Babaumma – JAKARTA — Bursa Efek Indonesia (BEI) melaporkan adanya 10 perusahaan dalam tahap persiapan penawaran umum perdana saham (IPO). Angka ini menandakan geliat pasar modal domestik, terlebih mengingat target BEI untuk menghadirkan dua IPO “mercusuar” tahun ini.
Hingga 4 September 2025, BEI mencatat 22 perusahaan telah melakukan pencatatan saham, berhasil mengumpulkan dana sebesar Rp10,39 triliun. Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna, menyatakan dalam keterangan tertulis pada Sabtu (6/9/2025) bahwa terdapat 10 perusahaan lagi yang saat ini tengah bersiap untuk mengikuti jejak para pendahulunya.
Dari 10 perusahaan dalam pipeline IPO tersebut, empat di antaranya termasuk kategori perusahaan beraset besar (aset > Rp250 miliar), sementara enam lainnya masuk dalam kategori beraset menengah (aset Rp50 miliar – Rp250 miliar). Distribusi sektoral cukup beragam; sektor bahan baku dasar, keuangan, dan industri masing-masing menyumbang dua perusahaan. Sisanya berasal dari sektor barang konsumsi siklikal, barang konsumsi non-siklikal, teknologi, serta transportasi dan logistik, dengan masing-masing satu perusahaan.
Langkah ini mengikuti sejumlah IPO sukses di tahun ini, seperti PT Raharja Energi Cepu Tbk. (RATU) yang melantai di awal tahun, dan beberapa perusahaan lainnya pada Juli 2025, termasuk PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA), PT Merry Riana Edukasi Tbk (MERI), dan PT Indokripto Koin Semesta Tbk (COIN).
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga mencatat data serupa. Sebanyak 10 perusahaan sedang dalam proses IPO, dengan total nilai emisi diperkirakan mencapai Rp5,3 triliun. Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi, menjelaskan bahwa pendaftaran IPO ke-10 calon emiten tersebut tengah dalam proses penelaahan. Ia optimistis jumlah ini akan terus bertambah, terutama seiring dengan selesainya audit laporan keuangan periode Juni 2025 pada September 2025.
Laporan keuangan periode Juni biasanya menjadi dokumen penting bagi calon emiten dalam proses pendaftaran IPO. Hal ini diharapkan akan menghasilkan pernyataan efektif dari OJK pada bulan Desember. BEI sendiri sebelumnya telah menargetkan dua IPO lighthouse tahun ini, yaitu perusahaan dengan kapitalisasi pasar di atas Rp3 triliun dan free float minimal 15%.
Direktur Utama BEI, Iman Rachman, menyatakan bahwa hingga saat ini, sudah ada empat perusahaan IPO lighthouse, yaitu RATU, PT Bangun Kosambi Sukses Tbk. (CBDK), PT Yupi Indo Jelly Gum Tbk. (YUPI), dan CDIA. BEI lebih memprioritaskan kualitas daripada kuantitas IPO di tahun ini, sehingga fokusnya tertuju pada peningkatan jumlah perusahaan IPO lighthouse.
Hal senada disampaikan oleh Deputi Komisioner Pengawas Emiten, Transaksi Efek, dan Pemeriksaan Khusus OJK, I.B. Aditya Jayaantara. OJK berupaya menyeimbangkan kuantitas dan kualitas IPO. Strategi ini diwujudkan melalui sosialisasi untuk meningkatkan jumlah calon emiten dan peningkatan kualitas melalui regulasi, termasuk mendorong peran lembaga penunjang pasar modal seperti underwriter dalam proses filtering dan due diligence, serta memberikan masukan terkait strategi harga dan waktu yang tepat untuk masuk bursa.
Ringkasan
Bursa Efek Indonesia (BEI) melaporkan 10 perusahaan tengah mempersiapkan penawaran umum perdana saham (IPO), menyusul kesuksesan IPO beberapa perusahaan seperti RATU dan CDIA. Dari 10 perusahaan tersebut, empat beraset di atas Rp250 miliar dan enam lainnya beraset Rp50-250 miliar, dengan beragam sektor usaha yang terwakili. Total nilai emisi diperkirakan mencapai Rp5,3 triliun.
BEI dan OJK menargetkan peningkatan kualitas IPO, khususnya perusahaan “lighthouse” (kapitalisasi pasar di atas Rp3 triliun dan free float minimal 15%). Proses pendaftaran IPO ke-10 calon emiten sedang ditelaah, dengan harapan pernyataan efektif dari OJK terbit pada Desember. OJK juga berupaya menyeimbangkan kuantitas dan kualitas IPO melalui sosialisasi dan peningkatan regulasi.