IHSG Tembus 8.000: Magnet Investor Asing?

Babaumma – JAKARTA — IHSG berhasil mempertahankan posisinya di level psikologis 8.000 pada pekan ini, sebuah pencapaian yang diperkirakan akan menarik minat investor asing (foreign inflow) ke pasar modal Indonesia. Kenaikan ini didorong oleh beberapa faktor kunci, seperti yang dijelaskan oleh Tim Riset Korea Investment & Sekuritas Indonesia (KISI).

Menurut KISI, suku bunga rendah saat ini menjadi katalis utama bagi aliran dana asing ke pasar negara berkembang (emerging market), termasuk Indonesia. Penurunan yield obligasi membuat daya tarik saham semakin meningkat. “Indonesia menjadi salah satu tujuan utama karena stabilitas makroekonomi yang terjaga, defisit fiskal yang terkendali, dan pertumbuhan ekonomi yang konsisten di atas 5%,” ujar Tim Riset KISI pada Jumat (19/9/2025).

Keunggulan IHSG sebagai indeks ketiga terkuat di kawasan regional juga memperkuat persepsi positif investor asing. Meskipun VN-Index Vietnam (naik 31,91%) dan Strait Times Index (STI) Singapura (naik 13,86%) menunjukkan pertumbuhan yang lebih tinggi sejak awal tahun 2025, IHSG sendiri telah mencatatkan penguatan sebesar 13,11%, membuktikan ketangguhan pasar modal Indonesia.

Selain suku bunga rendah, beberapa faktor lain turut menarik investor asing. Valuasi yang relatif murah dibandingkan negara-negara tetangga, fundamental emiten big caps (terutama di sektor perbankan, barang konsumsi, dan telekomunikasi) yang solid, likuiditas pasar yang baik, dan prospek permintaan domestik yang kuat di tengah perlambatan ekonomi global, semuanya berperan penting. Stabilitas politik dalam negeri juga menjadi daya tarik tambahan.

Namun, peran investor domestik tidak boleh diabaikan. KISI mencatat dominasi investor domestik dalam menopang penguatan IHSG, terutama saat terjadi arus modal asing keluar (capital outflow) pada awal tahun. Peningkatan porsi investor ritel dan institusi lokal membuat IHSG lebih stabil dalam jangka panjang. “Selama tren inflow ke reksa dana dan Surat Berharga Negara (SBN) berlanjut, dana domestik dapat menjadi penyangga penting. Artinya, IHSG tidak lagi terlalu rentan terhadap pergerakan arus modal asing,” jelas Tim Riset KISI.

Bagi investor asing, sektor perbankan (BBRI, BMRI, BBCA, dan BBNI) tetap menjadi primadona karena likuiditas dan fundamental yang kuat. Sektor consumer staples (ICBP, MYOR, dan UNVR) juga menarik karena prospek pertumbuhan kelas menengah Indonesia. Sementara itu, investor domestik mulai melirik sektor properti dan konstruksi (sensitif terhadap suku bunga), energi terbarukan, dan pusat data (data center) sebagai tema investasi jangka menengah yang menjanjikan.

Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Ringkasan

IHSG berhasil menembus level 8.000, menarik minat investor asing. Kenaikan ini didorong oleh suku bunga rendah global, stabilitas makroekonomi Indonesia, dan pertumbuhan ekonomi yang konsisten. Valuasi saham Indonesia yang relatif murah serta fundamental emiten big caps yang solid juga menjadi daya tarik.

Meskipun investor asing tertarik, peran investor domestik sangat penting dalam menopang IHSG. Peningkatan partisipasi investor ritel dan institusi lokal meningkatkan stabilitas pasar. Sektor perbankan dan consumer staples menjadi favorit investor asing, sementara investor domestik melirik sektor properti, energi terbarukan, dan pusat data.

Tinggalkan komentar