Sponsored

Saham BBNI: Peluang Rebound? Analisis Lengkap dan Prospek Investasi

Babaumma – , JAKARTA – Saham PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) menunjukkan sinyal positif dan berpotensi untuk rebound lebih cepat, terutama jika melihat kinerja BBNI hingga kuartal III/2025. Bank pelat merah ini kerap disebut sebagai salah satu bank jumbo yang memiliki posisi likuiditas sangat kuat dan tingkat efisiensi operasional yang unggul dibandingkan bank-bank besar lainnya di Indonesia. Potensi penguatan ini menjadi sorotan para investor yang memantau pergerakan saham BBNI.

Sponsored

Handy Noverdanius, Analis CGS International Sekuritas Indonesia, secara khusus menyoroti efisiensi operasional sebagai keunggulan utama BBNI. Rasio biaya terhadap pendapatan atau cost to income ratio (CIR) BBNI tercatat berada di level 46,1%. Angka ini jauh lebih baik dibandingkan rata-rata bank besar lain yang masih berkisar 48%–49%. Keberhasilan Bank BNI dalam menjaga efisiensi biaya secara berkelanjutan, terutama melalui proses digitalisasi dan disiplin pengendalian beban operasional, memberikan ruang yang cukup bagi profitabilitas perseroan untuk tetap terjaga, meskipun margin bunga sedang mengalami tekanan.

Pada sembilan bulan pertama tahun 2025, BBNI membukukan laba bersih sebesar Rp15,1 triliun. Meskipun angka ini menunjukkan penurunan 7,3% secara tahunan (year on year/YoY), capaian tersebut mencerminkan daya tahan kinerja BBNI yang solid di tengah tren pelemahan margin bunga secara umum. Pasalnya, perolehan ini telah setara dengan 73,5% dari target tahunan yang ditetapkan oleh CGS Sekuritas, menandakan pencapaian yang mendekati ekspektasi.

Dari sisi pendapatan, BBNI berhasil mencatat pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) yang stabil, yakni sebesar Rp29,3 triliun. Lebih lanjut, pendapatan non-bunga (non interest income) menunjukkan pertumbuhan yang impresif, melambung 12,4% YoY menjadi Rp17,2 triliun. Peningkatan signifikan ini merupakan cerminan dari strategi diversifikasi pendapatan non-bunga yang semakin kuat, meliputi kontribusi dari bisnis treasury, sindikasi, dan berbagai komisi transaksi. Kombinasi kedua jenis pendapatan ini mendorong total pendapatan BBNI naik tipis menjadi Rp46,5 triliun, menegaskan pertumbuhan yang sehat di tengah tantangan suku bunga tinggi.

Dalam fungsi intermediasi, kredit BBNI tercatat tumbuh 10,5% YoY mencapai Rp812,19 triliun, menunjukkan ekspansi yang berkesinambungan. Sementara itu, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) juga melonjak 21,4% YoY menjadi Rp934,3 triliun. Lonjakan simpanan ini terutama ditopang oleh peningkatan rekening giro dan deposito berjangka, ditambah dukungan signifikan dari penempatan dana pemerintah. Kinerja intermediasi yang kuat ini menghasilkan penurunan rasio pinjaman terhadap simpanan (loan to deposit ratio/LDR) yang sehat menjadi 86,9% dari 95,3% pada tahun sebelumnya. Angka LDR yang lebih rendah ini menggambarkan likuiditas BBNI yang sangat longgar dan ruang ekspansi kredit yang luas, sebuah kondisi yang berbeda dengan bank-bank besar lainnya yang rata-rata masih mencatatkan LDR di atas 90%, sehingga ruang ekspansi mereka lebih terbatas dan menimbulkan tekanan pada biaya dana.

Meskipun margin bunga bersih (net interest margin/NIM) mengalami sedikit penurunan menjadi 3,8% akibat tekanan pada yield kredit, BBNI berhasil menekan biaya dana (cost of fund/CoF) ke level 2,8%. Ini adalah indikator keberhasilan Bank BNI dalam mengelola struktur pendanaan secara lebih efisien. Handy memperkirakan tren efisiensi ini akan terus berlanjut hingga tahun 2026, terutama jika suku bunga acuan mulai bergerak menurun, yang akan semakin mendukung profitabilitas BBNI.

Dari sisi kualitas aset, BBNI tetap menjaga rasio kredit bermasalah (NPL) yang stabil di 2,0%, didukung oleh rasio cakupan yang tinggi mencapai 222,7%. Sementara itu, biaya kredit (cost of credit/CoC) bertahan pada level 1,0%. Data ini menunjukkan kemampuan pengelolaan risiko Bank BNI yang sangat prudent dan terukur. Struktur permodalan perseroan juga tetap kokoh, tercermin dari rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) sebesar 21,1% dan pengembalian ekuitas (return on equity/ROE) di angka 12,7%.

CGS Sekuritas memproyeksikan laba bersih BBNI akan mencapai Rp20,7 triliun hingga akhir tahun 2025, dengan potensi pertumbuhan sekitar 10% pada tahun 2026. Proyeksi ini didasari pada pemulihan margin bunga bersih dan stabilisasi biaya dana. Handy menyimpulkan bahwa Bank BNI menunjukkan keseimbangan terbaik antara pertumbuhan kredit, efisiensi biaya, dan kualitas aset. Dengan likuiditas BBNI yang longgar, manajemen risiko yang disiplin, dan pendapatan non-bunga yang terus meningkat, BBNI berpotensi besar untuk memimpin pemulihan di sektor perbankan Indonesia pada tahun mendatang.

Di sisi lain, mengutip data Bloomberg per 30 Oktober, sentimen pasar terhadap saham BBNI sangat positif. Mayoritas, atau sebanyak 32 dari 36 analis yang mengulas saham ini, merekomendasikan “beli”. Sisanya, masing-masing sebanyak 2 analis menyarankan “tahan” dan “jual”. Ini menunjukkan keyakinan kuat dari komunitas analis terhadap prospek BBNI ke depan.

Target harga saham BBNI menurut konsensus analis Bloomberg diproyeksikan mencapai Rp5.044 per lembar untuk 12 bulan ke depan. Target harga ini menggambarkan potensi pengembalian (return) sebesar 14,4% dari harga terakhir yang tercatat Rp4.410 per lembar. Adapun, pergerakan saham BBNI pada sepekan terakhir menunjukkan tren positif, meskipun secara kumulatif sejak awal tahun (year to date/YtD), dengan harga Rp4.410 per lembar, saham BBNI masih melemah 3,92%.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Ringkasan

Saham BBNI menunjukkan sinyal positif untuk rebound, didukung kinerja solid hingga kuartal III/2025. Analis menyoroti efisiensi operasional BBNI yang unggul, tercermin dari cost to income ratio (CIR) yang lebih baik dibandingkan bank besar lainnya. Laba bersih BBNI mencapai Rp15,1 triliun pada sembilan bulan pertama 2025, menunjukkan daya tahan di tengah tren pelemahan margin bunga.

Pertumbuhan kredit BBNI tercatat 10,5% YoY dan DPK melonjak 21,4% YoY, menghasilkan LDR yang sehat. Sentimen pasar terhadap saham BBNI sangat positif, dengan mayoritas analis merekomendasikan “beli”. Target harga saham BBNI diproyeksikan mencapai Rp5.044 per lembar dalam 12 bulan ke depan, menggambarkan potensi return sebesar 14,4%.

Sponsored