IHSG Menguat di Tengah Pelemahan Bursa Asia
Jakarta, 27 Agustus 2025 – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) berhasil mencatatkan penguatan pada penutupan perdagangan Rabu (27/8/2025), menutup sesi perdagangan pada angka 7.936,18, atau naik 30,42 poin (0,38%). Kenaikan ini terjadi berlawanan dengan tren pelemahan yang dialami mayoritas bursa saham di kawasan Asia. Berbeda dengan IHSG, indeks LQ45 justru mengalami koreksi sebesar 4,14 poin (0,51%), menutup perdagangan di angka 813,47.
Tim Riset Pilarmas Investindo Sekuritas menganalisis bahwa pergerakan positif IHSG merupakan respons terhadap data profit industri China yang menunjukkan tanda-tanda pemulihan, meskipun permintaan domestik masih tertekan. Laporan Biro Statistik Nasional (NBS) China mencatat laba industri turun 1,5 persen year on year (yoy) pada Juli 2025, lebih baik dibandingkan penurunan 4,3 persen yoy pada bulan Juni. Secara year to date (ytd), laba industri mengalami kontraksi 1,7 persen, peningkatan dari kontraksi 1,8 persen pada bulan Juni. Para pelaku pasar menilai perlambatan penurunan ini sebagai dampak positif dari langkah-langkah pemerintah China untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Di sisi lain, kekhawatiran mengenai independensi The Federal Reserve (The Fed) menyelimuti pasar Amerika Serikat (AS). Pemberhentian Gubernur Fed, Lisa Cook, oleh Presiden AS Donald Trump memicu ketidakpastian dan berpotensi mengikis kepercayaan investor.
Berbeda dengan sentimen global yang cenderung negatif, kabar positif datang dari dalam negeri. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian menyampaikan bahwa AS telah menyetujui prinsip pembebasan bea masuk sebesar 19 persen untuk beberapa komoditas ekspor utama Indonesia, yakni kakao, minyak sawit, dan karet. Kebijakan ini, yang diberlakukan Presiden Trump sejak 7 Agustus 2025, diharapkan akan meningkatkan daya saing ekspor Indonesia di pasar AS dan mendukung neraca perdagangan nasional.
Sepanjang hari perdagangan, IHSG konsisten berada di zona hijau, baik pada sesi pertama maupun kedua. Berdasarkan Indeks Sektoral IDX-IC, enam sektor mengalami penguatan, di antaranya sektor industri (naik 2,20 persen), sektor barang baku (2,17 persen), dan sektor properti (2,11 persen). Sebaliknya, lima sektor lainnya mengalami koreksi, termasuk sektor barang konsumen nonprimer (-0,97 persen), sektor teknologi (-0,85 persen), dan sektor barang konsumen primer (-0,53 persen).
Saham-saham dengan penguatan signifikan antara lain MITI, HUMI, BSBK, KETR, dan PGUN. Di sisi lain, saham JECC, RELI, RGAS, FITT, dan KRYA mencatatkan pelemahan paling dalam. Total frekuensi perdagangan mencapai 2.304.642 transaksi, dengan volume 41,21 miliar lembar saham senilai Rp 21,57 triliun. Dari total saham yang diperdagangkan, 335 saham menguat, 327 saham melemah, dan 142 saham stagnan.
Penutupan bursa saham regional Asia menunjukkan pergerakan yang beragam. Indeks Nikkei menguat 0,20 persen (86,10 poin) ke level 42.480,00. Sementara itu, indeks Hang Seng melemah 1,27 persen (323,16 poin) ke 25.201,76, indeks Shanghai turun 1,76 persen (68,03 poin) ke 3.800,35, dan indeks Strait Times melemah 0,09 persen (3,62 poin) ke 4.240,09.
Ringkasan
IHSG ditutup menguat pada angka 7.936,18, naik 30,42 poin (0,38%), berlawanan dengan tren pelemahan bursa Asia. Kenaikan ini didorong oleh data profit industri China yang membaik dan kebijakan pembebasan bea masuk AS untuk komoditas ekspor Indonesia seperti kakao, minyak sawit, dan karet. Sektor industri, barang baku, dan properti menjadi penopang utama penguatan IHSG.
Meskipun ada kekhawatiran terkait independensi The Fed di AS, sentimen positif domestik berhasil mengimbanginya. Enam sektor mengalami penguatan, sementara lima sektor lainnya terkoreksi. Total transaksi mencapai 2.304.642 dengan volume 41,21 miliar lembar saham senilai Rp 21,57 triliun. Pergerakan bursa regional Asia menunjukkan hasil yang beragam.