Titimangsa bekerja sama dengan Perkumpulan Nasional Teater Indonesia (PENASTRI) dengan bangga mempersembahkan Festival Teater Indonesia (FTI). Ajang seni bergengsi ini akan berlangsung di empat kota besar pada November dan Desember 2025, didukung penuh oleh Direktorat Jenderal Pengembangan, Pemanfaatan, dan Pembinaan Kebudayaan, Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia, menegaskan komitmen negara terhadap perkembangan seni panggung.
Happy Salma, selaku Pendiri Titimangsa sekaligus Ketua Dewan Pengawas FTI, menjelaskan bahwa festival ini akan digelar di Medan, Palu, Mataram, dan Jakarta. FTI dirancang bukan hanya sebagai perayaan spektakuler bagi seni teater, tetapi juga sebagai ruang krusial untuk pertemuan lintas wilayah, memungkinkan para pelaku teater dari seluruh penjuru Indonesia berinteraksi dan berkolaborasi. Antusiasme yang luar biasa terlihat dari banyaknya pendaftar, bahkan dari kota-kota kecil, sebuah respons yang mengejutkan dan membuktikan kebutuhan akan wadah seperti FTI.
Meski peminat teater di Indonesia belum sebanyak penikmat film nasional, Happy Salma menegaskan FTI berupaya menghadirkan pengalaman yang unik dan mendalam. Untuk itu, FTI meluncurkan kampanye inovatif bertajuk “90 Menit Tanpa Gawai”. Kampanye ini mengajak penonton untuk sejenak melepaskan diri dari perangkat digital dan sepenuhnya menikmati pertunjukan. “Menyaksikan teater selama 1,5 jam tanpa memegang gawai merupakan sebuah prestasi luar biasa di zaman sekarang,” ujar Happy, seraya meminta dukungan media seperti Katadata untuk menyukseskan kampanye ini.
Lebih dari sekadar pertunjukan, FTI dirancang sebagai ajang kolaborasi lintas daerah, memecah sekat geografis dalam seni. Ini membuka peluang bagi kelompok teater dari Kalimantan untuk tampil di Jakarta, atau grup dari Sumatera untuk pentas di Palu dan Mataram, menciptakan pertukaran budaya yang kaya. Sebagai ciri khas produksi Titimangsa, festival ini juga mengusung konsep alih wahana, yaitu adaptasi karya sastra Indonesia – baik novel maupun cerpen yang telah diterbitkan – ke atas panggung teater, memberikan dimensi baru pada narasi klasik dan kontemporer.
Dalam menjalankan konsep alih wahana tersebut, FTI menerapkan syarat ketat bahwa naskah adaptasi harus mendapatkan izin resmi dari penulis aslinya. Langkah ini merupakan bagian integral dari upaya festival untuk secara aktif mempraktikkan dan menghormati hak kekayaan intelektual di dunia teater, menetapkan standar profesionalisme yang tinggi bagi seluruh pelaku seni. Komitmen ini menunjukkan dedikasi FTI terhadap ekosistem seni yang adil dan berkelanjutan.
Pradetya Novitri, Direktur Festival Teater Indonesia, menambahkan bahwa di setiap kota penyelenggara, FTI akan memberikan penghargaan Lifetime Achievement. Penghargaan ini didedikasikan bagi mereka yang telah memberikan kontribusi besar dan tak ternilai dalam perkembangan teater di Indonesia. “Kami telah menetapkan nama-nama yang akan mendapatkan Lifetime Achievement Award di Festival Teater Indonesia,” jelas Pradetya, menggarisbawahi apresiasi festival terhadap para pionir dan dedikator seni panggung.
Kesempatan untuk berpartisipasi dalam FTI terbuka lebar melalui panggilan terbuka (open call) yang berlangsung dari 25 Agustus hingga 19 September 2025. Melalui proses kurasi yang ketat, 16 kelompok teater terpilih akan mendapatkan dukungan dana produksi serta pendampingan intensif dari kurator FTI. Selain itu, empat kelompok teater lainnya akan diundang secara khusus untuk memeriahkan panggung festival di kota-kota tujuan, menjanjikan keragaman dan kualitas pertunjukan yang memukau.
Ringkasan
Festival Teater Indonesia (FTI), hasil kerjasama Titimangsa dan PENASTRI, akan diselenggarakan di Medan, Palu, Mataram, dan Jakarta pada November-Desember 2025. Festival ini bertujuan menjadi ruang kolaborasi lintas wilayah bagi para pelaku teater dari seluruh Indonesia dan meluncurkan kampanye “90 Menit Tanpa Gawai” untuk mengajak penonton fokus menikmati pertunjukan.
FTI akan memberikan penghargaan Lifetime Achievement kepada tokoh teater yang berjasa. Festival ini membuka kesempatan bagi kelompok teater untuk berpartisipasi melalui open call dan akan memilih 16 kelompok untuk mendapatkan dukungan dana produksi serta pendampingan. FTI juga mengusung konsep alih wahana, adaptasi karya sastra Indonesia ke panggung teater, dengan izin resmi dari penulis untuk menghormati hak kekayaan intelektual.