
JAKARTA — Investor legendaris Indonesia, Lo Kheng Hong, yang dijuluki “Warren Buffett Indonesia”, mulai menyusun strategi portofolio investasi yang antisipatif untuk menyambut tahun kuda api 2026. Fokus utamanya kini tidak lagi sekadar memburu saham murah, melainkan beralih pada saham berdividen besar dan bank-bank pelat merah. Sektor-sektor ini diproyeksikan akan kembali menjadi primadona, didorong oleh tren penurunan suku bunga yang kondusif.
Lo Kheng Hong, yang seringkali memiliki pandangan tajam terhadap pergerakan pasar, menilai momentum penurunan BI Rate sebagai katalis kunci bagi pertumbuhan. Sepanjang tahun 2025, Bank Indonesia telah mengambil langkah signifikan dengan memangkas suku bunga acuan hingga mencapai 4,75%, merupakan level terendah sejak tahun 2022. Kebijakan ini secara langsung menciptakan iklim yang sangat menguntungkan bagi saham-saham perbankan, membuka peluang lebar bagi mereka untuk kembali mencatat ekspansi kinerja yang substansial.
Menegaskan preferensinya, Lo Kheng Hong menyatakan, “Ada rencana beli [saham]. Saya biasanya suka sektor perbankan,” usai menghadiri acara BIG 40 Award di Jakarta pada Senin (8/12/2025). Pernyataan ini menggarisbawahi keyakinannya terhadap potensi pertumbuhan sektor finansial di tengah dinamika ekonomi terkini.
Dalam konteks sektor perbankan, Lo Kheng Hong secara spesifik menyoroti saham-saham Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) seperti BBRI (Bank Rakyat Indonesia) dan BMRI (Bank Mandiri) sebagai kandidat utama yang layak dipertimbangkan dalam portofolionya. Ia melihat adanya dukungan likuiditas pemerintah yang berkelanjutan sebagai faktor penguat. Selain itu, ia kembali menekankan daya tarik yield dividen dari saham perbankan yang jauh melampaui imbal hasil deposito.
Sebagai ilustrasi, Lo Kheng Hong membandingkan potensi dividend yield yang bisa mencapai 9% untuk Bank Mandiri dan 8% untuk BRI. “Itu sudah dua kali lebih besar dari suku bunga bank… Kalau deposito bank 5%, potong pajak, kan tinggal 4%. Kalau di-dividend kan 8%, jadi lebih tinggi,” jelasnya, memperlihatkan keunggulan investasi pada saham-saham dividen dibandingkan instrumen tabungan konvensional.
Namun, strategi investasi Lo Kheng Hong tidak hanya terbatas pada sektor perbankan. Ia juga turut mengincar sektor pertambangan dan perkebunan sawit, yang telah lama menjadi fondasi kokoh portofolionya berkat kemampuannya mencetak laba stabil secara konsisten. Sepanjang tahun 2025, ‘Warren Buffett Indonesia’ ini tercatat masih memegang posisi sebagai salah satu pemegang saham terbesar di beberapa emiten terkemuka di sektor batu bara, sawit, hingga properti, termasuk kepemilikannya yang signifikan di Intiland (DILD).
Secara lebih rinci, di sektor perkebunan sawit, Lo Kheng Hong tercatat sebagai investor individu dengan kepemilikan saham terbesar di emiten Grup Salim, PT Salim Ivomas Pratama Tbk. (SIMP). Data dari PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) menunjukkan bahwa ia menguasai 779,20 juta lembar saham SIMP, setara dengan 5,03% dari total saham beredar. Konsisten dengan minatnya pada komoditas, ia juga menjadi investor individu terbesar di emiten batu bara, PT ABM Investama Tbk. (ABMM), dengan kepemilikan sebanyak 154,01 juta lembar atau 5,59% dari saham ABMM.
Melengkapi diversifikasi portofolionya, Lo Kheng Hong juga memiliki kepemilikan signifikan di saham emiten sektor properti, PT Intiland Development Tbk. (DILD). Tercatat, ia menggenggam 691,51 juta lembar saham DILD, yang merepresentasikan 6,67% dari total kepemilikan, memperkuat posisinya di sektor ini.
Selain itu, Lo Kheng Hong juga tercatat sebagai pemegang saham mayoritas dengan kepemilikan di atas 5% pada PT Global Mediacom Tbk. (BMTR) dan PT Gajah Tunggal Tbk. (GJTL). Pada penutupan kuartal III/2025, kepemilikannya di saham GJTL mencapai 5,76%, sementara di saham BMTR sebesar 6,44%, menunjukkan cakupan investasinya yang luas di berbagai sektor.
Meskipun dikenal dengan kepemilikan saham jumbo, portofolio Lo Kheng Hong juga merangkum deretan emiten lain, meskipun dengan persentase di bawah 5%. Salah satu yang terbaru adalah di PT Bank Danamon Indonesia Tbk. (BDMN). Ia belum lama ini menambah kepemilikan saham BDMN-nya menjadi 26,10 juta lembar, setara dengan 0,26%, menjadikannya pemegang saham terbesar kelima di Bank Danamon Indonesia.
______
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.