Sponsored

AMMN Terjungkal: Pendapatan Anjlok, Rugi Hampir 3 Triliun!

Kinerja finansial PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN), emiten pertambangan hasil kolaborasi Grup Salim dan Keluarga Panigoro, mengalami tekanan signifikan selama kuartal ketiga 2025. Perusahaan mencatatkan rugi bersih sebesar US$ 178,53 juta, atau setara dengan sekitar Rp 2,97 triliun (dengan asumsi kurs Rp 16.640 per dolar AS). Angka ini menunjukkan pembalikan kondisi yang drastis, mengingat pada periode yang sama tahun lalu AMMN masih membukukan laba sebesar US$ 717,11 juta.

Sponsored

Penurunan tajam laba ini tak lepas dari anjloknya penjualan bersih AMMN yang merosot hingga 78,1%. Dari semula US$ 2,49 miliar, penjualan bersih perusahaan kini hanya mencapai US$ 545,33 juta atau sekitar Rp 9,07 triliun. Penjualan domestik menyumbang US$ 4,88 juta, sementara sebagian besar penjualan berasal dari ekspor, yakni sebesar US$ 540,44 juta.

Presiden Direktur AMMN, Arief Sidarto, menjelaskan bahwa kerugian ini disebabkan oleh serangkaian hambatan yang timbul selama proses peningkatan kapasitas smelter dan implementasi larangan ekspor konsentrat yang berlaku sejak awal tahun 2025. Dalam fase transisi ini, perusahaan gencar mengupayakan efisiensi operasional, optimalisasi biaya, dan percepatan kinerja produksi untuk mengatasi dampak tersebut.

Arief Sidarto juga mengindikasikan bahwa kerugian ini merupakan efek transisi jangka pendek seiring dengan rampungnya upaya perseroan menuju operasi hilir. Ia menambahkan, kinerja keseluruhan mulai menunjukkan sinyal pemulihan setelah dimulainya kembali penjualan katoda tembaga sejak kuartal kedua dan penjualan emas murni yang aktif sejak kuartal ketiga 2025.

Baca juga:

  • Emiten Happy Hapsoro (RATU) Kaji Akuisisi 3 Lapangan Migas Selain Blok Kasuri
  • Menilik Kiprah ARCI Balik Rugi Jadi Laba Rp 1,17 T, Bagaimana Prospek Sahamnya?

Kebijakan pemerintah yang membatasi AMMN hanya untuk menjual produk logam jadi, seperti katoda tembaga dan emas murni, alih-alih konsentrat seperti pada tahun 2024, turut menjadi pemicu penurunan penjualan. Sejak kuartal kedua, penjualan katoda tembaga telah memberikan kontribusi sekitar US$ 389 juta. Sementara itu, penjualan emas murni yang baru dimulai pada kuartal ketiga berhasil menyumbang sekitar US$ 155 juta. Sisa US$ 1 juta berasal dari penyesuaian harga akhir dan volume atas penjualan konsentrat dari tahun sebelumnya.

“Perseroan saat ini sedang dalam proses pengajuan izin ekspor konsentrat. Setelah izin ini diperoleh, AMMN akan memiliki fleksibilitas untuk menjual baik konsentrat maupun produk logam jadi,” terang Arief Sidarto dalam keterangan resmi yang dikutip dari keterbukaan informasi pada Kamis (30/10).

Di sektor pertambangan, operasi AMMN tetap berjalan sesuai rencana. Tim manajemen secara konsisten berupaya meningkatkan volume bijih segar yang ditambang, dengan peningkatan signifikan lebih dari dua kali lipat pada kuartal ketiga dibandingkan kuartal kedua 2025. “Kami tetap optimistis bahwa kegiatan penambangan dapat memenuhi panduan produksi untuk tahun 2025,” tegasnya.

Laporan Produksi

Secara kumulatif hingga kuartal ketiga 2025, volume material yang ditambang tercatat 6% lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Manajemen AMMN menilai penurunan ini wajar, mengingat volume penambangan pada tahun 2024 mencapai rekor tertinggi dan diproyeksikan menjadi salah satu pencapaian terbesar sepanjang umur tambang Batu Hijau.

