BCA Lawan Phishing & Deepfake: Keamanan Data Nasabah Terjamin?

Maraknya kejahatan siber, termasuk penipuan phishing dan penggunaan teknologi deepfake, mendorong PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan Jaringan PRIMA untuk memperkuat strategi keamanan data nasabah. Ancaman ini semakin canggih, memanfaatkan kecerdasan buatan (AI) untuk membuat konten palsu yang sulit dibedakan dari yang asli.

Sugianto Wono, Vice President BCA, memaparkan tiga pilar utama pertahanan siber BCA: people, process, dan technology. Ia menekankan bahwa kelemahan terbesar justru terletak pada faktor manusia (people), di mana kelalaian individu seringkali dieksploitasi oleh pelaku kejahatan siber. Hal ini diperkuat oleh data dari 2023 Cost of Insider Risk Global Report oleh Ponemon Institute dan Forbes 2024 yang menunjukkan bahwa penipuan melalui social engineering dan phishing, serta ancaman dari dalam organisasi, merupakan insiden yang paling umum terjadi. Salah satu modus operandi yang kini marak adalah penggunaan Fake Base Transceiver Station (Fake BTS) untuk mengirim SMS palsu yang mengarahkan korban ke tautan phishing.

Teknologi deepfake juga menjadi ancaman serius. Pelaku memanfaatkan AI untuk menciptakan video, foto, atau audio palsu yang sangat meyakinkan, sehingga korban mudah tertipu dan memberikan akses ke data atau akun keuangan mereka. Menanggapi hal ini, BCA tak hanya memperkuat sistem keamanan internal, tetapi juga gencar mengedukasi nasabah agar lebih waspada terhadap berbagai modus penipuan digital. Hal ini disampaikan Sugianto dalam Media Gathering PRIMA Talkshow bertajuk “Bangun Ketahanan Siber, Jaga Data Pribadi di Era Digital” di Jakarta, Rabu (28/8).

BCA secara proaktif memanfaatkan AI yang etis dan sesuai regulasi untuk memperkuat sistem keamanannya. Penerapan teknologi deteksi dini berbasis AI melalui sistem fraud detection dan machine learning memungkinkan identifikasi ancaman siber secara real-time. Selain itu, BCA juga menerapkan prinsip zero trust, multi-layered authentication, dan audit keamanan berkala untuk memastikan sistem tetap handal.

PT Rintis Sejahtera, pengelola Jaringan PRIMA, turut berkomitmen dalam mendukung keamanan transaksi digital. Jeffrey Sukardi, SEVP Information Systems Security PT Rintis Sejahtera, mengakui peningkatan risiko kejahatan siber seiring pesatnya transformasi digital. Jaringan PRIMA memperkuat kolaborasi dengan mitra dan secara proaktif memantau serta mendeteksi anomali transaksi melalui sistem Fraud Detection untuk memastikan keamanan transaksi nasabah dan mitigasi risiko penipuan.

Baca juga:

Ringkasan

BCA dan Jaringan PRIMA meningkatkan keamanan siber untuk melawan ancaman phishing dan deepfake yang semakin canggih. BCA menerapkan tiga pilar pertahanan: people, process, dan technology, mengingat kelemahan manusia sering dieksploitasi. Modus penipuan seperti Fake BTS dan social engineering menjadi perhatian utama.

BCA menggunakan AI untuk deteksi ancaman real-time melalui sistem fraud detection dan menerapkan prinsip zero trust serta multi-layered authentication. Selain penguatan sistem internal, BCA juga gencar mengedukasi nasabah. Jaringan PRIMA turut mendukung keamanan transaksi digital dengan kolaborasi dan pemantauan anomali transaksi.

Tinggalkan komentar