Sponsored

Syarat Ahli Gizi Dapur MBG Dilonggarkan: Apa Dampaknya?

Kepala Badan Gizi Nasional Dadan Hindayana melonggarkan syarat ahli gizi yang bekerja di dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi atau SPPG. Hal ini dipicu minimnya ketersediaan ahli gizi untuk memenuhi permintaan program Makan Bergizi Gratis.

Sponsored

Dadan menekankan setiap dapur SPPG wajib memiliki tiga hal untuk beroperasi, yakni dapur, ahli gizi, dan akuntan. Dadan mensinyalir belum semua 16.630 SPPG yang beroperasi memiliki ahli gizi.

“Kenyataan di lapangan ahli gizi memang langka, sampai terjadi perebutan antar-SPPG. Karena itu kami membuka kesempatan bagi lulusan selain program studi gizi untuk menjadi ahli gizi di SPPG,” kata Dadan di kantor Kementerian Koordinator Bidang Pangan, Jakarta, Rabu (3/12).

Dadan menyampaikan tugas utama ahli gizi di dapur SPPG adalah menyesuaikan makanan yang dihasilkan dengan bahan baku lokal. Selain itu, ahli gizi bertugas agar seluruh makanan yang disajikan aman dikonsumsi oleh penerima manfaat.

Baca juga:

  • 173 SPPG di Sumut Alihkan Lebih dari 340 Ribu Paket MBG untuk Korban Bencana
  • BGN Butuh Tambahan 20 Ribu Tenaga Ahli Gizi untuk Program Makan Bergizi Gratis
  • BGN Akui Kekurangan Ahli Gizi, Minta Profesional dan Lulusan Baru Daftar ke SPPG

Posisi ahli gizi di SPPG kini terbuka untuk empat lulusan program studi, yakni kesehatan masyarakat, teknologi pangan, pengolahan makanan, dan keamanan pangan. Dadan tidak merinci apakah keempat lulusan program studi tersebut wajib memiliki Surat Tanda Registrasi seperti yang dimiliki ahli gizi.

Kementerian Kesehatan mendata jumlah ahli gizi pada tahun lalu mencapai 34.553 orang, sedangkan ahli gizi yang telah bekerja di rumah sakit maupun puskesmas hingga awal bulan ini sejumlah 22.987 orang. Dengan demikian, total ahli gizi yang tersedia di lapangan kerja saat ini hanya 11.566 orang.

Karena itu, program MBG saat ini kekurangan sekitar 5 ribu tenaga gizi. Dadan menilai perluasan syarat ahli gizi di SPPG ke empat program studi lainnya dapat mengisi kekurangan tersebut. “Dengan perluasan syarat ahli gizi di SPPG menjadi lima program studi, mungkin kebutuhan ahli gizi di setiap SPPG dapat dipenuhi,” katanya.

Sebelumnya, Dadan mengatakan membutuhkan sekitar 20 ribu tenaga ahli gizi untuk penempatan di dapur satuan layanan pemenuhan gizi alias SPPG program makan bergizi gratis atau MBG. BGN menargetkan minimal 31 ribu SPPG di seluruh Indonesia.

Dadan menyampaikan mekanisme rekrutmen tenaga ahli gizi akan menyesuaikan kebutuhan masing-masing SPPG. Mereka umumnya merekrut ahli gizi dua bulan sebelum SPPG beroperasi. “Calon mitra biasanya merekrut ahli gizi dua bulan sebelum operasional,” ujarnya.

Wakil Kepala BGN Nanik Sudaryati Deyang mengatakan ada 5.914 penerima manfaat MBG yang mengalami keracunan sejak Januari hingga 25 September yang tersebar di 70 lokasi. Para penerima yang menjadi korban terdiri dari anak sekolah dan ibu hamil.

BGN mengidentifikasi sejumlah penyebab utama insiden tersebut, salah satunya ditemukannya Bakteri E. coli yang berasal dari air, nasi, tahu, dan ayam. Kemudian, ditemukan Staphylococcus aureus pada tempe dan bakso, dan bakteri salmonella pada ayam, telur, dan sayuran.

Selain itu, ada pula Bacillus cereus pada mie, hingga kontaminasi air yang juga memicu penyebaran bakteri coliform, klebsiella, proteus hingga kandungan logam berat timbal

Sponsored