Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) pada Kamis (11/12) pagi mengumumkan terbentuknya Bibit Siklon Tropis 93S. Fenomena atmosfer ini segera memicu perhatian serius, terutama setelah pakar klimatologi dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Erma Yulihastin, memperingatkan bahwa badai yang dihasilkannya berpotensi menjadi “next Senyar” – sebuah nama yang identik dengan bencana cuaca ekstrem sebelumnya.
Menurut informasi terbaru dari BMKG yang dirilis pada Jumat (12/12), Bibit Siklon Tropis 93S saat ini terpantau berada di Samudra Hindia, tepatnya di selatan Bali. Sistem ini memiliki kecepatan angin maksimal sekitar 15 knot (28 kilometer per jam) dengan tekanan udara minimum 1009 hPa. Meskipun demikian, BMKG menilai potensi Bibit Siklon Tropis 93S untuk berkembang menjadi siklon tropis dalam kurun waktu 12 hingga 24 jam ke depan masih dalam kategori peluang rendah. Namun, dampak tidak langsungnya diperkirakan akan terasa hingga 13 Desember.
Dampak tidak langsung yang diwaspadai meliputi potensi hujan sedang hingga lebat yang dapat melanda wilayah Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Selain itu, masyarakat pesisir dan pengguna jalur laut juga diimbau untuk mewaspadai potensi gelombang laut tinggi yang diperkirakan mencapai 1,25 hingga 2,5 meter. Kondisi ini berpotensi terjadi di Samudra Hindia selatan Jawa Timur hingga NTT, perairan selatan Jawa Timur hingga NTT, serta di Selat Bali, Lombok, dan Alas bagian selatan.
Menyikapi potensi ini, Direktur Meteorologi Publik BMKG, Andri Ramdhani, menyerukan agar masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir serta daerah rawan banjir dan longsor untuk meningkatkan kewaspadaan. Begitu pula, para pelaku kegiatan pelayaran, perikanan, dan transportasi laut diminta untuk senantiasa menyesuaikan aktivitas mereka dengan informasi resmi mengenai gelombang tinggi yang dikeluarkan BMKG. Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, menambahkan bahwa dalam 24 jam ke depan, intensitas Bibit Siklon Tropis 93S cenderung persisten dengan pergerakan lambat ke arah barat daya, menjauhi wilayah Indonesia. Prediksi lebih lanjut untuk 48 hingga 72 jam ke depan menunjukkan bahwa sistem ini diperkirakan akan meningkatkan intensitas secara bertahap seiring membaiknya pola sirkulasi, namun dengan pergerakan yang konsisten menjauhi daratan Indonesia. Guswanto menegaskan, “Berdasarkan analisis kami, sistem ini bergerak perlahan menjauhi wilayah Indonesia dan diperkirakan tidak akan berdampak langsung ke daratan.”
Namun, pandangan yang lebih mengkhawatirkan datang dari pakar klimatologi BRIN, Erma Yulihastin. Ia kembali menekankan bahwa badai yang dihasilkan oleh Bibit Siklon Tropis 93S memiliki potensi untuk berkembang menjadi “next Senyar”, sebuah fenomena cuaca ekstrem yang sebelumnya dikaitkan dengan banjir bandang dan longsor dahsyat di Sumatra. Melalui akun X-nya pada Kamis (11/12), Erma Yulihastin secara tegas memperingatkan, “Waspadai next Senyar, yang diperkirakan mendarat di NTT pada 1 – 10 Januari 2026.” Prediksi ini bukan tanpa dasar, melainkan didasarkan pada hasil analisis resolusi tinggi dari KAMAJAYA – BRIN, sebuah sistem pendukung keputusan mutakhir yang dirancang khusus untuk mitigasi cuaca ekstrem dalam rentang enam bulan ke depan.
Meskipun BMKG memprediksi pergerakan menjauh, Erma menyoroti bahwa Bibit Siklon Tropis 93S diperkirakan akan mendarat di Laut Flores, berdekatan dengan wilayah NTT, Kupang, dan Timor Leste, yang ia sebut “lebih berbahaya” dampaknya. Bahaya utama Bibit Siklon Tropis 93S terletak pada kemampuannya untuk tumbuh cepat menjadi siklon tropis. Jika mendarat di wilayah timur, sistem ini berpotensi besar membawa hujan ekstrem yang berlangsung berjam-jam, angin kencang, gelombang tinggi, hingga memicu banjir bandang dan longsor yang merusak.
Dengan demikian, masyarakat diimbau untuk tetap meningkatkan kewaspadaan. Puncak risiko dari Bibit Siklon Tropis 93S diperkirakan terjadi antara 11 hingga 20 Desember. Kewaspadaan ini juga perlu diperpanjang hingga awal Januari 2026, bertepatan dengan periode libur Natal dan Tahun Baru, mengingat potensi dampak yang dapat meluas dan serius.