Sponsored

Danantara Buka Opsi Investasi Langsung di Proyek DME Batu Bara

Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) membuka kemungkinan berinvestasi langsung pada proyek gasifikasi batu bara menjadi dimethyl ether (DME). Proyek ini menjadi bagian dari 18 proyek hilirisasi sektor energi dan sumber daya mineral (ESDM) yang diajukan kepada Danantara. 

Sponsored

“Danantara bisa investasi langsung, mungkin ya” ujar Rosan di Istana Merdeka Jakarta pada Kamis (6/11).

 

Namun, Rosan mengaku masih perlu melakukan evaluasi terkait rencana investasi yang efisien untuk menggarap proyek tersebut. Demikian pula dengan kemungkinan mitra yang dapat digandeng Danantara.

Baca juga:

  • Menilik Nasib BUMN Farmasi KAEF dan INAF, Rugi Menyusut di Tangan Danantara?
  • Airlangga Sebut Pemerintah dan Danantara Godok Teknis Penyelesaian Utang Whoosh

“Karena DME ini dulu pernah dicoba jalankan. Sempat groundbreaking kemudian berhenti. Danantara tidak mau hal itu terjadi lagi,” kata Rosan. 

Perusahaan pengolahan gas dan kimia asal Amerika Serikat (AS), Air Products and Chemicals Inc., sebelumnya hengkang dari dua proyek hilirisasi batu bara di Indonesia karena diduga tingginya harga batu bara yang membuat proyek tersebut menjadi tidak ekonomis. 

Air Products diketahui bekerja sama dengan PT Bukit Asam (PTBA) dan PT Kaltim Prima Coal untuk gasifikasi batu bara menjadi DME. Mundurnya Air Products and Chemicals Inc dari dua proyek hilirisasi batu bara domestik itu disebabkan oleh macetnya hitung-hitungan investasi antar perusahaan.

Mundurnya Air Products dari dua proyek patungan hilirisasi batu bara bersama PT Bukit Asam dan PT Kaltim Prima Coal disebabkan oleh adanya perubahan arah bisnis perusahaan menjadi pengembangan hidrogen di negara asalnya, Amerika Serikat.

Kebutuhan investasi untuk proyek ini sebelumnya ditaksir mencapai Rp 164 triliun. Rencananya proyek gasifikasi batu bara ini akan dibangun di Kalimantan, yakni Kabupaten Bulungan, Kutai Timur, Kota Baru dan Sumatera, antara lain Kabupaten Muara Enim, Penukal Abab Lematang Ilir, dan Banyuasin.

Proyek DME ini merupakan bagian dari 18 proyek hilirisasi sektor energi dan sumber daya mineral (ESDM)

Menurut Rosan, pihaknya masih melakukan penilaian menyeluruh atas seluruh 18 proyek hilirisasi yang disetorkan oleh Kementerian ESDM. Ia menekankan, penyaluran pembiayaan dari Danantara nantinya akan diprioritaskan untuk proyek yang jelas secara studi kelayakan, model bisnis, dan teknologi.

 

Menteri ESDM Bahlil Lahadalia telah menyetorkan 18 proyek hilirisasi kepada Danantara. Dia menyebut, belasan proyek hilirisasi sektor ESDM seluruhnya telah melalui studi kelayakan tahap awal alias pre feasibility study. Salah satu yang dimaksud, yakni proyek DME di tiga lokasi di Sumatera dan Kalimantan.

“Dengan kita melakukan percepatan 18 proyek yang nilai investasinya hampir Rp 600 triliun, maka akan menciptakan pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan pekerjaan, dan produknya itu menjadi substitusi impor,” kata Bahlil di Istana Merdeka Jakarta pada Kamis (6/11).

Bahlil sebelumnya mengatakan bahwa pendanaan proyek kali ini akan berasal dari anggaran negara dan perusahaan swasta nasional. Hal ini relatif berbeda dari rencana pengembangan DME sebelumnya yang bergantung pada investor asing.

Dia mengindikasikan bahwa salah satu sumber pendanaan proyek DME berasal dari Danantara. Dengan skema baru ini, pemerintah ingin memastikan proyek DME tidak lagi bergantung pada keinginan investor asing yang bisa saja mundur di tengah jalan.

Sponsored