Emas Tembus Puncak! The Fed Pangkas Bunga, Investasi Menggiurkan?

Babaumma – JAKARTA – Harga emas mempertahankan posisinya di dekat rekor tertinggi, didorong oleh ekspektasi penurunan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed) pada pertemuan pekan depan. Hal ini menyusul data inflasi Amerika Serikat (AS) yang lebih rendah dari perkiraan.

Melansir Reuters pada Kamis (11/9/2025), harga emas spot meningkat 0,6% menjadi US$3.647,94 per troy ounce, setelah sempat menyentuh rekor tertinggi US$3.673,95 sehari sebelumnya. Sementara itu, harga emas berjangka AS untuk pengiriman Desember relatif stagnan di level US$3.682.

Data dari Departemen Tenaga Kerja AS menunjukkan penurunan tak terduga pada harga produsen di bulan Agustus, terutama disebabkan oleh penurunan biaya jasa. Kondisi ini semakin memperkuat sentimen positif terhadap emas.

Fawad Razaqzada, analis pasar di City Index dan FOREX.com, menjelaskan, “Setiap pelemahan tambahan dalam data ekonomi AS akan terus mendukung harga emas, mengingat kemungkinan terjadinya lebih dari dua kali pemangkasan suku bunga sebelum akhir tahun.” Hal ini didasarkan pada prediksi bahwa The Fed akan terus berupaya meredam inflasi.

Emas, yang dikenal sebagai aset lindung nilai terhadap ketidakpastian ekonomi, politik, dan inflasi, cenderung menguat dalam lingkungan suku bunga rendah. Kenaikan harga emas sepanjang tahun ini telah mencapai lebih dari 39%, mencerminkan kepercayaan investor terhadap logam mulia ini sebagai investasi yang aman.

Berdasarkan CME FedWatch, pasar memperkirakan peluang 90% untuk pemangkasan suku bunga sebesar seperempat poin pada pertemuan The Fed tanggal 16-17 September, meskipun peluang pemangkasan yang lebih besar masih relatif kecil. Keyakinan pasar terhadap pelonggaran moneter semakin kuat setelah laporan ketenagakerjaan nonfarm payrolls pekan lalu menunjukkan perlambatan di pasar tenaga kerja.

Lebih lanjut, Departemen Tenaga Kerja merevisi turun data pertumbuhan lapangan kerja hingga Maret, mengindikasikan perlambatan ekonomi bahkan sebelum Presiden AS Donald Trump memberlakukan tarif impor yang lebih agresif. Situasi ini turut memberikan dampak positif terhadap harga emas.

Pada Selasa (9/9), sebuah keputusan pengadilan federal memberikan pukulan bagi Presiden Trump dengan memblokir sementara upaya pemecatan Gubernur The Fed, Lisa Cook. Keputusan ini menjadi kemunduran awal bagi Gedung Putih dalam sengketa hukum yang berpotensi mengancam independensi bank sentral AS.

Saat ini, fokus investor tertuju pada rilis indeks harga konsumen (CPI) pada Kamis (11/9), yang akan sangat berpengaruh dalam menentukan arah kebijakan The Fed selanjutnya. Ricardo Evangelista, analis senior di ActivTrades, memperkirakan, “Level US$3.750 akan menjadi area resistensi berikutnya. Konsolidasi di atas level tersebut berpotensi mendorong harga emas mendekati US$3.900 pada akhir tahun.”

Selain emas, logam mulia lainnya juga mengalami peningkatan harga. Harga perak spot naik 0,8% menjadi US$41,21 per troy ounce. Platinum menguat 1,7% ke US$1.391,80, sementara paladium melonjak hampir 3% ke US$1.180,81.

Ringkasan

Harga emas mencapai rekor tertinggi mendekati US$3.673,95 per troy ounce, didorong ekspektasi penurunan suku bunga oleh The Fed. Penurunan ini dipicu data inflasi AS yang lebih rendah dari perkiraan dan perlambatan pasar tenaga kerja, mengakibatkan sentimen positif terhadap emas sebagai aset lindung nilai.

Peluang pemangkasan suku bunga The Fed sebesar seperempat poin pada pertemuan 16-17 September mencapai 90%, menurut CME FedWatch. Kenaikan harga emas sepanjang tahun ini lebih dari 39%, dan analis memprediksi potensi kenaikan hingga US$3.900 pada akhir tahun jika tren positif berlanjut. Logam mulia lain seperti perak, platinum, dan paladium juga mengalami peningkatan harga.

Tinggalkan komentar