
Belakangan ini, isu mengenai sumber air AQUA dari sumur bor telah menjadi perbincangan hangat di berbagai platform media sosial. Perhatian publik memuncak setelah sebuah video inspeksi mendadak di salah satu fasilitas produksi AQUA menjadi viral, memicu beragam spekulasi. Banyak konsumen mengaku terkejut, mengingat citra AQUA selama ini identik dengan air minum yang berasal dari mata air pegunungan alami.
Menanggapi kehebohan tersebut, AQUA segera memberikan klarifikasi resmi. Klarifikasi ini tidak hanya meluruskan dugaan penggunaan air dari sumur bor biasa, melainkan juga menjawab tudingan terkait kewajiban pajak, izin pengambilan air (SIPA), dampak lingkungan, dan kontribusi sosial perusahaan. Sebagai pionir air minum dalam kemasan (AMDK) di Indonesia, AQUA menyadari pentingnya meluruskan informasi demi mencegah kesalahpahaman luas di masyarakat.
Perusahaan menegaskan komitmennya untuk senantiasa menjaga kualitas dan kemurnian air yang disalurkan kepada konsumen. AQUA meyakini bahwa transparansi informasi dan edukasi publik adalah kunci dalam membangun serta memperkuat kepercayaan masyarakat. Oleh karena itu, setiap poin klarifikasi yang disampaikan didukung oleh data ilmiah yang valid, berpedoman pada ketentuan regulasi yang berlaku, dan hasil verifikasi lapangan yang akuntabel.
PT Tirta Investama, selaku produsen AQUA, memberikan penjelasan resmi ini khususnya untuk menanggapi beredarnya video kunjungan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, ke salah satu fasilitas produksi AQUA yang berlokasi di Subang, Jawa Barat. Video inilah yang menjadi pemicu utama keramaian di media sosial.
Dalam pernyataan resminya, AQUA menulis, “Klarifikasi ini bertujuan meluruskan informasi yang beredar di media sosial, yang menyebutkan bahwa AQUA menggunakan air dari sumur bor biasa, bukan dari air pegunungan, serta menyoroti isu pajak, SIPA, dampak lingkungan, hingga kontribusi sosial perusahaan. Kami ingin tidak ada kesalahpahaman di masyarakat,” demikian kutipan dari laman resmi AQUA yang diakses Kamis (23/10/2025).
Latar Belakang Isu Sumber Air AQUA Sumur Bor
Gelombang perbincangan tentang sumber air AQUA dari sumur bor bermula setelah viralnya video kunjungan seorang pejabat publik ke salah satu pabrik AQUA. Dalam rekaman tersebut, secara eksplisit disebutkan bahwa air untuk proses produksi diambil dari dalam tanah melalui metode pengeboran. Penemuan ini segera menimbulkan kebingungan di tengah masyarakat, sebab selama puluhan tahun, publik mengenal AQUA sebagai merek air minum murni yang bersumber langsung dari mata air pegunungan alami di permukaan.
Sejak didirikan pada tahun 1973, AQUA berhasil membangun citra kuat sebagai pelopor air minum dalam kemasan (AMDK) di Indonesia, yang identik dengan kemurnian dan kesegaran alami pegunungan. Narasi ini telah tertanam dalam benak konsumen, menumbuhkan kepercayaan bahwa AQUA selalu menghadirkan air terbaik yang langsung bersumber dari alam. Oleh karena itu, ketika istilah “sumur bor” mencuat dalam perbincangan publik, banyak yang merasa terjadi ketidaksesuaian antara citra yang dikenal dan realitas yang diungkapkan, memicu beragam spekulasi dan pertanyaan di kalangan masyarakat.
Fakta di Balik Sumber Air AQUA dari Sumur Bor
Sebenarnya, proses pengambilan air oleh AQUA memang memanfaatkan teknologi pengeboran, namun perlu digarisbawahi bahwa ini sangat berbeda dari sumur bor rumahan seperti yang dibayangkan masyarakat. Air yang digunakan diambil dari lapisan tanah yang sangat dalam, dikenal sebagai akuifer dalam, yaitu sumber air murni yang tersimpan jauh di bawah permukaan bumi.
