JAKARTA — Lanskap pasar modal Indonesia di penghujung tahun 2025 bersiap menyambut kehadiran dua emiten baru yang diproyeksikan akan menjadi faktor pendorong baru bagi kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Kedua calon emiten tersebut adalah PT Abadi Lestari Indonesia Tbk. (RLCO) dan PT Super Bank Indonesia Tbk. (SUPA).
PT Abadi Lestari Indonesia Tbk. (RLCO) telah menuntaskan rangkaian penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) dengan harga pelaksanaan saham sebesar Rp168 per lembar. Periode penawaran umum RLCO sukses terselenggara pada tanggal 2 hingga 4 Desember, dan sahamnya dijadwalkan akan mulai didistribusikan pada hari ini, Jumat (5/12/2025).
Sebagai entitas yang bergerak di sektor konsumer nonsiklikal, RLCO menerbitkan sebanyak 625 juta saham dengan nilai nominal Rp50 per saham. Melalui langkah strategis ini, perseroan menargetkan perolehan dana segar senilai Rp105 miliar dari pasar modal.
Sementara itu, PT Super Bank Indonesia Tbk. (SUPA) atau Superbank juga telah merampungkan proses book building yang berlangsung dari 25 November hingga 1 Desember 2025. Dalam fase ini, harga penawaran awal saham Superbank ditetapkan di kisaran Rp525 hingga Rp695 per saham. Adapun jadwal IPO Superbank direncanakan berlangsung pada tanggal 10 hingga 15 Desember mendatang.
Dengan kisaran harga penawaran awal tersebut, calon emiten perbankan digital ini berpotensi menghimpun dana antara Rp2,31 triliun hingga Rp3,06 triliun dari penawaran umum perdana kepada publik. Angka ini menunjukkan ambisi besar Superbank dalam memperkuat permodalan dan ekspansi bisnisnya di sektor keuangan digital.
Menanggapi prospek kedua emiten ini, Analis Reliance Sekuritas Indonesia, Arifin, memberikan pandangannya. Menurut Arifin, RLCO memiliki prospek fundamental yang lebih kokoh. Emiten di sektor konsumer ini berhasil mencatatkan perbaikan signifikan pada sisi profitabilitasnya. Meskipun sempat mengalami tekanan pada tahun 2024, margin laba bersih RLCO diperkirakan akan tetap stabil di kisaran 19% sejak tahun 2023 hingga proyeksi akhir tahun ini.
Selain profitabilitas, struktur permodalan RLCO juga menunjukkan perbaikan tajam. Rasio utang terhadap ekuitas (DER) perseroan berhasil diturunkan drastis, dari 1.172% pada tahun 2023 menjadi 880% pada tahun 2024, dan diproyeksikan akan menyusut hingga 153% pada tahun 2025. “Jika dikomparasikan dengan emiten sejenis, RLCO masih cukup bagus. Artinya, kami melihat nanti ketika debut IPO juga kemungkinan akan bagus di hari pertama dan kedua,” ungkap Arifin dalam diskusi daring pada Jumat (5/12/2025).
Di sisi lain, prospek SUPA atau Superbank dinilai memiliki potensi pertumbuhan yang sangat tinggi, namun dengan risiko rentan terhadap volatilitas pasar. Kendati demikian, dari aspek operasional, Arifin menggarisbawahi beberapa indikator positif. Rasio kredit terhadap simpanan (Loan to Deposit Ratio/LDR) Superbank masih terbilang sehat, dan margin bunga bersih (Net Interest Margin/NIM) berada di level yang kompetitif jika dibandingkan dengan bank digital lainnya.
Arifin menjelaskan bahwa rasio pengembalian ekuitas (Return on Equity/ROE) SUPA sejatinya masih sedikit tertinggal dibandingkan dengan para kompetitornya. Namun, ia menekankan bahwa permodalan perusahaan cukup kuat dan diproyeksikan akan semakin solid setelah berhasil meraih dana segar dari IPO. Dari segi valuasi, harga IPO Superbank dianggap telah mencerminkan nilai wajarnya, dengan rasio price to book value (PBV) berada di kisaran 2,3 kali hingga 2,8 kali, yang sudah setara dengan rata-rata pasar.
“Kalau bank digital IPO, maka euforianya itu sangat-sangat tinggi. Artinya, kenaikannya nanti bisa sangat signifikan, tetapi kalau untuk jangka panjang kembali lagi kita harus melihat perkembangan Superbank,” pungkas Arifin, memberikan gambaran bahwa potensi kenaikan harga saham Superbank dalam jangka pendek mungkin sangat menarik, namun keberlanjutan performa akan sangat bergantung pada inovasi dan perkembangan bisnis perseroan di masa mendatang.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.
Ringkasan
Dua emiten baru, PT Abadi Lestari Indonesia Tbk. (RLCO) dan PT Super Bank Indonesia Tbk. (SUPA), siap mendorong IHSG di akhir tahun 2025. RLCO telah menyelesaikan IPO dengan harga Rp168 per saham dan menargetkan dana segar Rp105 miliar, sementara SUPA menetapkan harga penawaran awal antara Rp525-Rp695 per saham, berpotensi menghimpun dana hingga Rp3,06 triliun.
Analis Reliance Sekuritas Indonesia menilai RLCO memiliki fundamental yang kokoh dengan profitabilitas dan struktur permodalan yang membaik. Sementara SUPA dinilai memiliki potensi pertumbuhan tinggi meski rentan volatilitas, dengan LDR dan NIM yang sehat. Permodalan SUPA diperkirakan akan semakin kuat setelah IPO, dengan valuasi yang dianggap wajar.