saham BBRI, BUMI dan CDIA, DSSA Pemberat
- UEA Nyatakan Siap Kirim Bantuan Bencana ke Sumatra, Restu Prabowo Jadi Penentu
- Aliran Modal Asing Masuk Rp 14 T Pekan Pertama Desember, Borong Saham Rp 2,1 T
Syukurnya, Serdana mengungkapkan bahwa dapur umum tersebut baru saja mendapatkan bantuan satu unit mesin air dari seorang anggota dewan Sumatera Barat, sedikit meringankan beban. Dapur umum ini sendiri mulai beroperasi secara sigap, hanya dua hari setelah Nagari Salareh Aia diterjang oleh banjir besar dan longsor yang dahsyat.
Untuk menunjang operasional, dapur umum sementara ini didirikan di sebuah rumah warga yang sebelumnya berfungsi sebagai rumah jahit. “Sementara ini kami gunakan sebagai dapur bersama,” ujar Serdana, menggarisbawahi semangat gotong royong dan pemanfaatan fasilitas seadanya untuk kepentingan bersama.
Pemandangan menarik terlihat di depan dapur umum, di mana sebuah mobil pikap telah dimodifikasi sedemikian rupa menyerupai dapur bergerak. Di dalamnya, tertata rapi berbagai logistik makanan seperti karung-karung beras, telur, mi instan, dan beberapa dus air mineral, siap diolah menjadi hidangan bagi para korban.
Di sisi kiri kendaraan tersebut, dua buah meja dibentangkan. Satu meja didedikasikan untuk menempatkan dua buah kompor, sementara meja lainnya digunakan sebagai area persiapan dan potong-memotong bahan masakan, menunjukkan efisiensi dalam keterbatasan ruang.
Para anggota TNI dari Kodim 0304/Agam dengan sigap menjalankan tugas mulia menyiapkan makanan tidak hanya untuk korban bencana, tetapi juga untuk para prajurit yang bertugas di lapangan dan para relawan yang tak kenal lelah. Bahan makanan yang diolah berasal dari berbagai sumber, termasuk pasokan dari Kodim, sumbangan masyarakat, instansi terkait, dan bantuan dari posko-posko tetangga, mencerminkan sinergi yang kuat.
Setiap harinya, dapur bersama Kodim 0304/Agam menyajikan menu harian yang bervariasi: nasi goreng untuk sarapan, nasi telur dengan sayur untuk makan siang, dan ikan sayur sebagai hidangan makan malam. Skala operasionalnya pun luar biasa; hampir 900 porsi makanan disiapkan setiap hari, dengan rata-rata 300 porsi untuk setiap waktu makan. Yang paling mencolok, seluruh hidangan yang disiapkan selalu habis, menandakan tingginya kebutuhan dan penerimaan positif dari para penerima.
Di tengah upaya bantuan kemanusiaan di Salareh Aia, Serdana juga menyoroti kebutuhan mendesak lainnya. Bantuan roti dan susu untuk bayi, serta obat-obatan, menjadi prioritas utama yang sangat dibutuhkan guna menjaga kesehatan dan gizi kelompok paling rentan.
“Kadang malam hari ada warga yang masih lapar, sementara dapur sudah tutup. Jadi mereka membutuhkan roti,” ungkapnya, menjelaskan mengapa roti sangat krusial sebagai penunda lapar saat dapur umum tidak lagi beroperasi.
Serdana menegaskan komitmen mereka, bahwa setiap bantuan logistik yang diterima dapur bersama akan segera didistribusikan ke posko-posko di sekitar Salareh Aia. “Kalau masyarakat meminta dimasakkan mi instan, kami juga siap,” tambahnya, menunjukkan fleksibilitas dan kesiapan para prajurit untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sekecil apa pun demi meringankan penderitaan mereka.