Saham BBCA & BMRI Anjlok! Asing Jual Besar-besaran

Babaumma – JAKARTA — Meskipun Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatat penguatan signifikan, arus keluar dana asing dari pasar saham Indonesia tetap deras. Saham-saham bank jumbo, seperti Bank Central Asia Tbk. (BBCA) dan Bank Mandiri Tbk. (BMRI), menjadi sasaran utama aksi jual investor asing.

Data Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan IHSG menguat 0,64% ke level 7.747,9 pada perdagangan Kamis, 11 September 2025. Kenaikan ini memperkuat posisi IHSG di zona hijau, dengan pertumbuhan year to date (ytd) mencapai 9,44% sejak awal tahun.

Ironisnya, sejumlah saham dengan volume transaksi tinggi, termasuk saham-saham bank jumbo, justru mengalami penguatan. Saham BBCA misalnya, naik 0,64% ke Rp4.850 per lembar, sementara BMRI meningkat 1,82% ke Rp4.480 per lembar. Kenaikan signifikan juga terlihat pada saham Bank Negara Indonesia Tbk. (BBNI) yang melonjak 7,8% ke Rp4.420 per lembar, dan Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) yang naik 5,15% ke Rp4.080 per lembar.

: IHSG Pekan Ini Naik Tipis Meski Investor Asing Net Sell Rp4,17 Triliun

Namun, kontras dengan penguatan IHSG, net sell asing tetap tinggi. Pada perdagangan Kamis, nilai jual bersih asing mencapai Rp192,43 miliar, dan mencapai angka fantastis Rp61,69 triliun sepanjang tahun 2025.

: Asing Catat Net Sell Rp887 Miliar Sesi I, GOTO dan BRMS Masih Jadi Incaran

Saham-saham bank jumbo menjadi target utama aksi jual asing. BBCA mencatatkan net sell tertinggi dengan angka Rp465,59 miliar pada hari itu, dan total net sell ytd mencapai Rp27,16 triliun. BMRI juga mengalami net sell yang signifikan, yakni Rp461,21 miliar, dengan total net sell ytd mencapai Rp15,51 triliun. Sementara itu, BBNI mencatatkan net sell ytd sebesar Rp3,77 triliun dan BBRI Rp711,06 miliar.

: Investor Asing Net Sell Rp50,95 Triliun di Pasar Saham RI per Agustus 2025

Nafan Aji Gusta, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, menjelaskan penguatan saham perbankan seperti BBNI dan BBRI didorong oleh sentimen positif terkait rencana Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa untuk menarik Rp200 triliun dari dana negara yang mengendap di Bank Indonesia guna meningkatkan likuiditas perbankan dan penyaluran kredit.

Meskipun demikian, tekanan jual asing masih membayangi saham-saham bank jumbo. Reydi Octa, pengamat pasar modal Indonesia, memprediksi bahwa jika arus keluar dana asing berlanjut, pemulihan saham dalam jangka pendek akan sulit. Ia menambahkan, “Tekanan pada likuiditas akan membesar, terutama untuk saham-saham blue chip yang selama ini menjadi incaran asing.”

Oktavianus Audi, VP Equity Retail Kiwoom Sekuritas Indonesia, sebelumnya menjelaskan bahwa tekanan terhadap saham bank jumbo sepanjang tahun ini dipicu oleh beberapa faktor, termasuk kebijakan suku bunga tinggi yang berdampak pada pertumbuhan kredit dan tekanan pada kinerja fundamental. Sebagai contoh, laba bersih BBCA tumbuh 8% yoy menjadi Rp29 triliun di semester I/2025, sementara BRI mengalami kontraksi laba sebesar 11,53% yoy menjadi Rp26,28 triliun. Ia juga mencatat hanya BBCA yang memiliki pertumbuhan kredit double digit (12,9% yoy).

Kendati demikian, Oktavianus tetap optimistis terhadap prospek saham bank jumbo, terutama dengan potensi pemangkasan suku bunga hingga akhir tahun, daya beli yang terjaga, stabilitas geopolitik global, dan terbatasnya dampak kebijakan tarif AS. Ia menambahkan, “Selain itu, ekonomi makro dalam negeri masih solid dengan pertumbuhan PDB di atas 5%. Nilai rupiah juga menguat dan faktor konsumsi masih resilient.”

Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Ringkasan

Meskipun IHSG menguat, terjadi aksi jual besar-besaran oleh investor asing, terutama pada saham-saham bank jumbo seperti BBCA dan BMRI. Data menunjukkan net sell asing mencapai Rp192,43 miliar pada hari itu dan Rp61,69 triliun sepanjang tahun 2025, dengan BBCA dan BMRI mencatatkan net sell tertinggi.

Tekanan jual asing pada saham bank jumbo dipicu oleh beberapa faktor, termasuk kebijakan suku bunga tinggi dan tekanan pada kinerja fundamental. Namun, terdapat optimisme terhadap prospek saham bank jumbo, terutama dengan potensi pemangkasan suku bunga, daya beli yang terjaga, dan stabilitas ekonomi makro dalam negeri.

Tinggalkan komentar