Chandra Asri: Energi Bersih untuk Kota Hijau Indonesia

Transportasi Berkelanjutan dan Inklusif: Tantangan dan Solusi di Kawasan Perkotaan

Transportasi berkelanjutan dan inklusif menjadi isu krusial, terutama di kota-kota besar. Ini bukan hanya tentang mengurangi emisi, melainkan juga tentang menyediakan akses energi bersih bagi seluruh lapisan masyarakat. Grup Barito Pacific, melalui anak usahanya Chandra Asri Group, berperan aktif dalam mendukung transisi energi ini. Chandra Asri, yang memiliki fokus bisnis di sektor kimia, infrastruktur, dan energi, menganggap pengembangan energi terbarukan sebagai pilar utama usahanya. Salah satu wujud komitmen ini adalah pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).

Nicko Setyabudi, Manajer Ekonomi Sirkular dan Kemitraan Chandra Asri Group, menjelaskan lebih lanjut dalam talkshow Green Collabs Blok M yang diselenggarakan Katadata Green. Ia menekankan peran Krakatau Chandra Energy di Cilegon, yang tengah berupaya menghadirkan listrik yang lebih hijau melalui pemanfaatan panel surya. “Listrik hijau akan menjadi tren di masa depan,” tegas Nicko, mengingat ketergantungan yang masih tinggi terhadap bahan bakar fosil.

Ketergantungan pada kendaraan pribadi berbahan bakar fosil memang menjadi penyebab utama polusi udara di perkotaan. Oleh karena itu, energi bersih menjadi topik utama dalam sesi “Mewujudkan Kota Hijau Melalui Transportasi Berkelanjutan dan Inklusif”. PT Transjakarta, misalnya, berkomitmen untuk mencapai target 300 bus listrik dan berencana untuk mengoperasikan 10.000 bus listrik pada tahun 2030, menargetkan seluruh armada busnya beralih ke kendaraan listrik. Saat ini, mereka telah mengoperasikan 570 bus listrik dan menambah 1.000 unit setiap tahunnya.

Namun, tantangan inklusivitas dalam sistem transportasi masih besar. Laporan Institute for Transportation & Development Policy (ITDP) Maret 2024 menunjukkan warga Jabodetabek menempuh rata-rata 10,5 km setiap hari untuk beraktivitas di Jakarta. Sayangnya, cakupan transportasi publik terintegrasi masih timpang: Jakarta mencapai 78 persen, sementara kota-kota satelit di Bodetabek hanya antara 8 hingga 29 persen. Keterbatasan akses transportasi umum yang layak dan terjangkau memaksa banyak orang bergantung pada kendaraan pribadi, memperparah kemacetan dan kesenjangan mobilitas.

Gonggomtua E. Sitanggang, Southeast Asia Director ITDP, menekankan bahwa penggunaan energi bersih merupakan kunci menuju transportasi ramah lingkungan dan inklusif. Ia menyarankan agar kendaraan pribadi yang masih digunakan beralih ke kendaraan listrik untuk menciptakan kota yang lebih kompak. Sistem transportasi yang tidak berkelanjutan berdampak signifikan terhadap kesehatan masyarakat, kualitas lingkungan, dan produktivitas.

Ringkasan

Chandra Asri Group, melalui Krakatau Chandra Energy, berkomitmen terhadap transisi energi bersih dengan mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Cilegon. Hal ini sejalan dengan tren global menuju penggunaan energi terbarukan dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil untuk mengatasi polusi udara di perkotaan yang disebabkan oleh kendaraan pribadi.

Tantangan utama dalam mewujudkan transportasi berkelanjutan dan inklusif adalah kesenjangan akses transportasi publik yang baik, khususnya di daerah penyangga Jakarta. Meskipun PT Transjakarta berupaya menambah armada bus listrik, perlu adanya pemerataan akses transportasi umum yang terjangkau dan terintegrasi untuk mengurangi ketergantungan pada kendaraan pribadi dan menciptakan kota yang lebih kompak.

Tinggalkan komentar