Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuan (BI Rate) di level 5% pada rapat Dewan Gubernur kali ini. Keputusan ini, menurut Kepala Ekonom BCA, David Sumual, diambil setelah BI sebelumnya melonggarkan kebijakan moneternya. “BI telah menurunkan BI Rate bulan lalu, mengantisipasi penurunan suku bunga The Fed pada September,” jelas David kepada Katadata.co.id, Rabu (17/9).
David berpendapat bahwa BI saat ini memprioritaskan stabilitas rupiah di tengah tekanan nilai tukar belakangan ini. Meskipun demikian, ia menilai peluang penurunan BI Rate ke depan masih terbuka. “Masih ada ruang untuk penurunan BI Rate, terutama jika The Fed menurunkan suku bunganya dalam beberapa bulan mendatang,” tambahnya.
Pendapat serupa disampaikan Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, yang juga memprediksi BI Rate akan tetap pada level 5%. Prediksi ini tetap berlaku meskipun The Fed memiliki ruang untuk memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) mengingat pelemahan pasar tenaga kerja AS. Pengumuman hasil FOMC oleh Bank Sentral AS dijadwalkan pada 17 September waktu setempat.
Alasan BI Mempertahankan Suku Bunga
Josua menjelaskan bahwa keputusan BI untuk mempertahankan BI Rate didasari oleh pertimbangan stabilitas rupiah, terutama pasca demonstrasi besar-besaran di akhir Agustus 2025 dan perombakan kabinet yang mengganti Menteri Keuangan Sri Mulyani dengan Purbaya Yudhi Sadewa.
“Di bawah kepemimpinan Purbaya, kebijakan fiskal Indonesia diperkirakan tetap menekankan disiplin fiskal, namun dengan penekanan yang lebih kuat pada kebijakan fiskal pro-pertumbuhan,” ungkap Josua. Hal ini, menurutnya, membuat investor global cenderung lebih berhati-hati dan menunggu untuk menilai arah kebijakan fiskal selanjutnya.
Kondisi tersebut, lanjut Josua, membatasi arus modal asing masuk, sehingga menimbulkan tekanan pada stabilitas rupiah.
Ringkasan
Bank Indonesia (BI) diprediksi mempertahankan BI Rate di angka 5%, mengikuti pelonggaran kebijakan moneter sebelumnya. Keputusan ini didorong oleh prioritas menjaga stabilitas rupiah yang tengah tertekan. Meskipun ada potensi penurunan BI Rate di masa depan, terutama jika The Fed menurunkan suku bunganya.
Para ekonom seperti David Sumual (BCA) dan Josua Pardede (Bank Permata) sepakat dengan prediksi tersebut. Mereka menilai, demonstrasi, pergantian Menkeu, dan antisipasi kebijakan fiskal baru di bawah kepemimpinan Purbaya Yudhi Sadewa turut memengaruhi keputusan BI untuk mempertahankan BI Rate dan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.