Sponsored

Bahas kesepakatan tarif AS-RI, Airlangga bertemu virtual dengan USTR malam ini

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan akan melakukan pembahasan lanjutan berkaitan dengan kesepakatan Indonesia dengan Amerika Serikat (AS) pada malam ini. Pembahasan ini dilakukan bersama perwakilan dagang Amerika Serikat yakni United States Trade Representative (USTR) secara virtual pada malam ini, Kamis (11/12/2025).

Sponsored

“Nanti malam (bertemu dengan USTR secara virtual),” kata Airlangga di Gedung Kemenko Perekonomian, Kamis (11/12). 

Namun Airlangga enggan memberitahukan kendala apa yang saat ini masih menjadi penghalang negosiasi taif dagang antara Indonesia dan AS. Ia menjanjikan akan memberikan pernyataan lebih lengkap berkaitan hasil pertemuan dengan USTR. 

“Iya nanti, besok saja (memberikan pernyataan),” ujar Airlangga. 

Baca juga:

  • Indonesia Harus Dapat Restu Israel Jika Ingin Gabung OECD, Ini Kata Airlangga
  • Bocoran UMP 2026, Airlangga Sebut Sudah Diparaf
  • Airlangga Sebut Dana JETP untuk RI Naik Jadi US$ 21,4 M, Ini Daftar Proyeknya

Kesepakatan RI-Indonesia Terancam Batal

Kesepakatan perjanjian tarif perdagangan 19% untuk barang asal Indonesia yang masuk ke Amerika Serikat (AS) terancam batal. Seorang pejabat AS kepada Reutersmenyampaikan Indonesia mulai menarik kembali sejumlah komitmen yang sebelumnya disepakati pada Juli lalu.

“Mereka menarik diri dari apa yang sudah kami sepakati pada Juli,” kata pejabat yang berbicara dengan syarat anonim, sebagaimana diberitakan oleh Reuters pada Selasa (9/12).

Namun, pejabat tersebut tidak merinci komitmen spesifik yang kini dipersoalkan oleh Indonesia. Padahal, Pemerintah AS lewat Joint Statement di laman The White House pada 22 Juli lalu mengumumkan penurunan tarif perdagangan bagi barang asal Indonesia yang masuk ke pasar Amerika Serikat.

Dalam pernyataan itu, Washington menetapkan tarif turun dari 32% menjadi 19%. Keputusan itu muncul sebagai imbalan atas kesediaan Indonesia menghapus tarif lebih dari 99% barang asal Amerika Serikat serta mencabut seluruh hambatan non-tarif yang sebelumnya membatasi aktivitas perusahaan-perusahaan AS di Indonesia.

Lebih jauh, Pejabat AS itu menilai perubahan yang diajukan pemerintah Indonesia berpotensi menghasilkan perjanjian yang lebih merugikan Amerika Serikat dibandingkan kesepakatan dagang terbaru Washington dengan Malaysia dan Kamboja.

Pernyataan tersebut sekaligus menguatkan laporan Financial Times yang terbit lebih awal pada Selasa. Financial Times melaporkan para pejabat AS menilai Indonesia mundur dari kesepakatan untuk menghapus hambatan non-tarif terhadap ekspor industri dan pertanian Amerika Serikat. 

Mereka juga menilai Indonesia menarik diri dari kesediaannya untuk mengambil langkah dalam isu perdagangan digital. Adapun USTR belum memberikan komentar atas kabar ini.

Sponsored