Ekonomi RI 2025: Pertumbuhan 5%, Investasi Jadi Kunci

Bank Indonesia (BI) Optimistis Ekonomi Indonesia Tumbuh 4,6% – 5,4% di Tahun 2025

Bank Indonesia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2025 berada di kisaran 4,6% hingga 5,4%. Proyeksi optimistis ini didorong oleh sejumlah faktor positif, antara lain kuatnya investasi, peningkatan ekspor, dan kebijakan moneter yang longgar yang diterapkan BI. Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI, Juli Budi Winantya, menjelaskan bahwa prospek investasi tetap solid hingga akhir tahun 2025. Hal ini terlihat dari peningkatan signifikan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) dari 2,12% pada kuartal I menjadi 6,99% pada kuartal II tahun 2025. “Pendorongnya tetap kuatnya investasi dan membaiknya ekspor,” ujar Juli dalam Pelatihan Wartawan Media Nasional di Yogyakarta, Jumat (22/8). Ekspor Indonesia, lanjutnya, juga diuntungkan oleh tarif dagang Amerika Serikat yang relatif rendah, memberikan keunggulan kompetitif bagi produk-produk Indonesia di pasar global.

Peran Penting Belanja Pemerintah dan Kebijakan Suku Bunga BI

Selain investasi dan ekspor, peningkatan belanja pemerintah dibandingkan semester I 2025 juga diyakini akan berkontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. BI sendiri secara aktif mendukung pertumbuhan ini melalui kebijakan suku bunga. Sejak September 2024, BI telah lima kali memangkas suku bunga acuan (BI-Rate), yaitu pada September 2024, serta Januari, Mei, Juli, dan Agustus 2025. “Bank Indonesia sudah lima kali menurunkan policy rate sehingga sepanjang tahun pertumbuhan ekonomi bisa berada di atas titik tengah kisaran 4,6% hingga 5,4%,” jelas Juli.

RDG BI Turunkan BI-Rate ke 5%

Dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada 19-20 Agustus 2025, suku bunga acuan (BI-Rate) kembali diturunkan sebesar 25 basis poin menjadi 5%. Penurunan ini juga diikuti oleh penurunan suku bunga deposit facility menjadi 4,25% dan lending facility menjadi 5,75%. Gubernur BI, Perry Warjiyo, menjelaskan bahwa keputusan ini sejalan dengan perkiraan inflasi 2025-2026 yang rendah dan berada dalam sasaran 2,5% plus minus 1%. “Keputusan ini konsisten dengan rendahnya perkiraan inflasi 2025–2026 dalam sasaran 2,5% plus minus 1%,” ujar Perry pada Rabu (22/8). Langkah ini, tegas Perry, bertujuan untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi. BI juga masih membuka kemungkinan penurunan suku bunga di masa mendatang. “Ini untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi sejalan dengan rendahnya perkiraan inflasi dengan tetap mempertahankan stabilitas nilai tukar rupiah,” tambah Perry.

Dukungan Kebijakan Makroprudensial dan Sistem Pembayaran

Tidak hanya kebijakan moneter, BI juga memperkuat kebijakan makroprudensial yang longgar untuk mendorong penyaluran kredit, menurunkan suku bunga perbankan, dan meningkatkan likuiditas. Semua upaya ini diarahkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Lebih lanjut, BI juga mengarahkan kebijakan sistem pembayaran untuk turut menopang pertumbuhan ekonomi melalui perluasan akseptasi pembayaran digital, penguatan struktur industri sistem pembayaran, dan penguatan daya tahan infrastruktur sistem pembayaran. “Ini dilakukan melalui perluasan akseptasi pembayaran digital, penguatan struktur industri sistem pembayaran, dan penguatan daya tahan infrastruktur sistem pembayaran,” pungkas Perry.

Ringkasan

Bank Indonesia (BI) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2025 mencapai 4,6% hingga 5,4%, didorong oleh investasi yang kuat, peningkatan ekspor, dan kebijakan moneter yang longgar. Peningkatan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) dan tarif dagang AS yang rendah turut berkontribusi pada pertumbuhan ini. Pemerintah juga berperan penting melalui peningkatan belanja.

BI telah menurunkan suku bunga acuan (BI-Rate) sebanyak lima kali hingga Agustus 2025, menjadi 5%, untuk mendukung pertumbuhan ekonomi. Penurunan ini sejalan dengan proyeksi inflasi yang rendah. Selain kebijakan moneter, BI juga memperkuat kebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran untuk mendorong penyaluran kredit dan perluasan pembayaran digital.

Tinggalkan komentar