Sponsored

Siasat WIFI Gandeng CENT hingga TBIG Usai Menang Lelang Frekuensi 1,4 GHz

PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI), yang dikenal juga sebagai Surge, langsung tancap gas setelah berhasil memenangkan lelang penggunaan pita frekuensi radio 1,4 GHz dari Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi). Emiten yang bernaung di bawah dukungan Hashim Djojohadikusumo, adik Prabowo Subianto, ini tak membuang waktu untuk memperkuat posisinya dengan menjalin kemitraan strategis bersama raksasa infrastruktur telekomunikasi, PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) dan PT Centratama Menara Indonesia Tbk (CENT).

Sponsored

Kemitraan vital ini difokuskan pada penyediaan dukungan infrastruktur telekomunikasi guna mengakselerasi pengembangan broadband wireless access (BWA). Langkah ini diambil menyusul kemenangan Surge dalam tender penggunaan pita frekuensi radio 1,4 GHz untuk wilayah regional 1 yang mencakup area krusial seperti Pulau Jawa, Papua, dan Maluku.

Dalam sebuah Paparan Publik di Jakarta, Direktur WIFI, Shannedy Ong, menegaskan keunggulan kemitraan ini. Ia mengungkapkan bahwa kedua mitra strategis, Tower Bersama Group dan Centratama, memiliki portofolio gabungan sebanyak 50.000 menara atau site yang sudah siap untuk segera dimanfaatkan oleh Surge. “Dengan adanya existing tower dari para supporting infrastructure partner kita ini, perseroan tidak perlu lagi mengeluarkan investasi besar untuk membangun menara baru demi penggelaran jaringan,” jelas Shannedy, seperti dikutip pada Selasa (21/10). Ini menjadi efisiensi signifikan dalam pengembangan jaringan internet masa depan.

Kesiapan infrastruktur ini menjadi pilar utama strategi Surge. Shannedy menambahkan bahwa jika 50.000 menara yang tersedia dari Tower Bersama dan Centratama dirasa belum mencukupi untuk memenuhi ambisi ekspansi perseroan, Surge telah menyiapkan rencana cadangan. Potensi kerja sama akan dijajaki dengan operator menara terkemuka lainnya seperti PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (Mitratel) dan Protelindo Group, anak usaha dari PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR). Meski demikian, Shannedy optimistis bahwa jumlah menara yang ada saat ini sudah “sangat signifikan” untuk melayani populasi di Jawa, Papua, dan Maluku. Ia menekankan bahwa Regional 1 ini merupakan golden zone yang menguasai 61 persen dari total pangsa pasar di Indonesia, menjadikannya target yang sangat strategis.

Tak hanya mengandalkan kekuatan infrastruktur, Surge juga berinvestasi dalam teknologi terkini. Perseroan saat ini tengah aktif membangun ekosistem end-to-end 5G FWA yang komprehensif melalui kolaborasi dengan sejumlah pemain global terkemuka. Mitra strategis ini meliputi raksasa teknologi seperti Nokia, Huawei, Orex SAI, Baicells, Fiberhome, serta produsen chipset kenamaan, Qualcomm dan ESR, menjamin solusi yang terintegrasi dan berdaya saing tinggi.

Dengan fondasi teknologi dan infrastruktur yang kuat, Surge bertekad untuk mendisrupsi pasar dengan penawaran yang sangat menarik. Perusahaan menargetkan untuk meluncurkan paket internet rumah berbasis FWA dengan kecepatan impresif 100 Mbps, hanya dengan harga Rp100.000 per bulan. Penawaran ini secara khusus menyasar segmen rumah tangga underserved, yaitu mereka yang selama ini belum terjangkau atau belum menikmati layanan fixed broadband yang berkualitas.

Bidik Penyediaan Internet Murah
Sejalan dengan rencana ekspansi masif ini, Shannedy mengonfirmasi bahwa paket Starlite dengan kecepatan hingga 100 Mbps akan dibanderol dengan harga terjangkau Rp100.000 per pelanggan per bulan. Surge memasang target ambisius untuk mengakuisisi 5 juta pelanggan dalam jangka waktu bertahap. Jika target monumental ini tercapai, perseroan memproyeksikan potensi pendapatan berulang (recurring revenue) yang fantastis, mencapai sekitar Rp500 miliar per bulan. Namun, Shannedy menekankan bahwa pertumbuhan pelanggan akan bersifat gradual dan tidak akan langsung mencapai angka 5 juta pada hari pertama peluncuran.

Strategi penetapan harga ini, lanjut Shannedy, lahir dari analisis mendalam terhadap daya beli rumah tangga di Indonesia. Ia menjelaskan bahwa segmen masyarakat menengah ke bawah umumnya hanya mampu mengalokasikan sekitar Rp100.000 per bulan untuk layanan internet. Oleh karena itu, harga yang ditawarkan Surge dipandang sebagai kunci untuk meningkatkan penetrasi fixed broadband di segmen yang selama ini masih belum terlayani secara optimal. “Penetrasi fixed broadband di Indonesia relatif rendah dibandingkan negara-negara lain di Asia Tenggara, dan salah satu faktor utamanya adalah keterjangkauan harga,” terang Shannedy, menegaskan urgensi solusi internet murah ini.

Selain fokus pada paket FWA yang terjangkau, Surge juga terus mengembangkan lini layanannya. Perseroan membedakan teknologi yang digunakan: FWA (Fixed Wireless Access) akan menjadi tulang punggung layanan internet nirkabel yang memanfaatkan frekuensi 1,4 GHz, sementara produk FTTH (Fiber to The Home), yang belum lama ini diluncurkan di Bali, menawarkan paket dengan standar canggih Wi-Fi 7 dan kecepatan fantastis 2 Gbps seharga Rp299.000. Tak berhenti di situ, Surge turut menunjukkan komitmen sosialnya melalui program pilot pemberian akses internet gratis di berbagai sekolah, dengan inisiatif awal di Pontianak dan yang terbaru di sebuah SMP negeri di Kuden Pasar, Bali.

Dengan serangkaian strategi ekspansi bisnis yang komprehensif dan diversifikasi layanan ini, Shannedy optimis Surge siap mencatatkan pertumbuhan pendapatan yang signifikan, dengan proyeksi peningkatan yang sangat menjanjikan terutama pada tahun 2026.

Ringkasan

PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI), atau Surge, bergerak cepat usai memenangkan lelang frekuensi 1,4 GHz dengan menggandeng PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) dan PT Centratama Menara Indonesia Tbk (CENT). Kemitraan ini bertujuan untuk menyediakan infrastruktur telekomunikasi dalam rangka mempercepat pengembangan broadband wireless access (BWA), terutama di wilayah regional 1 yang meliputi Jawa, Papua, dan Maluku.

Surge menargetkan peluncuran paket internet rumah berbasis FWA dengan kecepatan 100 Mbps seharga Rp100.000 per bulan, menyasar segmen rumah tangga yang belum terjangkau layanan fixed broadband. Perusahaan juga berinvestasi dalam teknologi terkini dan membangun ekosistem 5G FWA dengan mitra global. Mereka menargetkan 5 juta pelanggan dan potensi pendapatan berulang Rp500 miliar per bulan.

Sponsored