Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa memberikan pandangan optimis terkait potensi keuntungan bagi Indonesia di tengah rencana Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, untuk memberlakukan tarif impor sebesar 100% terhadap produk-produk asal Cina. Menurut Purbaya, kebijakan tersebut justru dapat membuka peluang besar bagi Indonesia untuk memperluas akses ekspor barang-barang nasional ke pasar AS.
“Jika Cina dikenakan tarif 100%, maka barang kita (asal Indonesia) menjadi lebih bersaing di Amerika. Untuk itu kita untung. Biar saja mereka berantem, kita untung,” tegas Purbaya di Jakarta, pada hari Senin (13/10). Pernyataan ini menunjukkan keyakinan pemerintah terhadap kapasitas produk Indonesia untuk mengambil celah pasar yang ditinggalkan oleh produk Cina akibat tarif tinggi.
Purbaya juga menambahkan bahwa ketegangan perang dagang antara AS dan Cina, meskipun dapat menciptakan sentimen campuran di pasar keuangan Indonesia dalam jangka pendek, diperkirakan akan memberikan dampak jangka panjang yang positif terhadap kinerja ekspor nasional. Khususnya untuk Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), ia memproyeksikan sentimen yang menguntungkan. “Ke IHSG harusnya positif. Kenapa? Mungkin ada sentimen negatif di pasar ya, gara-gara pasar sana jatuh,” jelasnya, mengindikasikan bahwa koreksi di pasar global mungkin diimbangi oleh potensi keuntungan ekspor.
Ketegangan antara kedua raksasa ekonomi ini berawal dari kritik Donald Trump terhadap kebijakan kontrol ekspor tanah jarang yang diterapkan Cina. Sekitar 70% pasokan mineral tanah jarang global diketahui berasal dari Tiongkok, mineral esensial yang sangat vital bagi industri teknologi tinggi seperti otomotif, pertahanan, hingga semikonduktor.
Sebagai respons atas kebijakan tersebut, Trump telah mengumumkan tiga kebijakan krusial yang ditujukan kepada Cina:
- Pemberlakuan tarif impor 100% untuk produk-produk asal Cina, efektif mulai 1 November.
- Penerapan kontrol ekspor pada seluruh perangkat lunak (software).
- Pengenaan biaya khusus sebesar US$ 50 per ton bersih bagi kapal-kapal Cina yang berlabuh di pelabuhan AS, mulai 14 Oktober.
Tidak tinggal diam, Cina segera membalas tindakan AS. Beijing memutuskan untuk mengenakan biaya pelabuhan pada kapal-kapal yang dimiliki, dioperasikan, dibangun, atau berbendera Amerika Serikat sebesar US$ 56 atau setara Rp 930.646 (dengan kurs Rp 16.618 per US$) per ton, berlaku mulai 14 Oktober. Selain itu, Cina juga mengikuti langkah AS dengan merencanakan peningkatan biaya pelabuhan secara bertahap hingga 17 April 2028, dengan tanggal efektif yang sama.
Berikut adalah besaran tarif progresif yang ditetapkan oleh Cina:
- 14 Oktober 2025: US$ 56
- 17 April 2026: US$ 89,91
- 17 April 2027: US$ 123,52
- 17 April 2028: US$ 157,16
“Ini sebagai tindakan balasan terhadap biaya pelabuhan AS pada kapal-kapal yang terkait dengan Tiongkok mulai hari yang sama,” terang Kementerian Transportasi Cina pada Jumat (10/10) waktu setempat, seperti dikutip dari CNBC Internasional, Sabtu (11/10). Langkah ini menandai eskalasi yang jelas dalam perang dagang kedua negara.
Dikutip dari South China Morning Post (SCMP), Cina akan menerapkan biaya pada kapal-kapal berdasarkan beberapa klasifikasi, meliputi:
- Kapal-kapal yang dimiliki atau dioperasikan oleh perusahaan, organisasi, dan individu AS.
- Kapal-kapal yang pemilik atau operatornya secara langsung atau tidak langsung dimiliki oleh badan-badan AS dengan kepemilikan saham sekurang-kurangnya 25%.
- Kapal-kapal yang dibangun oleh atau berbendera AS.
Sementara itu, Kementerian Perdagangan Tiongkok menegaskan bahwa pengendalian ekspor tanah jarang merupakan tindakan yang sah dan sesuai dengan hukum internasional. “Kontrol ini bukan larangan ekspor. Permohonan yang memenuhi persyaratan akan disetujui,” ujar Juru bicara Kementerian Perdagangan Cina, dikutip dari CNBC Internasional, Minggu (12/10).
Kementerian tersebut juga menyatakan bahwa Tiongkok telah melakukan penilaian komprehensif terhadap potensi dampak dari langkah-langkah ini terhadap rantai pasokan global. “Tiongkok telah sepenuhnya menilai potensi dampak dari langkah-langkah ini terhadap rantai pasokan dan yakin bahwa dampaknya akan sangat terbatas,” pungkas kementerian, menegaskan kepercayaan diri mereka dalam mengelola dampak kebijakan tersebut.
Baca juga:
- Kena Tarif Impor Trump 100%, Cina Balas Lewat Tarik Biaya ke Kapal AS
- Trump Kobarkan Lagi Perang Dagang, Siap Hantam Cina dengan Tarif Tambahan 130%
- Tensi Perang Dagang AS-Cina Memanas, Bagaimana Proyeksi Rupiah Hari Ini?
Ringkasan
Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa optimis perang dagang AS-China, khususnya rencana tarif 100% AS untuk produk China, dapat menguntungkan Indonesia. Hal ini membuka peluang ekspor bagi produk Indonesia ke pasar Amerika Serikat karena produk Indonesia menjadi lebih kompetitif. Purbaya juga memproyeksikan dampak positif pada IHSG meski ada sentimen negatif jangka pendek di pasar keuangan.
Eskalasi perang dagang ini dipicu oleh kontrol ekspor tanah jarang China. AS merespons dengan mengenakan tarif impor 100%, kontrol ekspor software, dan biaya pelabuhan untuk kapal China. China membalas dengan mengenakan biaya pelabuhan pada kapal-kapal terkait AS, serta menegaskan bahwa kontrol ekspor tanah jarang mereka sesuai hukum internasional.