Sponsored

Banjir Sumatera: Ekonomi Kuartal IV Terancam, Target Pertumbuhan Melambat?

Bencana banjir dan longsor dahsyat yang melanda Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat pada akhir November 2025 tak sekadar menyisakan luka fisik yang mendalam. Sejumlah ekonom kini menyoroti dampak seriusnya, memperingatkan potensi pergeseran signifikan pada peta pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal IV 2025.

Sponsored

Tragedi yang menelan hingga 753 korban jiwa ini diperkirakan akan memangkas potensi ekonomi nasional. Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Mohammad Faisal, menjelaskan bahwa sebagian besar aktivitas ekonomi di ketiga provinsi tersebut mengalami kelumpuhan parah.

“Tiga provinsi itu memiliki kontribusi yang cukup signifikan terhadap ekonomi nasional, sekitar 9% dari total Produk Domestik Bruto (PDB) nasional,” ungkap Faisal kepada Katadata.co.id, Rabu (3/12). Dengan terganggunya wilayah vital ini, proyeksi pertumbuhan ekonomi untuk kuartal akhir 2025 terancam terkoreksi.

CORE Indonesia sebelumnya menargetkan pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV 2025 berada di kisaran 5,2% hingga 5,4%. Namun, Faisal menambahkan, setelah bencana ini, angka tersebut bisa jadi hanya mencapai 5,2% atau bahkan melorot di bawahnya. Kondisi ini tentunya akan sangat memengaruhi target pemerintah yang mematok pertumbuhan ekonomi di kuartal yang sama untuk melesat di kisaran 5,6% sampai 5,7%, di mana pencapaiannya kini diragukan.

Konsumsi Melemah, Logistik Tercekik

Dampak paling krusial diperkirakan datang dari melemahnya konsumsi rumah tangga, komponen vital yang selama ini menopang daya tahan ekonomi Indonesia. Banjir memaksa masyarakat menghentikan belanja non-esensial, mengalihkan prioritas ke kebutuhan darurat, serta membatasi mobilitas secara drastis di berbagai wilayah. “Tentu saja, kondisi ini menghambat konsumsi rumah tangga dan beragam aktivitas lainnya, termasuk potensi konsumsi pemerintah,” jelas Faisal.

Lebih lanjut, gangguan logistik akan memperparah situasi. Terputusnya urat nadi distribusi, menyempitnya akses antarwilayah, dan lonjakan biaya pengiriman menjadi penghalang serius bagi pergerakan barang dan jasa. Akibatnya, sektor pertanian, perdagangan, pertambangan, hingga industri manufaktur turut terpuruk. Sektor pariwisata, yang biasanya menjadi motor penggerak ekonomi Sumatera di musim libur akhir tahun, kini terancam berhenti mendadak. Faisal memprediksi bahwa konsumsi masyarakat pada kuartal IV tidak akan melampaui 4,9%, mengingat pada kuartal III 2025 saja angka konsumsi tahunan hanya mencapai 4,89%, melambat dari 4,97% di kuartal sebelumnya.

Proyeksi Pemerintah Terbentur Realitas Lapangan

Senada, Ekonom Universitas Andalas Syafruddin Karimi menekankan pentingnya pemerintah untuk meninjau ulang ekspektasinya. Bencana alam di Sumatera ini, menurutnya, hampir pasti akan memberikan tekanan signifikan pada pertumbuhan ekonomi. “Kerusakan infrastruktur dan terhentinya denyut aktivitas ekonomi di banyak kabupaten di Sumatera akan mengurangi dorongan pertumbuhan,” kata Syafruddin.

Jalan nasional yang terputus, jembatan yang ambruk, rumah usaha yang terendam, dan gagal panen lahan pertanian secara kolektif melumpuhkan produksi, distribusi, dan belanja rumah tangga di kawasan yang, menurut Syafruddin, menyumbang lebih dari seperlima PDB nasional. Meski rekonstruksi diharapkan memicu belanja pemerintah dan proyek padat karya sehingga kontraksi tidak terlalu dalam, Syafruddin realistis bahwa pertumbuhan ekonomi di kuartal IV cenderung akan bergerak di sekitar 5%. Oleh karena itu, ia menyarankan agar pemerintah menyesuaikan narasi proyeksinya agar kebijakan fiskal tidak terjebak pada optimisme berlebihan yang mengabaikan realitas lapangan.

Ringkasan

Bencana banjir dan longsor di Sumatera pada akhir November 2025 diperkirakan akan berdampak signifikan pada pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal IV 2025. Ekonom memperkirakan lumpuhnya aktivitas ekonomi di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat akan memangkas potensi ekonomi nasional, mengingat kontribusi ketiga provinsi tersebut terhadap PDB nasional cukup besar, sekitar 9%.

Dampak utama berasal dari melemahnya konsumsi rumah tangga dan terganggunya logistik. Masyarakat memprioritaskan kebutuhan darurat dan membatasi mobilitas, sementara terputusnya jalur distribusi menghambat pergerakan barang dan jasa. Kondisi ini diperkirakan akan mempengaruhi target pertumbuhan ekonomi pemerintah di kuartal IV, yang sebelumnya dipatok di kisaran 5,6% – 5,7%.

Sponsored