Presiden negara-negara Amazon di Amerika Selatan, bersama para pemimpin Masyarakat Adat, menggelar pertemuan penting di Bogota, Kolombia pada Jumat (22/8). Tujuannya satu: merumuskan rencana kolaboratif untuk melindungi Hutan Amazon, paru-paru dunia yang krusial dalam perlambatan pemanasan global. Pertemuan ini dihadiri oleh Presiden Kolombia, Brasil, dan Bolivia, serta Wakil Presiden Ekuador dan pejabat tinggi lainnya dari negara-negara Amazon.
Presiden Brasil, Luiz Inácio Lula da Silva, menekankan perlunya kerja sama global dalam mengatasi krisis iklim. Dalam deklarasinya yang dikutip AP News, beliau menyatakan, “Tidak ada jalan keluar individu dari krisis iklim. Kita membutuhkan tata kelola global baru dengan otoritas untuk membuat negara-negara menepati janji mereka.” Hasil pertemuan tersebut adalah “Deklarasi Bogota,” sebuah kerangka kerja politik yang akan diadopsi secara resmi oleh Organisasi Perjanjian Kerja Sama Amazon (ACTO), yang mencakup wilayah seluas lebih dari 6,7 juta kilometer persegi. Deklarasi ini menandai komitmen bersama untuk penguatan kerja sama regional.
Wakil Presiden Ekuador, María José Pinto, menyerukan transisi dari “niat baik” menjadi “tindakan nyata” dalam melindungi Amazon. Beliau menegaskan tanggung jawab kawasan dan warisan Amazon bagi dunia, menekankan pentingnya pendekatan yang berpusat pada masyarakat lokal dan menghormati pengetahuan leluhur. “Di Ekuador, kami percaya solusi tidak dibangun dari ibu kota, tetapi dari daerah-daerah, dengan mendengarkan dan bekerja bersama masyarakat kami. Kita harus menjaga Amazon tetap menjadi pusat percakapan global,” tegas Pinto.
Sebelum pertemuan tingkat kepala negara, para menteri luar negeri dari delapan negara anggota ACTO telah menyepakati 20 resolusi. Resolusi tersebut mencakup pembentukan Mekanisme Masyarakat Adat Regional, inisiatif ketahanan pangan, strategi mitigasi risiko iklim, dan penguatan kelembagaan.
Amazon: Penyerap Karbon yang Penting
Peran Amazon sebagai penyerap karbon sangat vital. Hutan ini menyerap lebih banyak karbon dioksida daripada yang dilepaskannya, berpengaruh signifikan pada pola curah hujan di luar Amerika Selatan. Kerusakan hutan Amazon dapat mempercepat pemanasan global dan berdampak pada pertanian di wilayah Midwest AS dan sebagian Eropa, serta mengancam kelangsungan hidup ribuan spesies endemik.
Para pejabat juga meninjau kembali komitmen yang tertuang dalam Deklarasi Belem (2023), yang diteken di Brasil. Deklarasi tersebut menekankan koordinasi yang lebih erat dalam melindungi Amazon, termasuk kebijakan terkait deforestasi, perubahan iklim, dan hak-hak masyarakat adat. ACTO akan membentuk badan baru dengan masing-masing negara menunjuk dua delegasi pemerintah dan dua delegasi masyarakat adat. Badan ini akan bertemu setiap tahun dan dapat mengadakan sidang luar biasa, dengan pengambilan keputusan dilakukan secara bulat.
Oswaldo Muca, perwakilan komunitas Adat Amazon Kolombia, menyambut baik persetujuan mekanisme pembiayaan langsung untuk masyarakat adat. “Kami sekarang menjadi bagian dari mekanisme perjanjian itu,” ujarnya. Ia menekankan pentingnya tindakan nyata, bukan hanya janji politik, untuk mencegah titik kritis kerusakan Amazon. Senada dengan itu, Sekretaris Jenderal ACTO, Martín von Hildebrand, menyatakan kemauan politik dan persatuan antar negara sangat krusial untuk melindungi hutan, sungai, dan keanekaragaman hayati Amazon. Julio Cusurichi, pemimpin asli Peru, juga mendesak tindakan segera mengingat deforestasi dan polusi yang terus meningkat serta dampak perubahan iklim yang semakin parah.
Baca juga:
- Dunia Kehilangan 6,7 Juta Hektare Hutan pada 2024, Dipicu Kebakaran Amazon
- Brasil Tolak Seruan untuk Merelokasi COP30 Meski Biaya Akomodasi Melambung
- Penjaga Hutan dan Pemuda Papua akan Tuntut Hak di Forum Iklim Dunia COP30
Ringkasan
KTT Amazon di Bogota menghasilkan “Deklarasi Bogota,” sebuah kerangka kerja untuk melindungi Hutan Amazon. Pertemuan tersebut dihadiri oleh pemimpin dari Brasil, Kolombia, Bolivia, dan Ekuador, serta perwakilan masyarakat adat. Deklarasi ini menekankan kerja sama regional untuk mengatasi deforestasi dan perubahan iklim, serta menyerukan transisi dari niat baik menjadi tindakan nyata dalam melindungi Amazon.
Deklarasi tersebut mencakup pembentukan Mekanisme Masyarakat Adat Regional dan komitmen untuk penguatan kelembagaan. Pertemuan ini juga meninjau kembali Deklarasi Belem (2023), yang menekankan koordinasi dalam melindungi Amazon, termasuk kebijakan terkait deforestasi dan hak-hak masyarakat adat. Perwakilan masyarakat adat menyambut baik mekanisme pembiayaan langsung untuk komunitas mereka, mendesak tindakan nyata untuk mencegah kerusakan lebih lanjut pada Amazon.