Sponsored

Jangan Panggil Mama Kafir: Kisah Ibu Beda Agama yang Menginspirasi

Sinopsis Jangan Panggil Mama Kafir mengangkat sebuah narasi yang mendalam tentang kompleksitas cinta beda agama yang berujung pada keputusan-keputusan sulit. Film ini diproduseri oleh Yoen K dan Zoya Salsabila, serta diarahkan oleh sutradara berpengalaman Dyan Sunu Prastowo, dengan skenario apik yang ditulis bersama oleh Archie Hekagery dan Lina Nurmalina.

Sponsored

Cuplikan teaser Film Jangan Panggil Mama Kafir telah berhasil memikat perhatian publik, menampilkan Michelle Ziudith dan Giorgino Abraham yang menghidupkan karakter pasangan dengan keyakinan berbeda. Kisah mereka yang penuh tantangan ini dianggap sangat relevan dan menyentuh banyak netizen, terutama mereka yang memahami dinamika percintaan yang terhalang oleh perbedaan keyakinan yang fundamental.

Film Jangan Panggil Mama Kafir menjanjikan pengalaman sinematik yang emosional, menggali lebih dalam makna cinta, kekuatan keluarga, dan bagaimana perbedaan keyakinan dapat membentuk jalan hidup seseorang. Berikut adalah sinopsis lengkap dari film yang patut dinantikan ini:

Baca juga:

  • Sinopsis Film Steve, Kisah Cillian Murphy Jadi Kepala Sekolah Reformasi
  • Sinopsis Film Jembatan Shiratal Mustaqim, Horor Spiritual dengan Tema Korupsi
  • Sinopsis Film Di Balik Pintu Kematian, Ketika Rumah Impian Jadi Sumber Teror

1. Mengisahkan Perjalanan Cinta Maria dan Fafat, Pasangan Beda Agama

Cerita Jangan Panggil Mama Kafir berpusat pada Maria dan Fafat, sepasang kekasih yang memiliki latar belakang agama berbeda. Meskipun dihadapkan pada berbagai rintangan dan pandangan dari lingkungan sekitar, kekuatan cinta mereka mendorong keputusan besar untuk menikah. Dari ikatan suci ini, kemudian lahirlah seorang putri cantik bernama Laila.

Pertemuan yang tak disengaja secara bertahap menumbuhkan benih-benih asmara yang mendalam di antara Maria dan Fafat. Meskipun mereka menyadari betul besarnya tantangan yang menanti akibat perbedaan keyakinan, cinta mereka tetap bersemi dan semakin kuat. Keduanya lantas memutuskan untuk mengikat janji suci pernikahan tanpa mengharuskan salah satu pihak untuk berpindah agama, sebuah keputusan yang berani dan penuh konsekuensi.

2. Kehadiran Laila, Buah Hati Fafat dan Maria

Kebahagiaan Maria dan Fafat semakin sempurna dengan kelahiran putri semata wayang mereka, Laila, yang diperankan dengan apik oleh Humaira Jahra. Namun, di tengah suka cita tersebut, sebuah tantangan baru muncul: Maria harus menunaikan janji yang pernah ia ucapkan kepada mendiang suaminya, Fafat, untuk membesarkan Laila sesuai ajaran Islam, meskipun ia sendiri beragama Nasrani.

3. Tragedi Mendalam: Kepergian Fafat Akibat Kecelakaan

Rona kebahagiaan keluarga kecil Maria dan Fafat tak berlangsung lama. Tragedi tak terduga menghantam mereka saat Laila belum genap berusia satu tahun. Fafat meninggal dunia dalam sebuah kecelakaan, meninggalkan Maria dan Laila dalam duka mendalam. Kepergian sang suami menandai babak baru yang penuh ujian dalam kehidupan Maria.

Sebelum mengembuskan napas terakhirnya, Fafat sempat menitipkan sebuah wasiat penting kepada Maria: putrinya, Laila, harus dibesarkan dengan nilai-nilai dan ajaran Islam. Sebuah janji yang kemudian ditepati oleh Maria dengan segenap hati, meskipun keyakinan pribadinya adalah Nasrani.

Perjuangan Maria untuk membesarkan Laila dengan ajaran Islam menjadi inti cerita yang mengharukan. Ia harus beradaptasi, mempelajari banyak hal baru, dan menghadapi berbagai kesulitan demi menunaikan amanah mendiang suaminya. Maria dengan tulus mengajarkan Laila tentang salat, puasa, dan berbagai ibadah lainnya, meski dirinya bukanlah seorang Muslim, menunjukkan pengorbanan dan dedikasi yang luar biasa.

4. Konflik Hak Asuh dengan Mertua Maria yang Memanas

Perjalanan Maria semakin berat ketika ia harus menghadapi konflik keluarga yang pelik. Ibu mertua Maria, yang seorang ustadzah, merasa bahwa upaya Maria dalam mendidik Laila masih belum maksimal. Kekhawatirannya mendorongnya untuk berencana mengambil alih hak asuh Laila, agar ia dapat secara langsung mendidik cucunya sesuai ajaran agama. Situasi ini memaksa Maria untuk berjuang mati-matian demi mempertahankan hak asuh putrinya yang sangat ia cintai, sebuah pertarungan yang menguras emosi dan mental.

Daftar Pemain Film Jangan Panggil Mama Kafir

Film Jangan Panggil Mama Kafir dibintangi oleh deretan aktor dan aktris Indonesia berbakat yang telah terbukti kemampuan aktingnya. Mereka berhasil menghidupkan setiap karakter dengan apik, memberikan kedalaman emosi yang kuat. Berikut adalah jajaran pemain yang terlibat dalam film bioskop yang akan datang ini:

  • Michelle Ziudith sebagai Maria
  • Humaira Jahra sebagai Laila
  • Giorgino Abraham sebagai Fafat
  • Elma Theana sebagai Ustadzah Habibah (ibu Fafat)
  • Indra Birowo
  • TJ Ruth
  • Gilbert Pattiruhu
  • Dira Sugandi
  • Runny Rudiyanti
  • Prastiwi Dwiarti
  • Kaneishia Yusuf

Jadwal Tayang Jangan Panggil Mama Kafir di Bioskop

Bagi Anda yang penasaran dengan kisah mengharukan ini, Film Jangan Panggil Mama Kafir dijadwalkan akan tayang di bioskop mulai 16 Oktober 2025. Film ini merupakan karya terbaru dari Dyan Sunu Prastowo, seorang sutradara yang dikenal lewat berbagai karyanya seperti Malam Surugana (2023) dan Malam Pertobatan (2024), menjanjikan sebuah tontonan yang penuh makna dan emosi.

Ringkasan

Film “Jangan Panggil Mama Kafir” mengisahkan tentang Maria dan Fafat, pasangan beda agama yang memutuskan untuk menikah dan memiliki seorang putri bernama Laila. Setelah Fafat meninggal dunia, Maria berjanji untuk membesarkan Laila sesuai ajaran Islam, sesuai wasiat mendiang suaminya, meskipun Maria sendiri beragama Nasrani.

Perjuangan Maria dalam membesarkan Laila dengan ajaran Islam dihadapkan pada konflik dengan ibu mertuanya yang merasa Maria belum maksimal dalam mendidik Laila. Konflik memanas karena sang mertua berencana mengambil hak asuh Laila. Film ini dijadwalkan tayang di bioskop mulai 16 Oktober 2025, dibintangi oleh Michelle Ziudith, Giorgino Abraham, dan Humaira Jahra.

Sponsored