Saham Boy Thohir: ADRO, ADMR, AADI, Mana yang Cuan Semester I?

Grup usaha Garibaldi Thohir, atau yang lebih dikenal sebagai Boy Thohir, mengalami penurunan kinerja pada semester pertama tahun 2025. Tiga emiten pertambangan batu bara di bawah naungannya, PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO), PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR), dan PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI), menunjukkan pelemahan pendapatan dan laba bersih yang signifikan. Hal ini mencerminkan tekanan yang cukup besar di sektor pertambangan batu bara akibat tantangan harga komoditas global dan penurunan permintaan.

Penurunan harga jual rata-rata (ASP) dan fluktuasi biaya produksi menjadi faktor utama yang menyebabkan penyusutan margin keuntungan ketiga emiten tersebut. Meskipun demikian, ketiganya masih mencatatkan laba bersih yang substantial, meskipun jauh lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Mari kita lihat lebih detail kinerja masing-masing emiten.

ADRO membukukan laba bersih sebesar US$ 174,94 juta (sekitar Rp 2,87 triliun) pada semester I 2025, mengalami penurunan drastis sebesar 77,54% year-on-year (yoy) dibandingkan dengan US$ 778,77 juta (sekitar Rp 12,78 triliun) pada periode yang sama tahun 2024. Pendapatan ADRO juga anjlok 18,60% yoy, dari US$ 1,05 miliar (sekitar Rp 17,24 triliun) menjadi US$ 857,69 juta (sekitar Rp 14,08 triliun).

Sementara itu, ADMR mencatatkan laba bersih sebesar US$ 140,4 juta (sekitar Rp 2,28 triliun) pada semester I 2025, mengalami penurunan 43,5% yoy dibandingkan dengan US$ 248,7 juta pada periode yang sama tahun 2024. Penurunan ini sejalan dengan penurunan pendapatan usaha yang turun menjadi US$ 443,9 juta dari US$ 607,03 juta.

AADI, anak usaha ADRO, juga mengalami penurunan signifikan. Laba bersihnya anjlok hingga 50% yoy pada semester pertama 2025, mencapai US$ 428,68 juta (sekitar Rp 7,03 triliun) dibandingkan dengan US$ 858,92 juta (sekitar Rp 14,09 triliun) pada semester I 2024. Pendapatan AADI juga mengalami penurunan 10% yoy, dari US$ 2,65 miliar (sekitar Rp 43,60 triliun) menjadi US$ 2,39 miliar (sekitar Rp 39,38 triliun).

Secara keseluruhan, laporan keuangan semester I 2025 menunjukkan tantangan nyata yang dihadapi grup usaha Boy Thohir di tengah kondisi pasar global yang fluktuatif. Penurunan kinerja ini menjadi indikasi perlunya strategi adaptasi dan inovasi untuk menghadapi ketidakpastian di masa mendatang dalam industri pertambangan batu bara.

Ringkasan

Grup usaha Boy Thohir mengalami penurunan signifikan pada semester I 2025. Ketiga emiten batubara, ADRO, ADMR, dan AADI, mencatat penurunan pendapatan dan laba bersih yang drastis dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan harga jual rata-rata dan fluktuasi biaya produksi menjadi faktor utama penyebabnya.

ADRO mengalami penurunan laba bersih 77,54% yoy, ADMR turun 43,5% yoy, dan AADI anjlok 50% yoy. Meskipun masih mencetak laba, penurunan kinerja ini menunjukkan tantangan besar bagi grup usaha Boy Thohir di tengah fluktuasi pasar global dan membutuhkan strategi adaptasi yang tepat.

Tinggalkan komentar