
Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan, menegaskan bahwa ketersediaan pupuk bersubsidi di tingkat nasional saat ini masih sangat melimpah. Menyoroti kondisi surplus ini, ia mendesak para petani untuk segera mengajukan permohonan jika membutuhkan tambahan alokasi pupuk guna mendukung produktivitas lahan mereka.
Zulhas menjelaskan, komitmen pemerintah dalam menjaga ketahanan pangan diwujudkan melalui peningkatan signifikan kuota pupuk bersubsidi. Tahun ini, alokasi telah melonjak dari 4 juta ton menjadi 9,5 juta ton. Namun, hingga kini, realisasi penyerapan pupuk bersubsidi baru mencapai 6,3 juta ton, mengindikasikan adanya kelebihan stok yang substansial. “Stok masih sangat cukup. Kalau ada yang kurang lapor saja, tapi tidak boleh makelar, tengkulak,” tegas Zulhas saat meninjau situasi di Jombang, Jawa Timur, pada Sabtu (25/10) malam, seperti dikutip dari Antara.
Khusus di wilayah Jawa Timur, Zulhas menyoroti bahwa realisasi penyaluran pupuk bersubsidi masih berada di angka 1,5 juta ton dari total kuota 2 juta ton. Berdasarkan dialog langsung dengan petani di lapangan, ia memahami adanya aspirasi kuat untuk mendapatkan tambahan alokasi pupuk bersubsidi. Menanggapi fenomena ini, Zulhas merasa heran mengapa stok melimpah namun tidak terserap sepenuhnya setiap musim tanam. “Pupuk banyak, stok penuh tapi tiap musim tanam tidak habis. Nanti dicek lagi,” ujarnya, mengisyaratkan perlunya evaluasi lebih lanjut terhadap mekanisme distribusi.
Sebagai langkah strategis lain untuk meringankan beban petani dan mendorong penyerapan, pemerintah melalui Kementerian Koordinator Bidang Pangan juga telah memutuskan untuk menurunkan harga pupuk bersubsidi secara signifikan, yakni hingga 20%. Penurunan ini terlihat jelas pada harga pupuk Urea, yang kini turun dari Rp112.500 per sak menjadi Rp90.000 per sak, memberikan insentif lebih bagi petani untuk memanfaatkan ketersediaan pupuk.
Kenyataan di lapangan juga diperkuat oleh suara petani. Koirul, seorang petani dari Desa Plosogenuk, Jombang, mengungkapkan harapannya akan tambahan jatah pupuk bersubsidi, mengingat alokasi yang ia terima selama ini masih dirasa kurang untuk kebutuhan lahannya. Senada, Karlan, petani lainnya, juga menyampaikan kesulitan serupa. Ia terpaksa mengeluarkan biaya ekstra untuk membeli pupuk nonsubsidi guna melengkapi kekurangan jatah yang diberikan. “Kalau jatah empat karung biasanya kurang, jadi harus beli lagi yang nonsubsidi,” keluhnya, menggambarkan tantangan yang dihadapi petani dalam mengoptimalkan hasil panen mereka.
Ringkasan
Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan, menyatakan bahwa ketersediaan pupuk bersubsidi nasional saat ini melimpah dan mendorong petani untuk mengajukan tambahan jika dibutuhkan. Pemerintah telah meningkatkan kuota pupuk bersubsidi menjadi 9,5 juta ton, namun realisasinya baru 6,3 juta ton.
Di Jawa Timur, penyaluran pupuk bersubsidi baru mencapai 1,5 juta ton dari kuota 2 juta ton. Pemerintah juga telah menurunkan harga pupuk bersubsidi hingga 20% dan seorang petani di Jombang berharap adanya tambahan jatah pupuk bersubsidi.