Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LD FEB UI) menggelar forum bertajuk “Pensiun Sejahtera 101: Kolaborasi untuk Lansia Indonesia Sejahtera” pada Selasa (26/8). Forum ini menjadi platform penting untuk membahas strategi membangun masa pensiun yang produktif, sehat, dan bermartabat di tengah tantangan populasi Indonesia yang semakin menua.
Acara tersebut didukung oleh sejumlah mitra dari sektor swasta, antara lain PT Merck Tbk, PT Bank Syariah Indonesia Tbk, Asuransi MSIG, PT Paragon Corp, dan Alanabi Herbal Wellness. Keikutsertaan mereka menunjukkan komitmen nyata dalam membangun ekosistem yang lebih mendukung kesejahteraan lansia di masa pensiun.
Sonny Harry Budiutomo Harmadi, Wakil Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), membuka forum dengan paparan kunci bertema “Membangun Kesejahteraan Lansia di Era Penuaan Penduduk”. Beliau menekankan pentingnya data kependudukan yang akurat untuk memahami pergeseran struktur usia dan dampaknya terhadap pembangunan nasional. “Indonesia tengah memasuki era ageing population, di mana lansia lebih rentan terhadap kemiskinan, kesenjangan teknologi, dan keterbatasan akses ekonomi. Data statistik yang handal menjadi fondasi kebijakan yang efektif untuk menjamin kesejahteraan mereka,” tegasnya.
Dekan Fakultas Psikologi UI, Bagus Takwin, menambahkan bahwa kesejahteraan lansia tidak melulu soal usia panjang, melainkan juga kualitas hidup yang mencakup kesehatan fisik dan mental, relasi sosial yang positif, kontribusi sosial, dan rasa memiliki makna hidup. Ia mencontohkan Saparinah Sadli dan Mbah Wiryo sebagai inspirasi lansia yang tetap aktif dan produktif. “Program seperti pembangunan kota ramah lansia, posyandu lansia berbasis makna, dan program mentoring antargenerasi dapat menciptakan lingkungan yang mendukung lansia hidup sehat, bahagia, dan produktif,” ujarnya.
Akses Keuangan untuk Dana Pensiun yang Terjamin
Banjaran Surya Indrastomo, Chief Economist PT Bank Syariah Indonesia Tbk, mengungkapkan pentingnya akses keuangan yang memadai untuk mendukung dana pensiun. Dalam presentasinya “Akses Keuangan dan Masa Depan Dana Pensiun”, ia memproyeksikan rasio ketergantungan lansia akan mencapai 54% pada tahun 2050. “Inovasi produk pensiun, digitalisasi layanan, dan kolaborasi erat antara pemerintah dan sektor swasta sangat krusial agar dana pensiun dapat menjangkau seluruh pekerja, baik formal maupun informal,” jelasnya.
Menutup sesi keynote, Direktur Pengembangan Dana Pensiun, Asuransi, dan Aktuaria Kementerian Keuangan, Ihda Muktiyanto, menekankan pentingnya dukungan kebijakan fiskal. Menurut Ihda, insentif perpajakan dapat menjadi stimulus bagi peningkatan partisipasi masyarakat dalam program pensiun. “Untuk menciptakan sistem pensiun yang optimal, dibutuhkan kerja sama yang solid dalam merancang program yang mampu mengatasi tantangan riil di lapangan,” paparnya.
Perlunya Perluasan Jaminan Sosial untuk Lansia
Kepala LD FEB UI, I Dewa Gede Karma Wisana, menyoroti peningkatan jumlah lansia di Indonesia dan fakta bahwa mayoritas pekerja informal belum memiliki jaminan pensiun yang memadai. Dalam presentasinya, “Pensiun Sejahtera 101: Memahami, Merencanakan, dan Mewujudkan Indonesia Masa Depan”, ia menekankan perlunya perluasan jaminan sosial. “Kita perlu memperluas cakupan jaminan sosial, berinovasi dalam menciptakan produk mikro-pensiun, dan mengintegrasikan berbagai kebijakan agar masa pensiun menjadi fase hidup yang bermartabat, bukan sekadar perjuangan untuk bertahan hidup,” ungkapnya.
Pakar perencanaan keuangan, Aliyah Natasya, menambahkan bahwa risiko utama dalam menghadapi masa pensiun meliputi inflasi, biaya kesehatan yang terus meningkat, rendahnya literasi digital, dan ketidakpastian pendapatan. Ia memperkenalkan konsep “Uang Hidup, Uang Tenang, dan Uang Tumbuh” sebagai pondasi penting kesejahteraan pensiun. “Setiap individu perlu mengalokasikan dana dengan bijak untuk memenuhi kebutuhan rutin, proteksi kesehatan, dan investasi jangka panjang. Kegagalan dalam merencanakan keuangan masa pensiun, pada dasarnya adalah perencanaan menuju kegagalan,” tegasnya.
Ringkasan
Forum “Pensiun Sejahtera 101” yang diselenggarakan LD FEB UI membahas strategi menuju masa pensiun yang produktif dan sejahtera di tengah populasi Indonesia yang menua. Para ahli menekankan pentingnya data kependudukan akurat, kualitas hidup lansia yang mencakup kesehatan fisik dan mental, serta peran akses keuangan yang memadai untuk menjamin dana pensiun. Inovasi produk pensiun dan digitalisasi layanan juga dianggap krusial untuk menjangkau seluruh pekerja, baik formal maupun informal.
Diskusi juga menyoroti perlunya perluasan jaminan sosial, terutama bagi pekerja informal, serta pentingnya literasi keuangan untuk menghadapi risiko inflasi dan biaya kesehatan yang tinggi. Konsep “Uang Hidup, Uang Tenang, dan Uang Tumbuh” diusulkan sebagai panduan alokasi dana pensiun. Pemerintah dan sektor swasta didorong untuk berkolaborasi dalam menciptakan sistem pensiun yang optimal dan mengatasi tantangan riil di lapangan.