Sponsored

Superbank (SUPA) tetapkan harga IPO Rp 635, catat jadwal dan prospek sahamnya

Superbank (SUPA), PT Super Bank Indonesia Tbk, secara resmi menetapkan harga pelaksanaan penawaran saham perdana (IPO) sebesar Rp 635 per lembar saham. Harga ini berada tepat di rentang tengah dari penawaran awal saat proses book building, menunjukkan respons pasar yang cukup stabil terhadap debut bank digital ini di lantai bursa.

Sponsored

Berdasarkan prospektus tambahan IPO Superbank yang dirilis pada Selasa (9/12), perusahaan dijadwalkan akan melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rabu (17/12). Dalam aksi korporasi ini, Superbank akan melepas maksimal 4,40 miliar saham baru, yang merepresentasikan 13% dari total modal ditempatkan dan disetor penuh pasca-IPO. Dengan nilai nominal Rp 100 per saham, potensi dana segar yang berhasil dihimpun diperkirakan mencapai Rp 2,79 triliun. Untuk kelancaran proses ini, Superbank telah menunjuk empat sekuritas ternama sebagai penjamin emisi: PT Mandiri Sekuritas, PT CLSA Sekuritas Indonesia, PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk, dan PT Sucor Sekuritas.

Sejarah Superbank bermula dari PT Bank Fama International, sebuah lembaga keuangan yang didirikan di Bandung pada tahun 1993. Setelah hampir tiga dekade beroperasi sebagai bank konvensional, perusahaan ini memulai babak baru dengan transformasi ambisius menjadi bank digital. Perjalanan krusial ini diawali pada akhir 2021 ketika Emtek Group secara resmi mengambil alih sebagai pemegang saham pengendali. Penguatan strategis kemudian terjadi dengan masuknya investor raksasa seperti Grab dan Singtel di awal 2022, disusul oleh KakaoBank pada tahun 2023, yang bersama-sama membentuk konsorsium kuat untuk memantapkan posisi Superbank di lanskap perbankan digital. Awal 2023 menandai perubahan nama resmi dari Bank Fama menjadi Superbank, bersamaan dengan relokasi kantor pusat ke Jakarta, dengan kantor cabang di Jakarta dan Bandung. Memasuki tahun 2024, Superbank menunjukkan agresivitasnya dalam memperluas jangkauan layanan dengan meluncurkan beragam produk keuangan digital inovatif.

Sebelum pelaksanaan IPO Superbank, total modal ditempatkan dan disetor bank tercatat sebanyak 29,49 miliar saham dengan nilai nominal Rp 2,94 triliun, mewakili 100% kepemilikan. Setelah rampungnya penawaran saham perdana, jumlah modal ditempatkan dan disetor akan meningkat signifikan menjadi 33,89 miliar saham, dengan nilai nominal Rp 3,38 triliun. Struktur kepemilikan saham pasca-IPO menunjukkan PT Elang Media Visitama (EMV) tetap menjadi pemegang saham terbesar dengan porsi 27,07%. Disusul oleh PT Kudo Teknologi Indonesia (KTI) sebesar 16,67%, GXS Bank Pte., Lte., dengan 10,44%, A5DB Holdings sebesar 10,03%, dan KakaoBank Corp (KKB) sebesar 8,66%. Sementara itu, porsi kepemilikan masyarakat ditetapkan sebesar 4.406.612.300 saham atau 13,00% dari keseluruhan modal ditempatkan dan disetor.

Detail mengenai struktur permodalan Superbank sebelum dan sesudah IPO dapat dilihat pada tabel berikut:

Pemegang Saham Sebelum IPO (Jumlah Saham) (%) Setelah IPO (Jumlah Saham) (%)
EMV 9.175.800.159 31,11% 9.175.800.159 27,07%
KTI 5.650.340.722 19,16% 5.650.340.722 16,67%
SAI 2.493.833.503 8,46% 2.493.833.503 7,36%
A5DB 3.398.682.495 11,52% 3.398.682.495 10,03%
NBA 452.914.400 1,54% 452.914.400 1,34%
APH 237.737.225 0,81% 237.737.225 0,70%
TSS 958.207.669 3,25% 958.207.669 2,83%
GXS 3.538.848.642 12,00% 3.538.848.642 10,44%
KKB 2.934.040.535 9,95% 2.934.040.535 8,66%
BST 650.000.000 2,20% 650.000.000 1,92%
Masyarakat 4.406.612.300 13,00%
Total Modal Ditempatkan 29.490.405.350 100% 33.897.017.650 100%

