Indeks bursa Amerika Serikat (AS) menunjukkan kinerja beragam pada penutupan perdagangan Rabu (17/9), menyusul keputusan Federal Reserve (The Fed) yang memangkas suku bunga acuan sesuai prediksi pasar. Meskipun demikian, Ketua The Fed, Jerome Powell, meredam euforia pasar dengan menekankan bahwa langkah ini bukan merupakan awal dari siklus pelonggaran suku bunga yang lebih luas.
Wall Street mencatat pergerakan yang terpolarisasi. S&P 500 melemah tipis 0,1% ke level 6.600,35, sementara Nasdaq Composite turun 0,3% menjadi 22.261,33. Sebaliknya, Dow Jones Industrial Average justru meningkat signifikan, naik 260,42 poin atau 0,6% dan mencapai 46.018,32, bahkan sempat menyentuh rekor tertinggi sepanjang masa.
Penurunan sektor teknologi menjadi sorotan, didorong aksi ambil untung pasca-pengumuman The Fed. Saham-saham raksasa teknologi seperti Nvidia, Oracle, Palantir, dan Broadcom mengalami penurunan yang cukup tajam. Di sisi lain, saham-saham yang cenderung diuntungkan oleh suku bunga rendah, seperti Walmart, JPMorgan, dan American Express, justru menopang penguatan Dow Jones.
Russell 2000, indeks yang berfokus pada saham berkapitalisasi kecil, mencatat kinerja positif dengan kenaikan 0,18%. Saham-saham berkapitalisasi kecil dianggap lebih responsif terhadap penurunan suku bunga karena ketergantungannya pada pembiayaan berbunga variabel.
Baca juga:
- The Fed Turunkan Suku Bunga, Isyaratkan Pemangkasan Lanjutan Tahun Ini
- Rupiah Berpotensi Menguat Jelang Pengumuman Suku Bunga BI dan The Fed
- IHSG Kembali ke Level 8.000 di Tengah Reshuffle Kabinet dan Penurunan Bunga BI
Pemangkasan Suku Bunga The Fed: Langkah Pencegahan, Bukan Pelonggaran
Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) memangkas suku bunga acuan sebesar 0,25% dalam rapat terbarunya, dengan voting 11 banding 1, sehingga berada di kisaran 4%–4,25%. The Fed mengindikasikan kemungkinan dua kali pemangkasan tambahan hingga akhir tahun.
Keputusan ini didasarkan pada beberapa faktor, termasuk perlambatan perekrutan tenaga kerja, peningkatan (meski masih rendah) tingkat pengangguran, dan perlambatan aktivitas ekonomi. Meskipun demikian, The Fed mencatat bahwa inflasi masih tetap tinggi.
Komentar Jerome Powell pasca-pengumuman kebijakan tersebut dinilai kurang memuaskan sebagian pelaku pasar. Powell menyebut pemangkasan suku bunga sebagai “pemotongan untuk manajemen risiko,” menekankan langkah ini sebagai tindakan pencegahan jika ekonomi melemah. Ia juga menegaskan belum adanya solusi yang bebas risiko dalam kondisi ekonomi saat ini.
Proyeksi suku bunga The Fed untuk 2026 cenderung hawkish, memperkirakan hanya satu kali pemotongan tambahan tahun depan. Hal ini lebih konservatif dibandingkan ekspektasi pasar yang memperkirakan dua hingga tiga kali pemotongan. Dot plot The Fed juga menunjukkan adanya perbedaan pandangan yang signifikan di antara para pembuat kebijakan.
Christopher S. Rupkey, Kepala Ekonom FWDBONDS, menilai pemangkasan suku bunga yang kecil mencerminkan sikap hati-hati The Fed. Menurutnya, langkah ini mengindikasikan bahwa inflasi berbasis tarif bukan lagi ancaman utama, sementara risiko perlambatan ekonomi akibat penurunan perekrutan tenaga kerja menjadi perhatian yang lebih besar. “Stagflasi sudah berlalu, dan fokus kini bergeser pada kondisi pasar tenaga kerja,” ujar Rupkey, seperti dikutip CNBC, Kamis (18/9).
Sebelum pengumuman The Fed, indeks utama AS menunjukkan tren penguatan. Sepanjang bulan September, S&P 500 naik 2,2%, Nasdaq melonjak 3,8% didorong reli saham berbasis kecerdasan buatan, dan Dow Jones naik 1%.
Ringkasan
The Fed memangkas suku bunga acuan sebesar 0,25%, sesuai prediksi pasar, menjadi 4%-4,25%. Meskipun Dow Jones naik signifikan, S&P 500 dan Nasdaq turun, dengan sektor teknologi mengalami penurunan tajam. Ketua The Fed, Jerome Powell, menekankan bahwa pemangkasan ini merupakan langkah pencegahan, bukan awal dari pelonggaran suku bunga yang lebih luas, menimbulkan reaksi negatif di Wall Street.
Keputusan The Fed didorong oleh perlambatan perekrutan tenaga kerja dan peningkatan pengangguran, meskipun inflasi masih tinggi. Proyeksi suku bunga The Fed untuk 2026 lebih konservatif daripada ekspektasi pasar. Para ahli berpendapat bahwa fokus The Fed kini bergeser pada kondisi pasar tenaga kerja, bukan lagi inflasi. Saham berkapitalisasi kecil menunjukkan kinerja positif, berbanding terbalik dengan saham-saham teknologi besar.