Sponsored

BI Targetkan Transaksi Pasar Uang Tembus Rp 81 Triliun pada 2030

Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, menegaskan komitmennya untuk terus memacu percepatan pengembangan pasar uang dan pasar valuta asing (valas). Langkah strategis ini, yang merupakan bagian integral dari Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia (BSPI) 2030, dirancang guna memberikan dukungan kokoh terhadap perekonomian nasional secara berkelanjutan.

Sponsored

Dalam visi ambisiusnya, Perry menargetkan peningkatan signifikan pada transaksi pasar uang hingga menembus angka Rp 81 triliun per hari pada tahun 2030. Sejalan dengan itu, transaksi pasar valuta asing juga diproyeksikan melonjak mencapai USD 18 miliar per hari pada periode yang sama. “Dengan sasaran transaksi pasar uang naik ke Rp 81 triliun per hari pada 2030. Transaksi pasar valas naik ke 18 miliar dolar per hari pada tahun 2030,” ungkap Perry dalam ajang Pertemuan Tahunan Bank Indonesia di Kantor Pusat BI, Jakarta Pusat, Jumat (28/11), menggarisbawahi urgensi target tersebut.

Upaya mencapai target tersebut akan ditempuh melalui serangkaian langkah progresif. Pertama, BI akan fokus pada peningkatan transaksi Repo dan DNDF, sebuah inisiatif krusial untuk mendorong terbentuknya struktur suku bunga yang efisien di pasar. Penguatan fungsi primary dealer juga menjadi bagian tak terpisahkan dari strategi ini. Kedua, BI akan memperkuat sinergi dengan pelaku pasar melalui kerja sama erat bersama Asosiasi Pasar Uang dan Valuta Asing Indonesia (Apuvindo), demi menciptakan ekosistem pasar yang lebih kuat dan responsif. Ketiga, Perry menambahkan, akan dilakukan sinergi pembiayaan ekonomi yang melibatkan pemerintah, Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), Danantara, serta berbagai asosiasi industri, menandakan pendekatan holistik dalam pembangunan ekonomi.

Beralih ke kebijakan moneter, Bank Indonesia bahkan membuka peluang untuk kembali menurunkan suku bunga acuan pada tahun 2026. Prospek ini muncul seiring dengan terkendalinya inflasi dan kebutuhan mendesak untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi di tengah gejolak dan ketidakpastian global yang masih berlanjut.

“Di kebijakan moneter, pertama, dengan terkendalinya inflasi, kami akan mencermati ruang penurunan suku bunga BI Rate lebih lanjut untuk mendorong pertumbuhan,” jelas Perry, memaparkan landasan pemikiran di balik potensi relaksasi kebijakan moneter tersebut. Ia menekankan bahwa kebijakan moneter pada tahun 2026 akan secara cermat diarahkan untuk mencapai keseimbangan optimal antara stabilitas makroekonomi dan pertumbuhan yang inklusif.

Di samping itu, Perry juga mengungkapkan bahwa empat kebijakan strategis Bank Indonesia lainnya—meliputi makroprudensial, digitalisasi sistem pembayaran, pendalaman pasar uang, serta pengembangan UMKM dan ekonomi keuangan sehari-hari—seluruhnya akan diorientasikan untuk mendukung pertumbuhan (pro-growth). Komitmen ini menunjukkan pendekatan komprehensif Bank Indonesia dalam mendorong kemajuan ekonomi.

Dalam menghadapi dinamika pasar global, BI bertekad kuat untuk menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah. Upaya ini akan dilakukan melalui intervensi yang terarah di berbagai instrumen, termasuk intervensi NDF di pasar luar negeri, intervensi spot, serta pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder domestik. “Kedua, stabilisasi nilai tukar Rupiah dari gejolak global, intervensi NDF di pasar luar negeri, dan intervensi spot di NDF dan pembelian SBN di pasar sekunder dalam negeri,” tegas Perry, menggarisbawahi langkah-langkah konkret BI.

Untuk memastikan transmisi kebijakan berjalan secara efektif dan optimal, BI juga mempersiapkan ekspansi likuiditas secara pro-pasar (pro-market). “Ketiga, ekspansi likuiditas moneter pro-market untuk efektivitas penurunan suku bunga dan pendalaman pasar uang,” beber Perry, menjelaskan strategi untuk memperlancar aliran dana di pasar.

Lebih lanjut, kecukupan cadangan devisa akan terus dijaga secara cermat, sembari memperluas instrumen penempatan valuta asing dari devisa hasil ekspor (DHE) sektor Sumber Daya Alam (SDA). Kebijakan makroprudensial yang longgar juga akan semakin diperkuat pada tahun 2026, dengan tujuan utama mendorong penyaluran kredit perbankan agar dapat tumbuh lebih tinggi lagi. Ini adalah bagian dari strategi menyeluruh Bank Indonesia untuk memajukan perekonomian nasional dan menjaga stabilitas finansial.

Ringkasan

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, menargetkan peningkatan signifikan transaksi pasar uang dan valuta asing sebagai bagian dari Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia (BSPI) 2030. Target transaksi pasar uang diharapkan menembus Rp 81 triliun per hari, dan transaksi pasar valuta asing mencapai USD 18 miliar per hari pada tahun 2030. Langkah-langkah untuk mencapai target ini meliputi peningkatan transaksi Repo dan DNDF, penguatan sinergi dengan pelaku pasar melalui Apuvindo, dan sinergi pembiayaan ekonomi yang melibatkan berbagai pihak.

Bank Indonesia juga membuka peluang untuk menurunkan suku bunga acuan pada tahun 2026 seiring dengan terkendalinya inflasi dan kebutuhan untuk menjaga pertumbuhan ekonomi. Selain itu, BI akan menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah melalui intervensi di berbagai instrumen, melakukan ekspansi likuiditas secara pro-pasar, dan menjaga kecukupan cadangan devisa. Kebijakan makroprudensial yang longgar juga akan diperkuat untuk mendorong penyaluran kredit perbankan.

Sponsored