Seorang Ayah Berjalan Kaki Membopong Jenazah Anaknya Karena Ambulance Tak Bisa Lewat

Anak adalah titipan dari Tuhan yang Maha Kuasa suatu saat akan diambil kembali. Sebagai orang tua tentu harus siap dan sabar apabila si buah hati kembali kepada Tuhan.

Tentu saja kepergian dari buah hati tetap akan menyisakan duka yang sangat mendalam bagi tiap orang tua. Meskipun telah ikhlas dan bersabar hati orang tua mana yang tak sakit dan sedih ditinggal oleh si buah hati. Meskipun demikian orang tua tetap harus mengantarkan anak kesayanganya ke peristirahatanya yang terakhir.

Seperti yang baru – baru ini viral di media sosial dan membuat pilu warganet, seorang ayah yang harus mengggendong jenazah anak perempuanya di tengah malam selama satu jam menuju ke rumah duka. Kejadian tersebut diketahui terjadi di negara tetangga Malaysia.

Dikutip dari Dream.co.id, pria yang menggendong jenazah dari anak perempuanya ternyata adalah dari keluarga yang kurang mampu.

Meskipun telah mendapatkan bantuan keranda dan diantarkan dengan menggunakan ambulannce dari Persatuan Amal dan Jariah Sabah, namun ambulance tersebut tidak dapat mengantarkanya hingga sampai ke rumah duka dikarenakan kondisi jalan yang buruk dan tidak memungkinkan untuk dilewati kendaraan.

Pria tersebut kemudian memutuskan untuk membopong jenazah anaknya, berjalan kaki menuju ke rumahnya yang berada di Kampung Samparita Tengah, Kota Marudu dengan memakan waktu sekitar satu jam.

Kejadian ini pertama kali di posting dalam akun Facebook Pak Masrul dengan keterangan” Waris terpaksa berjalan kaki membawa jenazah anaknya. Satu jam lagi perjalanannya untuk sampai ke rumah mereka” .

Ketika ambulance yang mengantarkan jenazah terjebak di jalan yang rusak, mereka telah mencoba untuk meminta bantuan namun gagal karena lokasi yang tidak terjangkau. Pada saat itu mereka tengah berada di tengah hutan dan waktu juga sudah larut malam.

Diketahui bahwa kejadian tersebut telah terjadi beberapa waktu lalu, bayi perempuan yang baru berusia lima bulan itu meninggal di Rumah Sakit Queen 2, Kota Kinabalu, Sabah.

Kisah tersebut mendapat berbagai reaksi simpati dari warganet. Tak sedikit yang memuji tindakan mulia lembaga swadaya masyarakat (LSM), terutama tim pengelola kamar jenazah, karena bersedia membantu menyalurkan bantuan.

Tinggalkan komentar