Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia memberikan pembaruan krusial mengenai kelanjutan proyek Grass Root Refinery (GRR) atau Kilang Tuban. Bahlil memastikan bahwa proyek strategis nasional ini masih dalam tahap pengerjaan, di mana Pertamina dan raksasa migas asal Rusia, Rosneft, sedang membahas secara intensif keputusan akhir investasi (FID) yang sangat dinantikan. Kabar terbaru menyebutkan bahwa keputusan tersebut akan diumumkan pada pertengahan bulan ini. Pernyataan tersebut disampaikan Bahlil dalam acara BIG Conference 2025, Senin (8/12).
Proyek Kilang Tuban adalah manifestasi kerja sama strategis antara Pertamina dan Rosneft. Fondasi kemitraan ini telah diperkuat dengan penandatanganan kontrak desain kilang bersama kontraktor terpilih pada Oktober 2019. Pengelolaan proyek ambisius ini diemban oleh PT Pertamina Rosneft Pengolahan dan Petrokimia (PRPP), sebuah perusahaan patungan yang resmi didirikan pada November 2017. Dalam struktur kepemilikan, Pertamina memegang saham mayoritas sebesar 55%, sementara Rosneft memiliki 45%.
Direktur Utama Pertamina, Simon Aloysius Mantiri, turut mempertegas komitmen perusahaan terhadap pengembangan Kilang Tuban. Simon mengemukakan bahwa Pertamina tetap melanjutkan kemitraan dengan Rosneft, meskipun terdapat isu sanksi yang diberlakukan oleh Amerika Serikat. Saat ini, kedua belah pihak memfokuskan upaya pada tahap Final Investment Decision (FID) Kilang Tuban. Hasil dari FID ini akan menjadi penentu apakah proyek kilang bernilai strategis ini dapat terus dilanjutkan sesuai rencana atau membutuhkan penyesuaian strategi lainnya. Simon juga menyampaikan akan memberikan perkembangan terbaru mengenai FID pada Desember, menandakan betapa dekatnya keputusan tersebut.
Mengacu pada laman Direktorat Jenderal Migas, proyek Kilang Tuban awalnya ditargetkan untuk mulai beroperasi pada tahun 2025. Namun, proses panjang dalam perumusan Keputusan Akhir Investasi (FID) telah memicu pertanyaan mengenai kemungkinan adanya penundaan dari jadwal semula.
Corporate Secretary PT Kilang Pertamina Internasional (KPI), Hermansyah Y. Nasroen, memberikan penjelasan mengenai faktor-faktor di balik keterlambatan keputusan investasi ini. Saat ditemui di Jakarta pada Senin (10/3), Hermansyah mengungkapkan bahwa skala proyek yang luar biasa besar dan karakternya sebagai proyek grass root, yang berarti dibangun dari nol, merupakan alasan utama mengapa proses FID memerlukan waktu yang lebih lama. Meskipun demikian, Hermansyah memastikan bahwa tidak ada kendala signifikan yang menghambat penyusunan FID, dan KPI tetap berkomitmen untuk menuntaskan proses ini dalam tahun berjalan. Ia menambahkan bahwa “perhitungan dan tender Integrated Project Consultant (IPC) mungkin yang membuat sedikit terlambat.”
Setelah FID Kilang Tuban ditetapkan, KPI berencana untuk segera melanjutkan tahapan pembangunan kilang, termasuk proses konstruksi. Akan tetapi, kelanjutan tahapan-tahapan ini sepenuhnya bergantung pada hasil akhir dari keputusan investasi tersebut. Saat ini, penyusunan FID masih berada di tingkat KPI dan dilaksanakan secara paralel dengan tender Integrated Project Consultant (IPC), menggarisbawahi kompleksitas dan kehati-hatian yang melekat dalam setiap langkah pengembangan proyek strategis ini.