Selama kuartal ketiga 2025, kegiatan penambangan lebih difokuskan pada pengupasan lapisan batuan penutup (waste removal) serta pengambilan bijih berkadar rendah hingga menengah di area terluar Fase 8. Strategi ini mengakibatkan volume bijih segar yang ditambang dari Januari hingga September 2025 lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya, meskipun secara kuartalan terjadi peningkatan signifikan dari 5 juta ton menjadi 14 juta ton.

Biaya penambangan per unit mengalami kenaikan 10% secara tahunan menjadi US$ 2,45 per ton. Peningkatan ini utamanya disebabkan oleh jarak angkut yang lebih jauh, kenaikan harga bahan bakar, serta penurunan volume material. Meskipun demikian, biaya tersebut masih berada dalam rentang anggaran yang telah ditetapkan perusahaan.

Dalam sembilan bulan pertama 2025, produksi konsentrat AMMN mencapai 310.143 metrik ton kering, menurun 51% dibandingkan tahun lalu. Produksi tembaga tercatat 145 juta pon dan emas sebesar 75.621 ons, masing-masing turun 57% dan 89% dari tahun sebelumnya. Penurunan ini telah diantisipasi, mengingat sebagian besar bijih yang diolah berasal dari stok cadangan (stockpiles) dan bijih berkadar rendah dari Fase 8.

Di sisi lain, produksi katoda tembaga dari fasilitas smelter yang mulai beroperasi sejak akhir Maret 2025 menunjukkan hasil positif, mencapai 41.052 ton atau sekitar 91 juta pon selama sembilan bulan pertama 2025. Demikian pula, fasilitas Precious Metals Refinery (PMR) yang mulai beroperasi pertengahan Juli telah menghasilkan 44.792 ons emas murni sepanjang kuartal ketiga 2025.

Panduan Kinerja Perusahaan 2026

Menatap tahun 2026, manajemen AMMN memproyeksikan operasi penambangan akan menghasilkan sekitar 900.000 metrik ton kering konsentrat. Volume ini diperkirakan mengandung 485 juta pon (sekitar 220.000 ton) tembaga dan 579.000 ons emas. Dari total tersebut, sekitar 500.000 metrik ton kering akan diproduksi dari pabrik konsentrator yang ada saat ini, sementara 400.000 metrik ton kering sisanya ditargetkan berasal dari pabrik konsentrator baru, dengan mempertimbangkan kemajuan proses komisioning.

Pekerjaan perbaikan smelter ditargetkan selesai pada semester pertama 2026, diikuti oleh proses peningkatan kapasitas (ramp-up) yang akan dilakukan secara bertahap sepanjang tahun. Saat ini, perusahaan belum dapat memberikan panduan produksi spesifik untuk katoda tembaga dan emas murni di tahun 2026 karena fokus utama masih pada upaya mencapai stabilitas operasional smelter. AMMAN juga sedang mengajukan izin ekspor konsentrat yang diperkirakan akan diperoleh pada kuartal keempat 2025, dengan masa berlaku enam bulan.

Ringkasan

PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) mengalami kerugian bersih signifikan sebesar US$ 178,53 juta pada kuartal ketiga 2025, berbalik dari laba US$ 717,11 juta pada periode yang sama tahun lalu. Penurunan ini disebabkan oleh anjloknya penjualan bersih hingga 78,1% menjadi US$ 545,33 juta akibat peningkatan kapasitas smelter, implementasi larangan ekspor konsentrat, serta pembatasan penjualan hanya pada produk logam jadi seperti katoda tembaga dan emas murni.

Manajemen AMMN menjelaskan bahwa kerugian ini adalah efek transisi jangka pendek menuju operasi hilir. Mereka optimis dengan dimulainya kembali penjualan katoda tembaga dan emas murni, yang masing-masing menyumbang US$ 389 juta dan US$ 155 juta. Perusahaan juga sedang dalam proses pengajuan izin ekspor konsentrat untuk fleksibilitas penjualan dan menargetkan produksi konsentrat 900.000 metrik ton kering pada tahun 2026.

Sponsored