Saham Konsumer ICBP, AMRT, MAPA Anjlok, IHSG Naik?

Babaumma – JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil mencetak rekor tertinggi sepanjang masa (ATH) pada penutupan perdagangan Kamis (28/8/2025), menembus level 8.000 dan menutup perdagangan di angka 7.952,09. Kenaikan ini mencerminkan pertumbuhan 12,32% secara year-to-date (YtD) dan memberikan proyeksi positif untuk sisa tahun ini. Namun, di tengah euforia tersebut, kinerja sektor konsumer justru menunjukkan perlambatan yang cukup signifikan.

Pada perdagangan Kamis, IHSG sempat menyentuh puncak intraday di level 8.022,76 sebelum akhirnya menutup perdagangan dengan penguatan 15,91 poin atau 0,2%. Meskipun demikian, capaian ATH ini tetap menjadi pencapaian penting, yang menandakan optimisme pasar. Secara keseluruhan, hampir semua indeks sektoral mencatat pertumbuhan positif YtD, kecuali indeks sektor konsumer yang justru mengalami penurunan.

Data Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan dominasi sektor teknologi (IDX Technology) yang memimpin penguatan dengan kenaikan 165,05% YtD, diikuti sektor bahan baku dasar (IDX Basic Materials) sebesar 32,78% dan infrastruktur (IDX Infrastructure) sebesar 29,7%. Sebaliknya, sektor konsumer non-siklikal (IDX Consumer Non-Cyclicals) melemah 1,71% YtD, dan sektor konsumer siklikal (IDX Consumer Cyclicals) turun 1,61%. Penurunan ini terlihat jelas pada beberapa emiten besar, seperti PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP) yang mengalami pelemahan 18,24% YtD, serta emiten ritel PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk. (AMRT) yang merosot 21,75% dan PT MAP Aktif Adiperkasa Tbk. (MAPA) yang anjlok 39,72% YtD.

Head of Equity Research Mandiri Sekuritas, Adrian Joezer, melihat potensi penguatan IHSG masih terbuka lebar. Menurutnya, daya tarik saham meningkat seiring dengan penurunan yield instrumen investasi lain akibat kebijakan moneter global yang semakin kondusif. Penguatan IHSG sejauh ini didorong oleh emiten di luar IDX30, dan kebijakan pemerintah yang ekspansif berpotensi mendorong penguatan saham blue chip. Mandiri Sekuritas pun akan merevisi target IHSG yang sebelumnya dipatok di level 7.650.

Adrian menilai bahwa faktor-faktor yang menekan kinerja sektor konsumer sudah terakomodasi dalam harga (priced-in), sehingga valuasinya kini menjadi menarik. Namun, ia belum melihat katalis yang dapat mendorong penguatan sektor ini dalam waktu dekat. Sementara itu, analis Kiwoom Sekuritas Indonesia, Abdul Azis Setyo, mengingatkan potensi aksi jual (sell on news) pada September, mengingat pergerakan IHSG pada bulan tersebut cenderung melemah secara historis dan pelaku pasar telah melakukan priced-in sejak Agustus.

Meskipun terjadi net sell asing sebesar Rp278,76 miliar pada Kamis (28/8/2025), aliran modal asing secara keseluruhan masih positif, mencapai Rp10,46 triliun dalam sebulan terakhir. Audi menilai, aliran modal asing yang berlanjut, ditambah potensi pemangkasan suku bunga The Fed sebesar 25 basis poin pada September 2025, dapat mendorong penguatan IHSG lebih lanjut. Sektor perbankan, properti, dan semen dinilai menarik di tengah tren pemangkasan suku bunga, khususnya sektor properti yang berpotensi terdongkrak oleh peningkatan daya beli masyarakat.

Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia semester I/2025 yang mencapai 5,12%, di atas ekspektasi, menjadi pendorong utama aliran dana asing. Kinerja ekonomi yang positif, terutama di sektor investasi sebagai penopang di tengah melemahnya konsumsi, serta ekspektasi pelonggaran moneter oleh Bank Indonesia (BI) yang telah menurunkan suku bunga acuan menjadi 5,00%, turut meningkatkan optimisme investor. Potensi penurunan suku bunga acuan BI satu hingga dua kali lagi di sisa tahun ini juga diproyeksikan akan menurunkan borrowing cost emiten.

Sentimen global yang membaik, seperti meredanya tensi geopolitik dan kebijakan tarif impor AS, serta harapan pelonggaran moneter The Fed, semakin memperkuat sentimen positif terhadap pasar saham Indonesia.

Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Ringkasan

IHSG mencetak rekor tertinggi sepanjang masa (ATH) di angka 7.952,09 pada 28 Agustus 2025, naik 0,2% atau 15,91 poin. Meskipun demikian, sektor konsumer justru mengalami penurunan signifikan, dengan saham-saham seperti ICBP (-18,24% YtD), AMRT (-21,75% YtD), dan MAPA (-39,72% YtD) mengalami pelemahan. Sektor teknologi memimpin penguatan dengan kenaikan 165,05% YtD.

Meskipun ada aksi jual bersih asing, aliran modal asing secara keseluruhan masih positif. Penguatan IHSG didorong oleh beberapa faktor, antara lain pertumbuhan ekonomi Indonesia yang melampaui ekspektasi, potensi pemangkasan suku bunga The Fed dan BI, serta sentimen global yang membaik. Meskipun demikian, analis mengingatkan potensi aksi jual pada September dan belum melihat katalis yang dapat mendorong penguatan sektor konsumer dalam waktu dekat.

Tinggalkan komentar