Emas Naik? Prediksi Harga Emas Jelang Suku Bunga The Fed

Babaumma – JAKARTA – Jelang pengumuman suku bunga The Fed, harga emas dunia diprediksi akan terus merangkak naik (bullish). Emas bahkan beberapa kali mencetak rekor baru dalam beberapa waktu terakhir.

Berdasarkan laporan Reuters pada Rabu (17/9/2025), harga emas spot mencapai puncak tertinggi sepanjang masa, menyentuh angka US$3.702,95 per troy ounce. Penutupan perdagangan menunjukkan harga emas menguat 0,3%, menetap di US$3.690,59. Sementara itu, harga emas berjangka AS untuk pengiriman Desember naik 0,2% menjadi US$3.727,50.

Andy Nugraha, analis dari Dupoin Futures Indonesia, menjelaskan bahwa reli harga emas ini didorong oleh ekspektasi pasar akan adanya pemotongan suku bunga oleh The Fed dalam pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pada 16-17 September. Pasar memperkirakan pemangkasan sebesar 25 basis poin, bahkan sebagian memprediksi pemotongan yang lebih agresif, hingga 50 basis poin.

Pemotongan suku bunga tersebut diproyeksikan akan melemahkan imbal hasil obligasi pemerintah AS dan mendorong koreksi nilai dolar AS mendekati level terendah dalam sepekan. Kedua faktor ini menjadi pendorong utama kenaikan harga emas.

Dari sisi teknikal, pola candlestick dan indikator moving average memperkuat tren bullish yang sangat kuat pada emas. “Jika tekanan bullish berlanjut, harga emas dunia berpotensi menembus kembali level US$3.700 hari ini,” ujar Andy dalam keterangan tertulisnya.

Namun, ia juga mengingatkan potensi koreksi jangka pendek jika momentum melemah. Level US$3.675 menjadi area penurunan terdekat yang perlu diperhatikan jika harga emas gagal naik dan mengalami koreksi.

Selain keputusan FOMC, pelaku pasar juga memperhatikan rilis data penjualan ritel AS, karena data ini dapat memengaruhi ekspektasi inflasi dan kebijakan The Fed selanjutnya. Revisi data tenaga kerja AS yang mengejutkan, menunjukkan kenaikan pekerjaan yang terlalu tinggi antara April 2024 hingga Maret 2025 (911.000), semakin memperkuat sinyal kebijakan moneter longgar The Fed dan memicu kekhawatiran pelemahan pasar tenaga kerja.

Perubahan sikap mendadak Ketua The Fed, Jerome Powell, di Simposium Jackson Hole pada akhir Agustus 2025, serta tekanan dari Presiden AS Donald Trump untuk memangkas suku bunga lebih besar, juga turut berkontribusi pada situasi ini. Terlebih, pengadilan banding AS menolak upaya Trump untuk memberhentikan Lisa Cook dari jabatannya sebagai Gubernur The Fed.

Ibrahim Assuaibi, pengamat mata uang & komoditas, memproyeksikan harga emas dunia menuju level US$3.712 pada pekan ini sebagai resistance pertama, dan berpotensi mencapai US$3.760. Sebaliknya, jika terjadi koreksi, support pertama berada di US$3.645, kemudian US$3.596.

Menurut Ibrahim, “Geopolitik yang memanas antara Rusia dan Ukraina, ekspektasi penurunan suku bunga The Fed, serta perpolitikan terkait posisi Gubernur The Fed” menjadi beberapa faktor yang menyebabkan fluktuasi dan kenaikan harga emas.

Ringkasan

Harga emas dunia diperkirakan terus naik menjelang pengumuman suku bunga The Fed, bahkan mencapai rekor tertinggi US$3.702,95 per troy ounce. Kenaikan ini didorong ekspektasi pemotongan suku bunga The Fed, yang akan melemahkan imbal hasil obligasi AS dan nilai dolar, serta didukung oleh indikator teknikal. Potensi koreksi jangka pendek tetap ada, dengan level US$3.675 menjadi area yang perlu diperhatikan.

Selain keputusan The Fed, data penjualan ritel AS dan revisi data tenaga kerja yang mengejutkan juga memengaruhi ekspektasi inflasi dan kebijakan moneter. Perubahan sikap Jerome Powell dan tekanan politik turut berkontribusi pada kenaikan harga emas. Para analis memproyeksikan harga emas akan terus naik, namun juga menyebutkan level support jika terjadi koreksi harga.

Tinggalkan komentar