Sponsored

Prabowo: Kerusakan banjir Sumatra memprihatinkan, penanganan masih terkendala


Presiden Prabowo Subianto menyatakan keprihatinannya yang mendalam terhadap tingkat kerusakan serius akibat bencana banjir dan tanah longsor di tiga provinsi, yakni Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Pernyataan ini disampaikan Presiden saat memimpin rapat terbatas yang fokus pada penanganan dan pemulihan pascabencana.

Sponsored

Rapat penting tersebut diselenggarakan pada Ahad (7/12) malam di Pos Pendamping Nasional Penanganan Bencana Alam Aceh, bertempat di Pangkalan TNI AU Sultan Iskandar Muda, Aceh Besar. “Saya mendapat laporan kondisi memang cukup memprihatinkan,” ujar Prabowo, seperti yang disiarkan melalui kanal Youtube Sekretariat Presiden, menggambarkan skala dampak yang meluas.

Lebih lanjut, Presiden Prabowo menguraikan berbagai kerusakan fisik yang diakibatkan oleh bencana banjir dan tanah longsor. Hamparan sawah yang menjadi tulang punggung perekonomian lokal hancur, banyak bendungan jebol, dan jaringan irigasi pertanian rusak parah di wilayah terdampak. Selain itu, laporan dari para gubernur dan bupati menunjukkan adanya kebutuhan mendesak untuk membangun kembali sejumlah besar perumahan warga yang musnah.

Meskipun demikian, Prabowo mengapresiasi kinerja pemerintah daerah yang terdampak serta jajaran kementerian/lembaga terkait yang telah bergerak secara masif dan cepat dalam upaya pemulihan. Namun, ia juga mengingatkan bahwa penanganan kawasan bencana masih menghadapi tantangan signifikan, terutama karena kondisi alam yang belum stabil sepenuhnya. “Secara umum saya melihat kegiatan kita cukup masif dan responsif. Di beberapa tempat memang masih ada tantangan karena kondisi alam juga masih harus kita perhatikan,” tambahnya.

Pada saat yang sama, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) merilis data awal yang sangat mengkhawatirkan. Berdasarkan laporan sementara hingga Minggu (5/12), bencana banjir dan tanah longsor telah merenggut nyawa 921 orang di 52 kabupaten/kota di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Selain korban meninggal, musibah ini juga menyebabkan 392 orang hilang dan memaksa 975.079 warga mengungsi. Infrastruktur juga mengalami kerusakan masif, dengan lebih dari 147 ribu rumah dan 405 jembatan rusak, serta 199 fasilitas kesehatan, 701 fasilitas pendidikan, 420 rumah ibadah, 234 gedung/kantor, dan lebih dari seribu fasilitas umum lainnya hancur.

Kepala BNPB Letnan Jenderal (Letjen) TNI Suharyanto, dalam laporannya kepada Presiden Prabowo Subianto di Pangkalan TNI AU Sultan Iskandar Muda, Aceh Besar, pada Ahad (7/12) malam, memberikan rincian kondisi per provinsi. Di Provinsi Aceh, jumlah korban meninggal mencapai 366 orang, sementara 97 orang masih dalam pencarian. Bencana ini juga mengakibatkan 914.202 warga Aceh harus mengungsi. Sejumlah wilayah, termasuk 232 desa di Kabupaten Bener Meriah dan 295 desa di Aceh Tengah yang tersebar di 14 kecamatan, masih terisolasi total akibat kerusakan infrastruktur. Meskipun demikian, Kabupaten Aceh Tamiang mulai menunjukkan perbaikan signifikan setelah bantuan logistik berhasil masuk melalui jalur darat, meski masih ada 216 desa yang terdampak.

Untuk Sumatera Utara, BNPB mencatat 329 orang wafat, 82 hilang, 647 luka-luka, dan lebih dari 43 ribu orang mengungsi. Suharyanto melaporkan bahwa langkah operasi pascabencana di provinsi ini menunjukkan perkembangan yang progresif. Meskipun satu kecamatan di Kabupaten Humbang Hasundutan dan tujuh kecamatan di Kabupaten Tapanuli Utara masih terisolasi, distribusi logistik telah menjangkau seluruh wilayah tersebut melalui jalur udara. “Sumatera Utara yang masih terisolir tinggal dua kabupaten dari 18 kabupaten/kota yang terdampak,” jelas Suharyanto.

Terakhir, di Sumatera Barat, data sementara menunjukkan 226 korban meninggal dunia, 213 warga hilang, 112 luka-luka, dan lebih dari 14 ribu warga mengungsi. Suharyanto menyoroti dua kabupaten yang memerlukan penanganan khusus, yakni Kabupaten Agam dan Kabupaten Pesisir Selatan. “Agam ada beberapa kecamatan ada lima nagari masih terisolasi dan Pesisir Selatan ada satu kecamatan dan tiga nagari yang terisolasi,” pungkas Suharyanto, menegaskan perlunya fokus pada daerah-daerah yang aksesnya masih terbatas.

Sponsored