JAKARTA — Proyeksi kinerja emiten rumah sakit yang menunjukkan tren positif pada tahun 2026 mendatang telah memicu pandangan optimis dari kalangan analis terhadap sejumlah saham sektor kesehatan terkait.
Salah satu suara optimisme tersebut datang dari BRI Danareksa Sekuritas. Dalam risetnya yang dirilis pada 20 November 2025, institusi ini secara tegas memberikan outlook overweight bagi sektor kesehatan, menandakan potensi pertumbuhan yang menjanjikan.
Menurut analisis BRI Danareksa, pendorong utama lonjakan pendapatan rumah sakit pada tahun 2026 diperkirakan berasal dari segmen pasien swasta. Tren positif ini diyakini akan terus berlanjut hingga tahun tersebut, terutama mengingat tekanan pada segmen BPJS akibat kebijakan rujukan primary care yang semakin ketat. Demikian diungkapkan dalam riset yang dikutip pada Jumat (5/12/2025).
Memperkuat pandangan tersebut, Analis BRI Danareksa Sekuritas Abida Massi Armand secara terpisah menyampaikan bahwa momentum pertumbuhan dari segmen pasien privat akan terus berlanjut. Hal ini didukung oleh data periode Januari–September 2025 yang menunjukkan kenaikan jumlah pasien swasta telah mencapai 8% secara tahunan (year-on-year/YoY).
Lebih lanjut, Abida menjelaskan bahwa selain fokus meningkatkan eksposur terhadap pasien swasta, emiten rumah sakit juga akan berupaya memperkuat layanan mereka pada tahun 2026. Langkah ini esensial untuk menjaga daya saing dalam sistem rujukan berbasis kompetensi (competency-based referral).
Abida menegaskan, “Meskipun penyesuaian BPJS berjalan bertahap, narasi jangka panjang sektor ini tetap kokoh berkat under-penetration fasilitas kesehatan di Indonesia, sehingga potensi ekspansi masih sangat besar.” Pernyataan ini menggarisbawahi peluang pertumbuhan fundamental yang belum tergarap sepenuhnya di pasar domestik.
Melihat kondisi tersebut, Abida merekomendasikan saham PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk. (MIKA) sebagai pilihan utama (top pick). Ia menyoroti rekam jejak MIKA yang gemilang dalam eksekusi operasional, serta margin keuntungan tertinggi di tingkat regional.
Tak hanya itu, MIKA juga dinilai memiliki valuasi yang atraktif, menjanjikan hasil investasi yang optimal di tengah dominasi pertumbuhan pasien swasta dalam industri ini. Selain MIKA, PT Medikaloka Hermina Tbk. (HEAL) dan PT Siloam International Hospitals Tbk. (SILO) turut masuk dalam daftar rekomendasi BRI Danareksa Sekuritas. Institusi ini menetapkan target harga Rp1.950 per saham untuk HEAL, Rp2.850 untuk SILO, dan Rp3.450 per saham untuk MIKA.
Di sisi lain, Muhammad Wafi, Head of Research KISI Sekuritas, memiliki pandangan serupa dengan memilih HEAL sebagai top pick. Menurut Wafi, HEAL menonjol berkat daya tahan kuat pada segmen premium, margin yang cenderung stabil, serta ekspansi yang terukur.
Untuk MIKA, KISI Sekuritas merekomendasikannya karena arus kas (cashflow) yang solid, kekuatan penetapan harga (pricing power) yang tinggi, serta sifatnya yang defensif. Sementara itu, SILO direkomendasikan berkat lintasan pertumbuhan (trajectory) yang positif dan eksposur besar terhadap pasien swasta. Namun, secara keseluruhan, KISI Sekuritas memberikan outlook netral terhadap sektor kesehatan.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.
Ringkasan
Emiten rumah sakit diperkirakan menunjukkan kinerja positif pada tahun 2026, didorong oleh pertumbuhan segmen pasien swasta. BRI Danareksa Sekuritas memberikan outlook overweight untuk sektor kesehatan, dengan rekomendasi utama pada saham MIKA karena rekam jejak operasional yang baik dan margin keuntungan tertinggi. Selain MIKA, HEAL dan SILO juga direkomendasikan.
KISI Sekuritas juga memilih HEAL sebagai top pick karena daya tahan di segmen premium dan ekspansi yang terukur. MIKA direkomendasikan karena arus kas yang solid, sementara SILO direkomendasikan karena pertumbuhan positif dan eksposur besar terhadap pasien swasta. Meski begitu, KISI Sekuritas memberikan outlook netral terhadap sektor ini secara keseluruhan.