Gita Wirjawan: Danantara, Solusi Hadapi Krisis Ekonomi Indonesia?

Gita Wirjawan, peneliti tamu di Stanford dan pembawa acara podcast Endgame, optimistis terhadap peran Badan Pengelola Investasi Daya Anagata (BPI Danantara) dalam mengurangi ketidakpastian ekonomi Indonesia. Ia membandingkan Danantara sebagai sistem navigasi atau GPS ekonomi, yang mampu mengubah ketidakpastian menjadi kepastian.

Dalam acara Meet The Leaders 6 di Universitas Paramadina, Jakarta (4/9), Gita menyatakan dukungan strukturalnya terhadap lembaga ini. Menurutnya, sebagai pengelola aset negara dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Danantara memiliki peran strategis yang sangat penting dalam investasi di Indonesia. “Ini adalah entitas paling besar dan utama yang mendapat kepercayaan penuh dari pemimpin negara. Saya bukan marketing director Danantara, tapi menurut intuisi dan logika saya, jika dijalankan dengan benar, tidak ada alasan lembaga ini gagal,” tegasnya.

Gita menekankan potensi Danantara untuk menempatkan Indonesia pada posisi strategis di kancah global, bahkan menjalin kerja sama jangka panjang dengan institusi internasional hingga 75 tahun. Ia mencontohkan CalPERS (California Public Employees’ Retirement System) di Amerika Serikat sebagai lembaga investasi jangka panjang yang sukses. Dengan menggandeng mitra internasional untuk proyek-proyek strategis seperti perubahan iklim, pemerataan kesejahteraan, atau distribusi layanan publik, Danantara berpotensi menciptakan terobosan besar.

Suksesnya Danantara, menurut Gita, bergantung pada dua kunci utama: meningkatkan pengaruh Indonesia di mata dunia dan mengubah ketidakpastian menjadi kepastian. “Jika dua hal ini dijalankan dengan benar, saya optimistis lembaga ini akan sukses,” tambahnya. Ia juga menyoroti pentingnya pemisahan peran negara sebagai regulator dan operator untuk menghindari konflik kepentingan yang menghambat kewirausahaan. Danantara, sebagai entitas kuasi-pemerintah, harus fokus pada tugas utamanya.

Danantara Siapkan Patriot Bonds Senilai Rp 50 Triliun

Sebagai langkah konkrit, BPI Danantara mengumumkan rencana peluncuran Patriot Bonds, obligasi patriotik senilai US$ 3,1 miliar atau sekitar Rp 50 triliun. Dana yang dihimpun melalui private placement kepada para pebisnis terkemuka ini akan dialokasikan ke sektor-sektor strategis, termasuk transisi energi, penciptaan lapangan kerja, dan perlindungan lingkungan. Danantara menyebut instrumen ini sebagai “modal persenjataan” untuk mencapai kemakmuran jangka panjang, bahkan setelah obligasi jatuh tempo.

Patriot Bonds, yang menawarkan kupon di bawah harga pasar dan menyasar para pemimpin bisnis atau konglomerat Indonesia, akan diterbitkan dalam dua seri: tenor lima tahun dan tujuh tahun, masing-masing senilai Rp 25 triliun. Penerbitan direncanakan pada 1 Oktober. “Danantara meluncurkan Patriot Bonds untuk mengajak para pemimpin bisnis mengumpulkan sumber daya bagi proyek jangka panjang dan berdampak tinggi di berbagai sektor,” demikian keterangan resmi Danantara yang dikutip Selasa (26/8).

Baca juga:

  • CEO BRI Ventures Jadi Tersangka Dugaan Korupsi Investasi TaniHub Rp 409 Miliar
  • Gita Wirjawan Soroti Kualitas Politikus Indonesia, 93% Pemilih Bukan Lulusan S1
  • Penjarahan Rumah Sri Mulyani Jadi Sorotan Media Asing

Ringkasan

Gita Wirjawan optimistis BPI Danantara dapat mengurangi ketidakpastian ekonomi Indonesia. Ia melihat Danantara sebagai instrumen strategis untuk investasi, membandingkannya dengan sistem navigasi ekonomi yang mengubah ketidakpastian menjadi kepastian dan menempatkan Indonesia di posisi strategis global melalui kerja sama jangka panjang. Keberhasilan Danantara bergantung pada peningkatan pengaruh Indonesia dan transformasi ketidakpastian menjadi kepastian, serta pemisahan peran negara sebagai regulator dan operator.

Sebagai langkah konkret, Danantara meluncurkan Patriot Bonds senilai Rp 50 triliun melalui private placement kepada pebisnis terkemuka. Dana tersebut akan dialokasikan ke sektor strategis seperti transisi energi dan penciptaan lapangan kerja. Obligasi ini, diterbitkan dalam dua seri dengan tenor lima dan tujuh tahun, diharapkan menjadi “modal persenjataan” untuk kemakmuran jangka panjang Indonesia.

Tinggalkan komentar