
Babaumma – JAKARTA – Prospek pasar modal ke depan akan sangat ditentukan oleh langkah-langkah kebijakan moneter Bank Sentral. Terkait hal tersebut, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada Desember 2025 telah memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di level 4,75%.
Di tengah keputusan tersebut, kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada penutupan perdagangan Rabu (17/12/2025) menunjukkan koreksi tipis 0,11%, mengakhiri sesi pada posisi 8.677. Pelemahan indeks komposit ini terjadi setelah sebelumnya mencatatkan penguatan signifikan sebesar 0,43% pada penutupan hari sebelumnya.
Analisis dari Tim Riset Phintraco Sekuritas menyoroti pergerakan IHSG yang cenderung sideways dalam rentang sempit sebelum akhirnya terkoreksi. Meskipun demikian, secara teknikal, posisi IHSG masih menunjukkan tren kenaikan (uptrend) untuk jangka menengah dan panjang, menandakan fundamental yang kuat.
: Bos Sawit di Kaltim Akali Pajak, Negara Rugi Rp452 Juta
Namun, untuk periode jangka pendek, IHSG diproyeksikan masih akan bergerak dalam fase konsolidasi. Riset sekuritas tersebut, yang dirilis pada Rabu (17/12/2025), menjelaskan bahwa posisi IHSG yang masih berada di atas rata-rata pergerakan (MA) 5, MA20, MA50, dan MA200 mengindikasikan bahwa indeks tetap berada dalam area bullish, meskipun dengan momentum yang sedikit melambat saat ini.
Selain analisis IHSG, Phintraco Sekuritas juga menyoroti beberapa data keuangan penting yang menjadi perhatian pasar. Salah satunya adalah pertumbuhan kredit pada November 2025 yang melesat menjadi 7,74% secara tahunan (year on year/YoY), meningkat dari 7,36% pada Oktober 2025. Capaian ini merupakan laju pertumbuhan tercepat sejak Juni lalu, didorong oleh paket stimulus pemerintah yang bertujuan untuk meningkatkan daya beli masyarakat.
Namun, di sisi lain, volume undisbursed loan atau kredit menganggur masih tercatat cukup tinggi, mencapai Rp2.509,4 triliun pada November 2025. Angka ini setara dengan 23,18% dari total kredit yang telah disetujui, menunjukkan adanya potensi dana yang belum tersalurkan secara optimal.
Lebih lanjut, riset tersebut mengemukakan bahwa meskipun BI Rate telah mengalami penurunan kumulatif sebesar 125 basis poin (bps) sepanjang 2025, respons penurunan suku bunga kredit perbankan cenderung lebih lambat. Penurunan yang tercatat hanya sebesar 24 bps, dari 9,2% di awal 2025 menjadi 8,96% pada November 2025, mengindikasikan adanya dislokasi transmisi kebijakan moneter ke sektor riil.
Melihat ke depan, Phintraco Sekuritas memberikan proyeksi IHSG untuk perdagangan Kamis (18/12). Secara teknikal, indikator Stochastic RSI yang membentuk Golden Cross di dekat area oversold membuka potensi rebound dalam jangka pendek. Dengan demikian, IHSG diperkirakan masih akan bergerak konsolidasi dalam rentang 8.600-8.750, selama level penutupan tetap berada di bawah 8.750.
Terlepas dari koreksi singkat ini, jika menilik kinerja IHSG dalam sebulan terakhir, indeks komposit telah mencatatkan pertumbuhan impresif sebesar 3,09%. Bahkan, IHSG berulang kali berhasil memecahkan rekor all time high (ATH) penutupan baru. Rekor ATH penutupan terakhir tercatat pada level 8.710,69, yang dicapai pada penutupan pasar Senin (8/12), menunjukkan kekuatan fundamental pasar saham domestik.