Penting untuk memahami perbedaan fundamental antara air tanah dangkal dan air tanah dalam. Air tanah dangkal umumnya ditemukan pada kedalaman belasan meter dan sangat rentan terhadap pencemaran akibat aktivitas manusia di permukaan. Berbanding terbalik, air tanah dalam bersemayam pada kedalaman hingga ratusan meter, terlindungi secara alami oleh lapisan batuan kedap air yang bertindak sebagai filter alami selama puluhan bahkan ratusan tahun.
Lapisan batuan inilah yang krusial dalam menjaga kualitas air tetap murni, jernih, dan bebas dari polutan. Oleh karena itu, penggunaan teknologi pengeboran untuk mengakses akuifer dalam sesungguhnya merupakan metode ilmiah yang canggih untuk mendapatkan sumber air paling optimal dan aman bagi setiap konsumen AQUA.
Penjelasan Resmi dari Danone-AQUA
Danone-AQUA, melalui klarifikasi resminya, menegaskan kembali mengenai isu sumber air AQUA dari sumur bor yang sempat viral. Pihak perusahaan menjelaskan bahwa penggunaan teknologi pengeboran sama sekali tidak berarti air AQUA berasal dari sumber buatan. Sebaliknya, ini adalah prosedur standar industri untuk mengakses akuifer dalam, yakni lapisan air murni yang secara alami terlindungi jauh di bawah permukaan bumi. Melalui metode ini, AQUA memastikan air yang diambil tetap alami, steril, dan memiliki kualitas tinggi.
Lebih jauh, Danone-AQUA memaparkan bahwa air AQUA berasal dari 19 mata air pegunungan terpilih yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia. Penentuan setiap sumber air melalui penelitian ilmiah ekstensif yang memakan waktu minimal satu tahun, melibatkan para ahli geologi dan hidrogeologi terkemuka, serta kolaborasi dengan universitas ternama seperti UGM dan Unpad. Pengambilan air dilakukan dari kedalaman antara 60 hingga 140 meter, pada lapisan yang terpisah dan tidak bersinggungan dengan sumber air yang dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar, sehingga menjamin keberlanjutan dan keamanan pasokan.
Pasca-pengambilan, air akan melewati serangkaian tahapan pengawasan mutu berlapis tanpa intervensi tangan manusia, demi menjaga kemurnian dan higienitasnya. Seluruh proses produksi air minum dalam kemasan ini dijalankan sesuai dengan standar ketat yang ditetapkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) serta Standar Nasional Indonesia (SNI). Hal ini untuk memastikan bahwa produk akhir yang sampai ke tangan konsumen tetap aman, alami, dan berkualitas premium.
Memahami Perbedaan: Air Sumur Bor dan Air Pegunungan
Penting untuk dipahami bahwa definisi “air pegunungan” tidak selalu merujuk pada aliran air yang kasat mata di permukaan seperti sungai atau air terjun. Dalam perspektif hidrogeologi, istilah ini mencakup seluruh sistem hidrologi di kawasan pegunungan, termasuk air hujan yang meresap jauh ke dalam tanah dan tersimpan dalam lapisan akuifer bawah tanah. Air di dalam akuifer ini telah melalui proses filtrasi alami selama bertahun-tahun melewati lapisan batuan dan pasir, sehingga kandungan mineral dan kemurniannya terjaga dengan sempurna secara alami.
Adapun istilah “sumur bor” sesungguhnya hanya mengacu pada teknologi atau metode yang digunakan untuk mengambil air dari lapisan akuifer dalam tersebut. Dapat diibaratkan, untuk mendapatkan “harta karun” berupa air murni yang tersimpan rapat di kedalaman bumi, dibutuhkan “kunci” berupa teknologi pengeboran modern untuk menjangkaunya. Metode ini bukan berarti air berasal dari sumur rumah tangga biasa, melainkan merupakan pendekatan ilmiah yang canggih untuk mengakses sumber air alami secara aman dan efisien.
Lebih dari itu, praktik pengeboran ini telah menjadi standar internasional dalam industri air minum dalam kemasan (AMDK). Di seluruh dunia, air dari mata air alami seringkali diambil melalui lubang bor yang dirancang khusus untuk mengarah langsung ke sumber air murni di kedalaman bumi, memastikan kualitas dan integritasnya tetap terjaga.
