
Babaumma – , JAKARTA – Bank digital kongsi Grup Emtek dan Grab, PT Super Bank Indonesia Tbk. (SUPA) mengumumkan harga penawaran IPO di Rp635 per saham. Dalam masa penawaran awal (bookbuilding), perseroan memasang harga indikatif Rp525 hingga Rp695 per saham.
Mengutip informasi tambahan dan perbaikan prospektus singkat IPO SUPA yang terbit di harian Bisnis Indonesia edisi Selasa (9/12/2025), perseroan menghitung bahwa dengan harga saham Rp635 per saham, maka rasio price to earnings (PE) SUPA sebesar 913,13 kali, atau menjadi 456,56 kali bila disetahunkan. Sementara itu, rasio price to book value (PBV) SUPA dikalkulasi sebesar 3,51 kali.
Kedua indikator tersebut biasanya digunakan untuk mengukur harga wajar sebuah saham. PE dihitung dengan membandingkan harga saham dengan laba per saham atau earning per sahre (EPS).
Sederhananya, PE tinggi berarti pasar menilai perusahaan punya prospek yang besar, dan harga saham cenderung mahal. Sedangkan, PE rendah menunjukkan harga saham sedang murah, atau bisa jadi labanya sedang turun.
Sementara itu, PBV dihitung dengan membandingkan harga saham dengan nilai buku per saham atau book value per share (BVPS). BVPS dapat dihitung dengan membandingkan ekuitas perusahaan dengan jumlah saham beredar.
PBV biasanya digunakan untuk mengukur kewajaran harga saham dibandingkan dengan nilai buku perusahaan. Interpretasi sederhananya, PBV kurang dari 1 kemungkinan saham undervalued (murah), PBV lebih dari 1 berarti harga saham overvalued (mahal), kemungkinan pasar mengapresiasi proyeksi pertumbuhan, sedangkan PBV sama dengan 1 berarti harga pasar sama dengan nilai buku.
Kembali ke SUPA, perseroan melaporkan bahwa per 30 Juni 2025 jumlah laba bersih perseroan mencapai Rp20,51 miliar (Rp41,02 miliar disetahunkan), dengan ekuitas Rp5,33 triliun, laba per saham Rp0,70 (Rp1,39 disetahunkan), dan BVPS Rp180,68.
Dengan demikian, PE SUPA untuk periode yang berakhir tengah tahun sebesar 913,13 kali dengan PBV di level 3,51 kali. Sedangkan bila menggunakan angka yang disetahunkan, PE SUPA sebesar 456,56 kali dengan PBV 3,51 kali.
Valuasi Kompetitor SUPA
Dalam kelas bank digital ini terdapat sejumlah pemain lawas yang sudah melantai, yaitu PT Bank Jago Tbk. (ARTO), PT Bank Neo Commerce Tbk. (BBYB), PT Allo Bank Indonesia Tbk. (BBHI), PT Bank Aladin Syariah Tbk. (BANK), dan PT Krom Bank Indonesia Tbk. (BBSI).
Apabila menggunakan acuan laporan keuangan masing-masing emiten per 30 Juni 2025 didapatkan bahwa PE ARTO berada di level 193,57 (96,76 kali disetahunkan), BBYB 10,83 kali (5,42 kali disetahunkan), BBHI 37,56 kali (18,78 kali disetahunkan), BANK 131,49 kali (65,75 kali disetahunkan), dan BBSI 39,25 kali (19,63 kali disetahunkan).
Secara rata-rata PE dari saham emiten bank digital per semester I 2025 berada di level 82,54 kali, atau 41,27 kali bila disetahunkan.
Sementara itu, PBV ARTO per 30 Juni 2025 berada di level 2,84 kali, BBYB 0,77 kali, BBHI 2,34 kali, BANK 3,57 kali, dan BBSI 4,36 kali. Rara-rata PBV saham emiten bank digital sebesar 2,78 kali.
Dengan melihat perbandingan tersebut, PE saham SUPA jauh berada di atas PE rata-rata industri bank digital. Sedangkan nilai PBV meskipun di atas rata-rata namun tidak terlalu signifikan, bahkan masih ada di bawah level PBV saham BANK dan BBSI.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.