Sumber: Prospektus IPO Superbank

Mengulas prospek saham IPO Superbank, Head of Research Kiwoom Sekuritas, Liza Camelia Suryanata, menyoroti bahwa dengan rentang harga IPO antara Rp 525–695 per saham, rasio Price to Book Value (PBV) SUPA berada di kisaran 3,33–4,42 kali. Nilai buku per saham SUPA per semester I 2025 tercatat sebesar Rp 157,2. Jika dibandingkan, valuasi ini relatif setara dengan bank digital lain seperti PT Bank Jago Tbk (ARTO) yang diperdagangkan pada 3,2 kali, PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI) 4,4 kali, PT Krom Bank Indonesia Tbk (BBSI) 4,2 kali, dan PT Bank Aladin Syariah Tbk (BANK) 4,3 kali. Namun, Liza juga mencatat bahwa PT Bank Amar Indonesia Tbk (AMAR) dan PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) diperdagangkan dengan valuasi yang jauh lebih rendah, sekitar 1,2–1,3 kali. “Valuasi IPO SUPA terbilang cukup kompetitif, namun sudah mencerminkan ekspektasi pertumbuhan yang agresif, mengingat perseroan baru saja mulai membukukan keuntungan,” jelas Liza kepada Katadata.co.id, yang dikutip pada Jumat (28/11).

Di sisi lain, riset dari BRI Danareksa Sekuritas turut menyoroti daya tarik IPO Superbank. Mereka menilai bahwa dukungan dari grup besar seperti Emtek dan entitas ekosistem digital seperti Grab menjadi nilai tambah yang signifikan. Selain itu, porsi saham beredar (free float) setelah IPO yang relatif kecil, sekitar 13%, juga menarik perhatian. Dari perspektif kinerja, BRI Danareksa melihat Superbank berada dalam fase “turnaround“, setelah beberapa tahun merugi, kini mulai mencatatkan laba. Meskipun demikian, tantangan tetap ada, termasuk ketergantungan pada ekosistem digital, tingginya biaya operasional untuk IT dan keamanan, serta persaingan yang ketat di segmen bank digital. Secara keseluruhan, mereka menyimpulkan bahwa IPO SUPA menarik berkat dukungan kuat dari para pemegang saham, valuasi awal yang masih wajar, dan potensi besar dari model bank digital yang didukung ekosistem Emtek dan Grab. Namun, risiko tetap tinggi karena free float yang kecil, profitabilitas yang masih dalam tahap pemulihan, dan kebutuhan pertumbuhan agresif untuk membenarkan valuasi. “Ini cocok bagi investor yang mencari peluang pertumbuhan jangka menengah dan siap menghadapi volatilitas pasar. Disarankan untuk masuk dengan porsi investasi yang lebih kecil sebagai langkah bijak,” demikian saran dari BRI Danareksa dalam risetnya.

Dana yang dihimpun dari IPO ini akan dialokasikan secara strategis. Sekitar 70% dari total dana akan digunakan sebagai modal kerja utama untuk mendukung penyaluran kredit perusahaan, sementara sisa 30% akan dialokasikan untuk belanja modal (capital expenditure) guna memperkuat dan mendukung kegiatan operasional Superbank ke depan.

Untuk informasi lebih lanjut, berikut adalah jadwal lengkap IPO Superbank (SUPA):

  • Masa penawaran awal: 25 November–1 Desember 2025
  • Tanggal efektif: 8 Desember 2025
  • Masa penawaran umum perdana saham: 10–15 Desember 2025
  • Tanggal penjatahan: 15 Desember 2025
  • Tanggal distribusi saham secara elektronik: 16 Desember 2025
  • Tanggal pencatatan saham di BEI: 17 Desember 2025

Sponsored