Kepatuhan Pajak, SIPA, dan Regulasi Lingkungan
AQUA secara tegas menyatakan komitmennya untuk selalu patuh pada ketentuan hukum yang berlaku, termasuk dalam melaksanakan kewajiban perpajakan dan retribusi secara transparan. Semua pembayaran dilakukan secara resmi melalui Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan, sehingga tercatat sah dan akuntabel di mata hukum.
Dalam hal pengelolaan sumber air, AQUA hanya mengambil air dalam jumlah yang telah ditentukan oleh kuota resmi sesuai dengan Surat Izin Pengusahaan Air Tanah (SIPA). Proses ini berada di bawah pengawasan ketat instansi berwenang. Demi memastikan keberlanjutan sumber daya alam, AQUA juga aktif menjalankan berbagai inisiatif konservasi air dan program pengembalian air ke alam serta masyarakat, termasuk melalui program WASH (Water Access, Sanitation, and Hygiene) yang telah memberikan manfaat nyata bagi lebih dari 500.000 orang di berbagai wilayah operasionalnya.
Sebagai wujud dedikasi terhadap kepatuhan, AQUA membentuk SIPA Taskforce yang bertugas memantau seluruh proses perizinan, pelaporan, dan pelaksanaan program konservasi yang berbasis Daerah Aliran Sungai (DAS). Perusahaan juga secara rutin berkoordinasi dengan pemerintah daerah dan pusat untuk memastikan setiap proses berjalan sesuai regulasi, termasuk dalam menghadapi berbagai kendala administratif atau teknis yang mungkin muncul.
Wujud transparansi AQUA tercermin dari laporan akurat setiap volume air yang diambil, yang kemudian diaudit secara berkala oleh pemerintah. AQUA juga menekankan bahwa setiap pelanggaran terhadap aturan pengelolaan air akan dikenai sanksi tegas sesuai ketentuan hukum yang berlaku.
Lebih lanjut, AQUA menjelaskan bahwa harga produk air mineral yang sampai ke tangan konsumen mencerminkan rangkaian panjang proses yang cermat, mulai dari seleksi sumber, pengujian kualitas air, pengolahan higienis, distribusi yang efisien, hingga komitmen mendalam terhadap keberlanjutan lingkungan dan masyarakat. Semua ini menjadi bukti bahwa nilai yang diberikan kepada konsumen sejalan dengan kualitas premium produk dan tanggung jawab sosial serta lingkungan perusahaan.
Dari berbagai penjelasan komprehensif ini, dapat disimpulkan bahwa isu sumber air AQUA dari sumur bor sama sekali tidak berarti airnya berasal dari sumber buatan atau air tanah dangkal yang mudah tercemar. AQUA secara konsisten menggunakan teknologi pengeboran modern untuk menjangkau akuifer dalam, yakni lapisan air pegunungan murni yang tersimpan ratusan meter di bawah permukaan bumi dan terlindungi sempurna oleh formasi batuan alami. Metode ini merupakan jaminan bahwa air yang digunakan senantiasa alami, bersih, dan bebas polutan, mempertahankan kualitas AQUA sebagai air minum dalam kemasan terpercaya.
Ringkasan
Isu mengenai sumber air AQUA dari sumur bor muncul setelah video inspeksi fasilitas produksi AQUA viral. Hal ini memicu spekulasi karena citra AQUA selama ini identik dengan air dari mata air pegunungan alami. Menanggapi isu tersebut, AQUA memberikan klarifikasi bahwa mereka menggunakan teknologi pengeboran untuk mengakses akuifer dalam, yaitu sumber air murni yang tersimpan jauh di bawah permukaan bumi.
AQUA menegaskan komitmennya untuk menjaga kualitas dan kemurnian air. Mereka mengambil air dari 19 mata air pegunungan terpilih melalui proses penelitian ilmiah yang ekstensif. Proses produksi dilakukan sesuai standar BPOM dan SNI, memastikan produk akhir aman, alami, dan berkualitas premium. AQUA juga patuh terhadap ketentuan hukum yang berlaku, termasuk kewajiban perpajakan, SIPA, dan regulasi lingkungan.